3| Perasaan

91 7 0
                                    

"Pa … Pacar?!" seru Byan, Dirga, Tegar dan Gilang sesaat setelah mereka mendengar cerita dari Arfin. Saking terkejutnya, mereka sampai lupa menutup mulut sendiri sampai-sampai perlu diingatkan oleh Arfin.

“Gila lu! Gue ngasih ide itu bukan berarti nyuruh lu ngajak dia pacaran!” jelas Byan.

“Mana di peraturannya aja gak ada tuh wajib pacar yang dibawa, herman,” tambah Gilang.

“Heran!” Keempat sahabat Gilang sontak berteriak.

“Ohh gue tau, ini keinginan lu aja, kan? Ngaku lu!” Dirga lagi-lagi mengeluarkan gerakan-gerakan ala wanita yang sedang menggoda cowoknya.

Di tengah sikap jijik tiga orang lain terhadap sikap Dirga, Byan mendapat chat dari Seyda. Ia pun membuka chat tersebut dan tertawa sendiri. Ia lalu menunjukkan pesan dari Seyda yang berkata bahwa Arfin kembali ia tolak. Semua langsung tertawa, terkecuali Arfin yang kesal sendiri melihat kedekatan Byan dengan Seyda.

Tak lama kemudian, Papa Byan menelepon dan menyuruhnya untuk ke kantor. Byan pun berpamitan dan melaju sangat cepat ke kantor ayahnya dengan menggunakan motor ninja berwarna hitam. Setelah memarkirkan motornya, Byan pun masuk ke kantor COO dan duduk di depan Irwan.

“Kamu ini ngeyel! Udah dibilangin ada ancaman pembunuhan buat kamu sama adik kamu, tetep aja pake motor ke sana kemari!” geram Irwan.

“Aku ngerasa aman, jadi ya terserah aku, dong. Lagian aku bisa jaga diri, beda sama Diana,” jawab Byan.

Irwan menarik napas panjang, lalu berjalan ke arah kaca besar yang ada di samping kirinya. Ia lalu bertanya tentang seperti apa anak dari Mahesa di kesehariannya. Byan tentunya menjawab bahwa ia orang yang ramah-tamah, sama seperti dugaan mereka.

“Kamu ada rencana sesuatu buat cari tahu info lebih lanjut tentang kehidupan keluarga manajer itu?” Pertanyaan Sang Ayah membuat Byan tersenyum.

Byan lalu mengangguk dan berkata, “Ada, tentunya. Gak mungkin aku gak buat rencana buat cari tahu kehidupan mereka,”

“Rencana apa itu?” tanya Irwan.

Sambil tersenyum Byan berkata, “Rahasia,”

***

“Seyda!” sapa Arfin saat dirinya melihat Seyda yang baru saja tiba di sekolah. Seyda dengan muka masamnya berpura-pura seolah-olah tak melihat teman sebangkunya itu.

Arfin pun menyusul Seyda dan kini mereka berjalan bersamaan menuju kelas. “Please, ayo kita jadian! Masa lu mau gue ngaku-ngakuin lu sebagai pacar padahal kita gak ada hubungan apa-apa?”

Seyda berhenti berjalan dan menatap mata Arfin dengan penuh benci. “Please, jangan maksa orang! Lu pikir dengan lu maksa gue, gue bakal mau? Oh sorry, tampang lu yang lumayan itu bukan tipe gue,”

Arfin sakit hati karena ini kali pertama ada wanita yang tak menyukai mukanya. Biasanya, cewek-cewek banyak yang mengejar Arfin karena tampangnya dan berkata bahwa ia adalah tipe cewek-cewek tersebut. Ia lalu berjalan ke kelas dengan bermalas-malasan.

Keesokan harinya, Arfin terus mencoba menaklukkan hati Seyda lagi. Kali ini ia berusaha dengan memberikan Seyda hadiah berupa coklat dan juga sebuah boneka panda yang berukuran kecil. Sayang, percobaannya lagi-lagi gaga karena bonekanya malah dikasihkan kepada Nadira, sahabat Seyda di sekolah.

Di rumah, Arfin terus memikirkan cara agar Seyda mau menerimanya. Namun, beberapa saat kemudian, kejadian yang selalu mengganggu pikirannya terwujud!

Ya, Seyda menerima Arfin setelah ia terus-menerus menolaknya. Memang, Arfin juga memiliki rasa penasaran bagaimana bisa Seyda tiba-tiba menerimanya? Akan tetapi, hal itu tidak sebesar rasa senangnya yang membuatnya berguling-guling di kasur.

[TAMAT] 18 At 10 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang