9| Welcome!

63 7 0
                                        

Perasaan senang datang dari diri Ravi setelah dirinya dinyatakan lulus sebagai anggota baru Leander. Ia langsung mendapatkan ucapan selamat dari teman-temannya, termasuk Arfin yang langsung mengajaknya bertemu. Ravi pun setuju dan langsung mengeluarkan motor ninja miliknya dari dalam rumah.

"Vi, mau ke mana?" tanya Revi sesaat sebelum Ravi menutup pagar.

"Mau ketemu orang," jawabnya.

"Ikut! Gue gabut!" Revi dengan cepat naik ke jok motor.

"Kalau gue ketemu cewek gimana? Mau jadi nyamuk lu?" tanya Ravi sambil menyerahkan helm pada kakaknya.

Revi memakai helm tersebut sambil berkata, "Gak mungkin! Lu kan gak punya kenalan cewek selain temen-temen di sekolah!"

Ravi pun melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Kembar tak identik ini terus mengobrol sepanjang perjalanan. Akhirnya, mereka sampai di cafe depan SMA Adhigana dan langsung menemui Arfin and the geng.

"Haloo, Ravi dan?" Dirga menunjuk Revi.

Bukannya Revi, Byan justru yang menjawab pertanyaan Dirga. "Revi, ya?"

"Ah, iya!" jawab Revi. Tanpa ragu, lima orang lelaki itu mempersilakan Revi dan Ravi duduk di kursi.

Revi yang memang sedikit tomboy dengan mudah memahami pembicaraan keenam lelaki tersebut. Mereka semua—kecuali Ravi—kagum dengan Revi dan mengajaknya bergabung menjadi anggota Leander Girls dengan sebuah syarat yang tak seharusnya dengan mudah diucapkan di sebuah cafe.

***

Bona terus memandangi Nara yang saat ini menjadi mentornya. Ia bahkan tak menyimak materi yang sedang disampaikan. Akan tetapi, ia bukanlah satu-satunya wanita yang memandang cowok dengan rambut berwarna hitam berponi tersebut.

"Ih, kakak itu ganteng banget ya!" bisik cewek di belakang Bona.

"Ih, kayanya kalau aku jadi pacar dia cocok deh!" bisik orang lain di samping Bona.

"Ahh! Kalau gini sih kehidupan kuliah gue bakalan nyaman, apalagi kalau dia jadi milik gue!" bisik yang lain lagi.

Ditambah lagi, Bona yang saat itu sedang memandang Nara ter-notice dan membuat semua cewek-cewek di sekitar Bona berpikir bahwa Nara melihat ke arah mereka. Setelahnya, Nara tersenyum pada Bona yang membuat cewek-cewek disekitarnya ikut tersenyum.

"Ahh." Bona yang kesal membuat Nara sedikit tertawa.

"Ihh dia ketawa! Makin ganteng gak sih?"

"Tadi dia lihat ke arah gue, lho!"

"Dih, mana mungkin! Dia lihat ke arah gue, kok!"

Bona yang kesal pun langsung menyumpal telinganya dengan jari kelingking. Meskipun saat di SMA ia sudah biasa mendengar bisik-bisik wanita tentang ketampanan Nara, tapi ia tetap bosan dan benci dengan bisikan-bisikan itu.

***

Di SMA Adhigana, terutama di kelas X IPS 2, Arfin kembali tertidur seperti di jam pelajaran sebelumnya. Nadira yang tak sengaja melihat ke belakang pun menyuruh Seyda untuk membangunkannya, tapi Seyda menolak.

Nadira pun berusaha sendiri membangunkan Arfin dengan menggoyang-goyangkan badannya. “Fin, guru killer lho ini! Bisa-bisanya lu tidur!”

“Ahh, bacot.” Arfin membuka matanya dan kembali tertidur.

“Tuh kan, gak mau bangun dia!” ucap Seyda.

“Tapi ini kan–”

“Bagian belakang itu kenapa? Kalian gak mau memperhatikan saya?” tanya bu guru sambil mendekat ke bangku Nadira dan Seyda.

[TAMAT] 18 At 10 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang