20| Dia Kembali

13 2 0
                                    

Sinar lampu dan atap berwarna putih dengan dinding berwarna coklat keemasan menyapa Arfin saat ia membuka matanya. Di sebelah kanannya terdapat sebuah meja dengan vas bunga di atasnya dan tirai jendela berwarna coklat tua yang tertutup. Di sebelah kirinya, terdapat seorang gadis yang sedang tertidur dan di belakangnya terdapat sang kakak yang juga sedang tertidur di sofa berwarna cream.

“Sey …” panggil Arfin lembut sambil mengusap rambut perempuan tersebut secara perlahan. “Maaf ya, gue gak bisa nepatin janji.”

Si gadis tersadar dan terkejut melihat Arfin yang sudah sadar. Ia yang hendak memanggil dokter pun tak bisa lantaran tangannya digenggam oleh sang pujaan hati. “Jangan pergi, di sini aja, Sey.”

“Sey?” tanya gadis berambut pendek sebahu itu. “Fin, sadar! Gue bukan Seyda!”

Nara yang sudah pulas kini terbangun akibat bentakan Laila. Ia pun mendekati ranjang Arfin dan bernapas lega saat melihat sang adik sudah sadar. “Gue panggil dokter dulu ya, La! Jaga si Arfin!”

“Tapi Kak, kok dia manggil gue ‘Sey’ sih?”

“Efek obat bius itu, biasa aja kali! Entar juga kalau udah sadar sepenuhnya dia manggil nama Lo kok!” Nara pun membuka pintu kamar VIP dan meninggalkan Laila yang kesal dengan pernyataannya.

Saat Laila mengalihkan pandangan ke Arfin lagi, Arfin menyentuh wajahnya yang membuat pipinya memerah dan jantungnya berdetak hebat. “Sey, lu harus tau hati gue hancur pas tau Lo di-stalk sama sahabat gue sendiri. Gue gak nyangka, dia tega banget sama Lo. Maafin gue yang gak becus jaga Lo, maafin gue yang masih temenan sama dia ya, Sey.”

Meski kesal karena Arfin terus menyebut Seyda, tapi Laila juga senang karena akhirnya bisa mendapatkan sentuhan Arfin di wajahnya setelah sekian lama ia berjuang untuk mendapatkan sang pujaan hati.

***

Arfin terbangun dari tidurnya saat tirai jendela dibuka dan memberikan sinar hangat pada ruangan. Laila yang langsung berbalik pun tersenyum dan duduk di sebelah Arfin. “Hai, Fin!”

“Lo? Lo kok ada di sini?” tanya Arfin.

“Asal Lo tau ya, gue ada di sini semenjak Lo dirawat! Bahkan gue ngedenger Lo ngigau habis operasi, walaupun yang disebutnya si Seyda itu ya!” jawab Laila.

“Seyda tadi malem ‘kan ada di sini!”

“Mana ada! Ish, nyebelin banget!” gerutunya. “Lo kenapa sih gak lirik gue? Gue cantik Lo!”

“Gue gak mandang orang dari cantiknya, bego!”

“Terus si Seyda apaan? Emang dia pinter? Masuk ranking sepuluh besar aja kagak!”

“Tapi dia baik, friendly lagi!”

Helloo? Terus gue yang nungguin Lo ini gak baik gitu?”

Tok! Tok! Tok!

Seorang perawat masuk ke ruangan setelah dipersilakan oleh Arfin. Perawat tersebut membawakan sebuah bubur dengan air hangat dan beberapa obat. Perawat pun pergi begitu saja setelah menyuruh Arfin lekas makan dan langsung meminum obat setelahnya.

“Nahh, ayo makan! Aku suapin!” Laila sudah mengambil sesendok bubur. Namun, Arfin menolak dengan membuang mukanya ke samping. “Gak, najis disuapin sama Lo!”

“Cepet, nanti dimarahin sama susternya!”

“Gak, gak mau! Gue aja sen–”

“Arfin!” Mama Arfin langsung membuka pintu dan menghampiri anaknya. “Ada lagi yang sakit?”

[TAMAT] 18 At 10 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang