PLAK!
Baru saja Seyda dan Eja berbicara, Bona langsung melakukan apa yang mereka pikirkan. Tamparan keras pada Arfin melayang begitu saja tanpa bisa mereka cegah.
"Ngapain …"
"Elu yang ngapain!" Arfin yang akan berbicara kembali terdiam mendengar Bona. "Heh, Sotong! Elu kenapa kemarin-kemarin nembak sahabat gua, hah? Lu pikir lu siapa nembak dia? Brondong macam lu gak akan bisa diterima!"
Seyda bangkit dan menyuruh Arfin untuk pergi dari tempat. Akan tetapi, Arfin menolak dan memilih untuk cekcok dengan Bona. "Kenapa sih dari waktu awal kita ketemu lu gak suka banget sama gue? Kaya yang kenal aja sama gue!"
"Ohh ngelunjak lu ye sekarang!"
"Iyalah, kenapa enggak? Udah cukup gue dipermaluin waktu itu! Sekarang harusnya giliran Lo yang ada di posisi gue waktu itu!"
Mendengar Arfin yang berniat akan mempermalukan Bona, Eja tak tinggal diam dan membela sahabat—atau crush—nya dari serangan ABG tersebut. Eja menyerang Arfin sama seperti Bona menyerang Arfin, hanya melalui ucapan yang dapat membuat Arfin merasa dipermalukan untuk dua kalinya. Ditambah Eja sendiri memang kurang suka bermain fisik bahkan jika bertengkar dengan sesama lelaki.
Pada akhirnya, Seyda berhasil mengusir Arfin dengan berkata bahwa mereka akan putus sekarang juga jika dirinya tak berhenti. Arfin yang sudah siap menonjok Eja pun memilih untuk pergi.
“Ehh, Brondong! Mau kemana, lu? Kita belum selesai ini!” jerit Eja.
“Eja!” Bona memukul lengan atas sahabatnya itu. “Udah, dong! Berlebihan tau gak!”
Bona yang kecewa karena rencananya digagalkan oleh Eja pun pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Eja langsung menyusul Bona dan meminta maaf berkali-kali, sedangkan Seyda memilih untuk menghabiskan mie terlebih dahulu, baru menyusul Eja dan Bona.
***
Arfin tidak langsung pulang ke rumah, tapi ia mampir ke markas Leander terlebih dahulu. Sesampainya di markas, Arfin mengajak Dirga yang sedang bermain uno keluar untuk membeli makanan di warung terdekat.
“Lu kenapa? Lagi asik-asik main juga!” protes Dirga.
“Bu, tempe satu, ayam satu, sama sayurnya juga ya.” Arfin selesai memesan makanan. “Anu, si Byan ngehancurin rencana gue.”
“Maksud lu dia dateng ke tempat yang bunga-bunga itu?” tanya Dirga yang diikuti oleh anggukan Arfin. “Anjir! Bu, tempenya dua ya!”
“Eh, lu pikir gua bakal nraktir apa?” ketus Arfin.
“Ya udah gak jadi curhat! Mending balik gua!” Dirga yang sudah berdiri ditahan oleh Arfin. Arfin pun langsung memesankan satu porsi nasi untuk Dirga.
Sembari makan, Arfin pun membahas kejadian tadi siang. Bagaimana kesalnya ia ketika Byan tiba-tiba ada di tempat yang sama, Byan yang duduk di sebelah pacarnya dan bahkan lebih sering berduaan dengan Seyda daripada dirinya. Sampai-sampai Byan yang dikira pacarnya Seyda daripada Arfin sendiri.
Dirga pun mengungkapkan bahwa pertemuan Byan dengan mereka di taman tadi bukanlah sebuah kebetulan biasa. Tadi pagi, saat mereka berempat sedang berkumpul di markas, Byan menanyakan keberadaan Arfin. Tegar pun mengatakan bahwa Arfin sedang bersama Seyda dan Dirga membocorkan lokasi mereka berada jika mereka jadi dating.
“Dan seperti yang bisa lu bayangin, gua diamuk masa setelah Byan pergi nyusul lu.” Dirga tersenyum kaku dan mengacungkan kedua jarinya sebagai tanda peace, tapi tentunya itu tidak berpengaruh pada Arfin. Arfin tanpa ragu memukul kepala sahabatnya itu sambil mengutuknya berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] 18 At 10
Teen FictionFOLLOW DULU KALAU MAU BACA‼️‼️ Jangan lupa vote dan komen ya👋🤩 Setahun telah berlalu sejak gadis manis itu melepas masa Sweet Seventeennya. Sebuah masa di mana seumuran gadis cantik itu telah memasuki jenjang pendidikan tinggi yang spesial. Namu...