13| Lost

66 4 0
                                        

"Suratnya masih ada di gue, Bon! Dia yang bohong sama lo!" bentak Eja balik. "Gue ingin lo terima gue, Bon! Gue capek nunggu. Jawaban-"

"Jawaban dari gue enggak." Suasana hening seketika. "Gue gak pernah suka sama lo, Ja! Dan gue juga gak akan semudah itu lupain Nara!"

"Terus? Lu mau terus terjebak sama masa lalu? Sampe kapan, Bon?! Dia aja udah bukan Nara yang kita kenal lagi!"

"Pokoknya enggak! Jangan harap gue bakal suka sama lo!" Bona pergi meninggalkan Eja. Di saat itu pula, tiba-tiba setetes demi tetes air turun dari langit.

Kenapa gue gak layak dicintai lagi?
Setelah Kania, kenapa gue gak bisa dicintai sama orang lagi?
Gue seburuk itu kah di mata dia? Sampe dia ngomong gitu?
Kenapa dunia ini gak adil? Selalu aja orang yang gak good looking gak disukai meskipun sifatnya baik.

Reza terus memikirkan perkataan terakhir Bona sambil berusaha menahan air matanya jatuh. Reza ingin berteriak ke langit, ingin berkata bahwa dunia ini hanya adil pada orang good looking dengan sifat yang terkadang kurang beradab. Akan tetapi, ia berusaha menahan rasa amarahnya itu agar tak mengganggu tetangga lain.

***

Di sisi lain, Seyda dan Arfin kini masih fokus belajar dengan mengerjakan buku soal. Mereka berada di sebuah tempat belajar yang letaknya cukup jauh dari rumah masing-masing. Dalam waktu satu jam, Seyda sudah menamatkan beberapa soal dari mata pelajaran yang berbeda, lain hal dengan Arfin yang sesekali melihat HP-nya.

"Sey, lu ngerti ini?" tanya Arfin sambil menunjukkan sebuah soal di buku.

Seyda menggeleng, "Mana ada gue ngerti beginian!"

"Ya siapa tau kan, elu kan lebih pinter dari gue!" seru Arfin.

Mereka pun kembali fokus pada buku soal, tapi hanya dalam hitungan detik Arfin sudah menutup bukunya. "Ah males ah!"

"Lah, selesai?" tanya Seyda yang kini juga ikut menutup bukunya.

"Lho, lu juga selesai!" balas Arifin.

"Gue mau cabut, udah disuruh balik sama bokap," jawab Seyda sambil mengecek HP-nya yang sudah beberapa kali berdering.

"Di jemput apa mau gue anterin?" tawar Arfin.

"Di jemput sama bokap." Seyda beranjak dari tempat duduknya. Akan tetapi, Arfin tiba-tiba menggenggam pergelangan tangannya yang membuatnya berhenti melangkah.

"Jaga baik-baik Ravi sama Revi. Bukan berarti gue gak bisa jagain mereka di geng ini, tapi gue rasa ilmu mereka gak sejauh itu. Jangan sampe mereka shock sama apa yang terjadi, terutama Revi. Sebisa mungkin kasih tau mereka, karena mereka belum pernah jadi anak bandel keliatannya," jelas Arfin panjang lebar.

Seyda merasa heran dengan apa yang diungkapkan Arfin. Melihat kening Seyda berkerut, Arfin tersenyum dan kembali berkata, "Bukan, bukan mereka bentar lagi bakal disiksa, cuma hati-hati aja. Geng Leander ini udah cukup lama dan tradisinya udah melekat. Takutnya, mereka shock, apalagi Revi yang dengan polosnya semangat ikut geng motor."

"Revi juga?! Dia gak bilang apa-apa ke gue!" Mata Seyda seketika membesar. Bagaimana bisa kedua adiknya ikut geng motor, ditambah lagi Revi yang ia anggap gadis yang tak mungkin ikut geng seperti itu.

"Tenang, meskipun Leander ini kelihatannya jahat gitu ya, tapi gak sejahat itu kok. Kita juga tetep ada acara ngasih ke orang sekitar juga," lanjut Arfin lagi.

Seyda masih terdiam di tempat, berusaha mencerna kata demi kata yang Arfin ucap. Melihat hp Seyda yang kembali berdering, Arfin berdiri dan membalikkan tubuh gadis yang dicintainya itu. Ia kemudian berkata, "Sana pergi, bokap Lo udah nelpon tuh!"

[TAMAT] 18 At 10 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang