"Pak Mahes, dipanggil bos ke ruangan!" panggil salah seorang karyawan. Mahesa pun langsung meninggalkan mejanya dan pergi ke ruangan bosnya.
Mahesa langsung mengetuk pintu sesampainya di depan ruangan bos. Terdengar suara berat seorang pria dari dalam ruangan yang menyuruhnya untuk masuk. Mahesa dengan sedikit gugup pun membuka pintu dan menyapa bosnya.
"Sini, sini, duduk!" ucap Teddy pada Mahesa. Tanpa menunggu lama, Mahesa duduk di sofa.
"Ada apa, Pak?" tanya Mahesa.
"Ah, ini, anakku itu lho, dia mau ngomong sama kamu. Katanya dia ada sesuatu yang mau ditanyain ke kamu," jelas Teddy.
Pak Irwan mau nanya sesuatu? Mahesa bertanya-tanya dalam pikirannya.
"Si Irwan bikin nunggu orang sibuk aja! Katanya bentar lagi datang!" Pria dengan rambut yang sudah memutih itu meminum teh yang ada di hadapannya. "Dyah, kapan si Irwan datang?"
"Mereka sudah ada di sini, Pak." Sesaat setelah Dyah-sekretaris Teddy-berkata, pintu diketuk dan terdengar suara Irwan dari luar. Setelah dipersilakan masuk oleh sang ayah, Irwan langsung masuk dan duduk di depan Mahesa.
"Kamu ini dari mana aja, sih? Lama banget!" keluh Teddy. "Mau teh atau kopi?"
"Gak usah, Pah. Aku gak mau basa-basi di sini." Irwan menatap tajam mata Mahesa yang sedang menatapnya. Mahesa yang terkejut langsung mengalihkan pandangan ke sekitar ruangan.
"Jadi begini, Pak Mahesa. Saya punya seorang putri yang saat ini terancam." Irwan berhenti sejenak.
Teddy yang terkejut pun berkata, "Diana terancam-"
"Dan saya mau ajak Bapak untuk bekerja sama menangkap pelaku. Bagaimana?" Irwan berdiri dan memperlihatkan foto Seyda, Ravi dan Revi yang diambil secara diam-diam. "Bapak harus tahu, mereka sedang dalam bahaya pula seperti putri saya. Ada orang yang terus memerhatikan perilaku putra-putri Bapak."
"Mana mungkin mereka dalam bahaya, Pak!" Mahesa tak percaya dengan apa yang diucapkan Irwan.
"Kerja sama dengan saya atau saya biarkan ada yang melukai putra-putri bapak?" tegas Irwan.
"Saya gak setuju!" tutur Teddy. "Maksud kamu apa ngajak dia buat kerja sama ngelindungin Diana? Lagi pula Diana udah punya banyak penjaga!"
"Pah, aku ada-"
"Cukup! Mahes, kamu bisa pergi dari ruangan saya, dan kamu Irwan, kembali ke kantor!" suruh Teddy. Melihat Teddy yang sudah mulai naik darah, Mahesa pun pamit dan pergi dari ruangan bosnya tersebut.
Meski kurang percaya, ucapan COO di perusahaannya itu mengganggu pikirannya. Akan tetapi, Mahesa berusaha menghilangkan pikiran itu karena bukti yang ada hanya foto dari jauh yang belum tentu bisa membahayakan putra-putrinya.
***
"Seyda, Seyda!" Nadira menggoyangkan tubuhnya. Seyda yang terbangun dari tidurnya langsung mengusap matanya dan bertanya jam berapa saat ini. Nadira pun berkata bahwa sekarang sudah memasuki waktu istirahat.
"Ya ampun, kasian banget gak sih." Laila yang masih ada di kelas berbicara sedikit keras.
"Pacarnya hilang, dia ditinggal gitu aja. Idih, kalau gue sih mending putusin ya!" komen Cantika, sahabat Laila.
"Haha, bener tuh. Bukannya dibangunin biar makan, malah ditinggal!" tambah Amira, sahabat Laila yang lainnya. Ketiganya lalu tertawa bersamaan.
Nadira yang kesal dengan sikap mereka ingin sekali mendatangi trio tersebut, tapi Seyda menahannya dan berkata bahwa mereka harus dibiarkan agar berhenti berbicara. Nadira lalu mengikuti saran Seyda dan mereka pun memakan bekal masing-masing.
![](https://img.wattpad.com/cover/319419137-288-k464836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] 18 At 10
JugendliteraturFOLLOW DULU KALAU MAU BACA‼️‼️ Jangan lupa vote dan komen ya👋🤩 Setahun telah berlalu sejak gadis manis itu melepas masa Sweet Seventeennya. Sebuah masa di mana seumuran gadis cantik itu telah memasuki jenjang pendidikan tinggi yang spesial. Namu...