“Thanks ya, buat hari ini.” Seyda melepas helm dan memberikannya pada Arfin sesampainya di depan rumah. Arfin pun tersenyum dan balik membalas, “Gue yang makasih, Lo udah ngajak gue jalan-jalan hari ini!”
Seyda dan Arfin pun saling memberi senyuman hangat terhadap satu sama lain. Hari ini, Arfin lagi-lagi terhibur berkat Seyda, sang pujaan hati. Ya, meskipun, hubungan mereka hanya sebatas mantan yang berubah menjadi teman.
Di saat hening ini, sosok Ravi yang tiba-tiba membuka garasi rumah membuat mereka terkejut. Ravi juga ikut terkejut mendapati wakil ketua Leander dan kakaknya. Ia lalu bertanya, “Kak, gak akan ke markas? Bentar lagi acaranya di mulai, ‘kan?”
Byan sialan! Ngapain coba ngadain acara di hari sekolah? rutuk Arfin dalam hati. Seyda yang kebingungan melihat raut muka Arfin yang berubah pun langsung bertanya pada adiknya, “Ke markas? Acara apa?”
“Mmm–”
“Gak apa-apa, cuma kumpul biasa.” Beruntung, Arfin bisa mencegah Ravi berkata yang sesungguhnya. Seandainya Seyda tahu, mungkin Seyda akan sangat khawatir dan takut suatu hal buruk akan menimpa adiknya. Tanpa pikir panjang, Arfin pun menyalakan mesin motornya. “Gua pamit ya Sey, duluan ya Vi!” Arfin langsung melajukan motornya tanpa mendengar jawaban dari Seyda maupun Ravi.
***
“Yan, apaan maksud lo di grup ngadain acara peresmian anggota?” bentak Arfin sesampainya ia di basecamp.
“Sampe juga, bro! Acara bentar lagi mulai, mending bantu–”
“Ini kecepetan, Yan! Kita gak bisa tanpa persiapan kaya gini, tanpa diskusi, tanpa rapat, tanpa ada–”
“Semua udah gue rencanain, Fin! Tenang!”
“Tenang?” Arfin membuang mukanya dan membuat senyum remeh di mukanya. “Acara pengesahan anggota gak semudah itu dibuat, Yan! Lagian kenapa gak ngambil weekend sih kaya waktu dulu-dulu?”
“Biar beda dari taun sebelumnya dong, Fin! Masa sama terus? Gak ada perkembangan dong geng ini!” Byan masih santai menjawab pertanyaan Arfin, meski ia tahu bahwa jawabannya akan membuat amarah sahabatnya itu semakin naik.
“Emang kartu anggota udah jadi semua? Emang baju sama jaket udah selesai di buat? Belum, ‘kan!”
“Fin, lu gak usah cari masalah sekarang! Udahlah, lagian kita semua udah dengerin penjelasan–”
“Gar, kita ngadain acara ini buat apa?!” Arfin menatap mata Tegar yang kini berada di sampingnya dengan tatapan yang penuh amarah. “Kalau emang gak ada hasilnya, buat apa? Nyapein diri tau gak!”
“Fin, udah lah!” Gilang menepuk-nepuk pundak Arfin lembut, lalu memutar tubuhnya 90 derajat ke arah kiri. Mereka kini saling berhadapan. “Kita ‘kan bentar lagi mau tawuran, mana mungkin dong bawa calon anggota ke tawuran? Makanya Byan ngejalanin ini sekarang!”
“Tapi–”
“Tapi apa lagi sih, Fin? Ini udah suruhan ketua, gak usah ngebantah bisa, ‘kan?! Banyak bacot tau gak Lo!” sanggahan dari Dirga membuat Arfin tak sanggup berkata-kata. “Udahlah, gak usah kekanak-kanakan! Capek gue sama sikap Lo yang kaya bocil!”
“Gak usah bawa-bawa sikap gue ke sini!”
“BISA DIEM GAK SIH?” Teriakan Byan membuat seluruh anggota berhenti melakukan aktivitasnya. Mereka fokus melihat ke arah lima sekawan yang saat ini berkumpul di ruang tengah. Byan sambil mendorong-dorong bahu Arfin dengan jari telunjuknya berkata, “Lo kalau gak nurut sama ketua lo, mending ngundurin diri jadi wakil ketua! Gak sudi gue punya wakil yang gak nurut kaya lo!”
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] 18 At 10
Teen FictionFOLLOW DULU KALAU MAU BACA‼️‼️ Jangan lupa vote dan komen ya👋🤩 Setahun telah berlalu sejak gadis manis itu melepas masa Sweet Seventeennya. Sebuah masa di mana seumuran gadis cantik itu telah memasuki jenjang pendidikan tinggi yang spesial. Namu...