"Berita itu hoaks, kak! Bohongan!" tegas Bona pada kakak kelas yang sedang asik membahas rumor Eja.
"Iya, bawel!" ketus salah seorang dari kakak kelas tersebut.
"Jangan percaya lagi! Sekalinya kakak percaya, hidung kakak bakal ngeluarin darah seger!" ancam Bona sambil mengepalkan tangannya. Ia lalu pergi dan terus menemui setiap kelas XI yang ada di koridor untuk memperingati mereka bahwa rumor itu hanyalah sebuah kebohongan belaka.
Setelah dua geng kakak kelas diberitahu, Bona melihat ketua OSIS saat ini dan seorang wanita di koridor. Melihat itu, Bona sedikit ragu untuk menghampiri mereka, takut mengganggu momen romantis dua orang tersebut. Akan tetapi, mana mungkin ia melewatkan kesempatan bertemu ketua OSIS sekaligus memberi tahu tentang kebenaran rumor yang beredar.
"Halo, Kak Nara dan pacarnya!" sapa Bona. "Gue gak ganggu kalian, kan?
"Halo!" sapa Nara. "Dia bukan pacar gue, tenang aja."
Bona merasa lega bahwa mereka hanya berteman. “Mmm … Kak, rumor itu gak usah dipercaya, ya! Itu bohongan doang, kok!”
"Rumor anak kelas sepuluh itu cuma rumor? Katanya ada bukti dia selingkuh," ucap teman Nara yang bernama Hana.
"Bukti? Pasti editan itu!" seru Bona. "Pokoknya, itu cuma bohongan ya, kak! Jangan pernah percaya meskipun ada bukti sekalipun!"
Bona pun pergi meninggalkan Hana dan Nara yang terkejut dengan sikap Bona. Nara yang masih terkejut dengan kegigihan Bona pun berkata, "Ckckck … ada ya orang yang gak peduli sama bukti."
"Katanya mereka sih udah temenan dari kecil, jadi dia tau sifat si cowok itu gimana," jawab Hana.
Beberapa hari kemudian, Nara yang sedang bersama Hana di kantin kembali bertemu dengan Bona yang masih berusaha mengungkapkan bahwa rumor yang beredar hanyalah sebuah perusahaan hoax.
"Lu semua tau berita anak kelas sepuluh itu gak?" tanya seseorang pada gengnya.
"Rumor yang ibunya selingkuh itu?" tanya teman lain.
"Kalau yang itu fakta! Rumornya itu anaknya tukang selingkuh juga!"
Eja yang malu terhadap tingkah Bona yang mulai melabrak kakak kelas berusaha mencegah Bona. "Udah, berhenti! Lagian gue gapapa, kok!"
"Kak, kakak denger gak anak ini ngomong apa? Dia dijelekin gapapa, lho! Kakak kalau dijelekin pasti ngamuk, kan?" cerca Bona yang diikuti oleh tertawa sinisnya.
Entah mengapa, Nara ikut tertawa mendengar cercaan Bona. Ia juga merasa kagum pada keberanian Bona untuk membela sahabatnya sendiri.
Semakin sering Nara melihat Bona, semakin ia jatuh cinta padanya. Bahkan, Nara diam-diam membantu Bona agar rumor itu tidak terdengar lagi di telinga Bona ataupun Eja.
***
"Bona?" Arfin teringat akan panggilan Ravi pada 'nenek lampir' tadi sore.
Tak yakin dengan sosok Bona yang dimaksud sang kakak, Arfin pun memutuskan untuk bertanya apakah sang kakak masih menyimpan foto mantannya tersebut. Dengan mantap, Nara mengangguk dan mengambil sebuah kotak coklat dari bawah kasurnya.
"Ini!" Nara menyodorkan foto Bona pada Arfin.
"Jir, beneran dong …" ucap Arfin dengan mata yang membelalak dan mulut yang terbuka lebar
"Lu kenal sama dia?" tanya Nara.
Bukannya menjawab, Arfin justru bertanya tentang Seyda pada kakaknya. "Kakak pernah denger kata 'Seyda' keluar dari mulut dia gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] 18 At 10
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU KALAU MAU BACA‼️‼️ Jangan lupa vote dan komen ya👋🤩 Setahun telah berlalu sejak gadis manis itu melepas masa Sweet Seventeennya. Sebuah masa di mana seumuran gadis cantik itu telah memasuki jenjang pendidikan tinggi yang spesial. Namu...