“Berita terkini. Motif Haikal, calon COO dari PT. Callock Group yang tertangkap pada hari Minggu kemarin telah terungkap. Polisi menyatakan bahwa motif pelaku melakukan pembunuhan terhadap putri atasannya dan CEO-nya ialah untuk mendapatkan jabatan. Selain itu, kasus tabrakan mobil dan truk dua belas tahun lalu juga ternyata merupakan perbuatan pelaku yang tak suka melihat mantan pacarnya yang merupakan istri atasannya hidup tenang dan bersenang-senang.”
“Hah, orang gila kalau dikasih kuasa ya gitu!” kritik Bona saat ia, Seyda, dan Eja sedang berkumpul di ruang tengah rumah Eja.
“Ckckck, tapi sikap dia dikantor belum ketauan, jir! Kata si Ramdan, waktu kemarin gue ketemu dia lagi, katanya emang si Haikal itu suka ngelakuin kekerasan lah ke bawahannya,” tambah Eja sambil menyimak berita selanjutnya dari TV tersebut.
“Gue sih paling gak nyangka kalau yang truk nabrak itu dalangnya dia juga,” lanjut Seyda.
“Gak nyangka sih kalau orang terdekat gue juga terlibat sama kasus semengerikan itu,” sindir Bona sambil merangkul Seyda. “Sekarang Lo fokus aja ke nilai, gak usah ada rasa takut yang berlebihan dalam diri Lo. Oke?”
“Oke!” Senyum terbaiknya ia tunjukkan pada sahabatnya itu. Eja yang berada di sana pun ikut tersenyum.
***
Hari demi hari berlalu. Tak terasa, waktu mereka di kelas dua belas sudah semakin berkurang. Seyda sendiri mulai rajin les, begitu pun Arfin yanh mulai rajin belajar ditemani tutor yang dia inginkan. Meski beberapa orang masih membahas Byan, tapi Arfin dan Seyda akhirnya berhasil mengurangi satu beban di pundak mereka.
“Finally, hari-hari tanpa beban datangg!” jerit Arfin saat mereka berada di sebuah taman bermain. Seyda seketika membantah ucapan tersebut dengan mengatakan bahwa beban mereka justru bertambah karena SNBP kini sudah di depan mata.
“Oh iya, gue pikir lu bakal masuk jurusan yang desain-desain gitu, Sey!” tutur Nadira.
“Ya dulu sih gitu, tapi sekarang keinginan gue berubah, gue pengen masuk Tata Busana!” seru Seyda.
“Berubah terus perasaan, dasar labil!” ejek Arfin. Seyda menepuk pundak Arfin dengan kencang dan membuat Arfin meringis karenanya.
“Itu doang? Menurut gue Lo cocok aja tuh masuk ke jurusan Seni Musik kaya yang Lo mau,” usul Nadira. “Ada kesempatan buat dua jurusan, kenapa gak diambil?”
“Iya sih, ya pokoknya belum gue pikirin lagi lah mau jurusan apa nantinya!” Seyda mengakhiri percakapan. Mereka pun lanjut membeli es krim dan duduk di sebuah kursi.
“Maaf ya gue jadi nyamuk, habisnya gue mau bilang makasih ke Lo berdua,” ungkap Nadira. Seyda dan Arfin terkejut. “Gak usah minta maaf, si Arfin juga seneng kok bisa ditraktir main wahana!” canda Seyda.
“Yee, elu juga seneng ya, refreshing!” ejek Arfin. Seyda dan Nadira pun tertawa bersamaan.
Di sisi lain, ada trio anak SMA yang juga sedang bermain di sebuah mall. Trio yang di kini berada di kelas XI itu beranggotakan Bobby dan Revi, beserta Ravi yang dianggap pengganggu. “Gue boleh minta waktu gue cuma bareng Bobby gak?” pinta Revi pada kembarannya.
“Gak,” tegas Ravi. Bobby dan Revi kompak saling memandang satu sama lain dan memajukan bibir masing-masing. “Kalian kenapa sih? Gak usah kaya bocil gitu deh!”
“Lu ngapain coba ikutin kita? Gue udah reservasi restoran berdua juga!” protes Bobby.
Ravi mencubit telinga Bobby dan berkata, “Lu pikir gue mau ngerelain adik gue pacaran sama Lo? Gue pikir gue mau biarin tu anak satu ilang lagi gara-gara jalan sama Lo, hah?”
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] 18 At 10
Teen FictionFOLLOW DULU KALAU MAU BACA‼️‼️ Jangan lupa vote dan komen ya👋🤩 Setahun telah berlalu sejak gadis manis itu melepas masa Sweet Seventeennya. Sebuah masa di mana seumuran gadis cantik itu telah memasuki jenjang pendidikan tinggi yang spesial. Namu...