7| Remember

31 3 0
                                    

"Ini itu sama kaya di nomer lima, Sey," jawab Nadira.

"Cara masukkin ke rumusnya gimana? Ini kan ada yang belum diketahui," tanya Seyda.

"Biar aku jelasin." Byan mengambil buku matematika Seyda dan menjelaskan kembali cara mencari bagian yang belum diketahui.

Penjelasan Byan membuat Seyda paham dengan pelajaran matematika yang biasanya sulit ia mengerti. Seyda lalu berterima kasih dan berkata, "Yang jadi pacar lu pasti beruntung, punya cowok yang pinter, baik, perhatian–"

"Lu juga beruntung! Punya cowok kaya Arfin! Dia kan kaya, ganteng, badannya bagus, terus jarang ngajak cewek jadian lagi!" puji Nadira.

"Gitu-gitu juga lu tau kan gue sama dia cuma pura-pura!" rengek Seyda.

"Sey, si Arfin ngajak lu jalan-jalan tuh!" Byan yang tak sengaja melihat notifikasi dari hp Seyda langsung memberikan hp itu pada pemiliknya.

"Tuh, kan! Kalau cuma pura-pura, dia gak mungkin ngajak lu jalan!" Nadira meneguk hazelnut latte miliknya.

"Kalau lu gak suka, putusin aja! Lagian kalian berdua itu gak sefrekuensi, satu mau belajar, satunya mau jalan-jalan. Kalau diterusin, emangnya bakalan bener? Menurut gua sih enggak," jelas Byan.

Iya, juga. Masa gara-gara boneka itu gue jadi baikan? batin Seyda. Dengan cepat, ia memutuskan untuk membalas pesan Arfin dengan balasan yang tidak nyambung dengan pesan pertama.

Arfin:
Jalan yuk

Seyda:
Kita mending putus aja

***

"Aaahh!" jeritan Diana membuat seisi rumah terkejut. Byan, Irwan, Teddy serta para pembantu langsung datang ke kamar Diana dan dikejutkan dengan pemandangan yang ada.

Kamar Diana yang biasanya terlihat rapi, kini seperti kapal pecah. Tak hanya itu, di kertas yang berserakan terdapat tulisan ancaman untuk Diana.

"APA INI?!" bentak Irwan. "SIAPA YANG MEMBERANTAKKAN KAMAR ANAK SAYA?"

Di saat para pembantu sedang membela diri, Byan mengambil kertas-kertas yang ada di lantai bersama Diana. Setelah semua kertas yang berisikan tulisan merah diambil, Byan dan Diana menyusunnya dan dikejutkan oleh pesan yang mereka baca. Teddy yang ikut bergabung pun dikejutkan melihat isi yang disampaikan pada cucunya.

'KAMU AKAN SEGERA MATI. TIDAK AKAN ADA LAGI WANITA DI KELUARGA MAHARDIKA. KELUARGA MAHARDIKA TIDAK AKAN ADA KETURUNAN LAGI.'

"Maksud … Maksud kamu akan mati apa?" Diana mulai menangis. "Aku … Aku kenapa mati?"

"Enggak, kamu gak akan mati. Kita semua bakal lindungin kamu." Byan berusaha menenangkan adik satu-satunya itu.

Irwan yang tak tahu isi pesannya pun mendatangi Teddy, Byan dan Diana. Dirinya seketika geram dan berkata bahwa penjagaan untuk rumah ini dan Diana akan diperketat.

"Satu orang teledor, semua akan kena hukumannya. Ingat itu!" Irwan keluar dari kamar putrinya.

"Dian, gak usah peduliin kata-kata itu, ya. Kakek, papah sama kakak kamu bakal jagain kamu. Diana gak akan mati sebentar lagi kok," ucap Teddy.

Setelah Diana sedikit tenang, Byan menyuruh para pembantu untuk membereskan kamar Diana. Sebelum keluar kamar adiknya, Byan mengambil kertas ancaman yang ada di meja belajar dan membawanya keluar.

Mahesa! Berani lu sekarang? batin Byan.

***

“Kak, rumor itu gak usah dipercaya, ya! Itu bohongan doang, kok!”

[TAMAT] 18 At 10 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang