"Heh, Lo ya jing yang sama dia terakhir! Kok bisa dia gak ada?!" bentak Ravi saat Bobby tiba di rumahnya dan mengatakan kejadian sebenarnya.
"Vi, gue beneran gak tau! Dia tiba-tiba gak ada kabar!" Bobby berusaha membela diri.
"Terus gimana sekarang? Gue harus bilang apa ke kakak sama papah gue?!" bentak Ravi. Seyda yang mendengar bentakan itu langsung turun ke bawah dan bertanya apa yang terjadi. Setelah mendengar ucapan Bobby, Seyda seketika merasa lemas. Ia pun dibawa ke kursi oleh Ravi.
Ravi tiba-tiba teringat dengan surat yang didapatkan Revi kemarin malam. Ravi pun mengambil surat tersebut di kamar sang adik dan menunjukkannya pada Bobby dan Seyda. "Kayanya dia diculik deh," ucap Ravi.
Surat tersebut pun diperhatikan dengan saksama oleh Seyda maupun Bobby. Seyda merasa tak asing dengan tulisan tersebut. "Ini ... tulisan siapa?" tanya Seyda sambil memperhatikan tulisan itu lekat-lekat.
"Gak tau, kemarin ada di paket!" seru Ravi.
"Kaya tulisan Byan," ungkap Seyda.
"Hah? Kak Byan?" tanya Ravi.
"Sebentar, Kak!" Bobby mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya. "Ini tulisannya kak Byan waktu ngejelasin strategi tawuran ke gue."
Ravi menggabungkan kedua kertas tersebut dan terkejut karena kesamaan tulisan yang terdapat di kedua kertas. "Ayo lapor polisi! Gak bisa dibiarin ini!"
"Nanti, biar gue aja yang lapor!" Seyda mengambil kedua kertas tersebut secara paksa dari tangan adiknya. "Gue sama tim gue yang bakal lapor! Ini bisa jadi bukti kejahatan lain yang dia lakuin!"
***
"Nadira juga ilang?!" tanya Bona dan Eja hampir bersamaan.
"Iya!" Muka marah Seyda terlihat jelas di mata kedua sahabatnya itu. "Kita tadi ke rumahnya dan katanya dia semalem gak pulang!"
"Brengsek emang!" umpat Bona.
"Eh tapi jangan lupa, kita harus wawancara bapak yang waktu itu ngobrol sama Pak Mahesa!" Eja mengganti topik obrolan.
"Sekarang ya? Aah, harusnya kita ajak si Nadira biar berguna tu anak!" ungkap Bona.
"Tapi maaf-maaf nih, gue sama Seyda gak bisa ikut nemenin wawancara," sela Arfin.
"Lah? Mau ke mana?" tanya Eja.
"Date." Arfin tersenyum dan merangkul Seyda. Akan tetapi, reaksi dari kedua orang yang berada di depannya itu berbeda. Si cowok menatap keduanya bahagia, sedangkan si cewek menatapnya dengan tajam. "Sey, lu katanya gak mau pacaran dulu sebelum lulus?!" bentak Bona.
"Bon, kita gak jadian!" bantah Seyda sambil melepaskan tangan Arfin dari bahunya.
"Terus apa?!" Bona berdiri dan menghentakkan kakinya ke lantai. "Lu katanya mau nge-date, berarti pacaran!"
"A-Anu maksud gue tuh karena gue sama dia mau-"
"Diem lu!" bentak Bona lagi yang membuat Arfin menundukkan kepalanya.
"Gue sama Arfin mau ngeliat ke daerah tempat si Revi sama Nadira diculik!" Kini Seyda yang membentak. Ia lalu memegang tangan Arfin dan menyeret Arfin setelah berkata, "Yuk, Fin! Tinggalin dua orang pacaran itu!"
"Wah, emang boteng Lo!" kutuk Bona.
"Boteng apaan dah?" tanya Eja.
"Bocah tengil," jawab Bona. "Buruan ah nyalain tuh komputer lu! Kita cari tuh bapak sekarang lagi di mana!"
"Marahnya ke siapa, lampiasinnya ke gue!" Eja yang pasrah pun mulai menyalakan komputernya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] 18 At 10
Teen FictionFOLLOW DULU KALAU MAU BACA‼️‼️ Jangan lupa vote dan komen ya👋🤩 Setahun telah berlalu sejak gadis manis itu melepas masa Sweet Seventeennya. Sebuah masa di mana seumuran gadis cantik itu telah memasuki jenjang pendidikan tinggi yang spesial. Namu...