Dev turun dari lantai atas, ia melihat Meera dan Asha tengah berkutat di meja makan.
"Kamu udah panggil Dev kan? Anaknya kok gak turun-turun?" Ucap Meera saat menata piring.
"Bentar lagi juga turun sendiri bun" Ucap Asha sembari membawa masakan ditangannya keatas meja.
"Nah ini dia anaknya" Ucap Meera saat melihat Dev turun dari tangga dibelakangnya.
"Ayo makan, udah siap" Ucapnya yang membuat laki-laki itu segera menarik kursi meja makan.
Asha menatapnya sekilas, mengambil nasi diatas piring dan meletakkannya didepan Dev. "Kok ga diambilin lauknya?" Ucap Dev membuat gadis itu memutar bola matanya.
"Ambil sendiri" Ucapnya membuat Dev mendengus kesal.
Ia mengambil lauknya sendiri semetara Meera menggelengkan kepalanya dan menatap keduanya bergantian, "Kalian lagi berantem?"
"Iya"
"Enggak"
Ucap mereka bersamaan, membuat Meera mengernyit lalu tertawa.
"Beneran ngambek ya.."
"Gimana gak ngambek si bun? Masa abis cium Asha dia bahas mantannya? Asha kan jadi sebel" Ucap Asha yang membuat Meera melotot.
Dev terbatuk tersedak makanannya, ia segera meminum air putih dalam gelas dan menghela nafasnya.
"Kamu ini bener-bener ya Dev.. Keterlaluan" Ucap Meera membuat Dev menatapnya tak percaya.
"Kok mami jadi belain dia si? Harusnya belain aku dong"
"Loh, yang salah kan emang kamu kok minta dibenerin?" Ucap Meera membuat Dev menghela nafas pasrah.
"Iya deh iya... Cewek selalu benar" Ucapnya sembari melanjutkan makannya sementara Asha menatapnya.
"Ga ada niatan minta maaf gituu?" Ucapnya membuat Dev menatapnya.
"Maafin aku ya, Asha cantik.." Ucapnya membuat gadis itu tersenyum.
"Nah gitu kan enak bunda liatnya, berantemnya jangan lama-lama. Masalah harus dibicarakan berdua, biar ga berlarut-larut" Ucap Meera membuat Dev dan Asha hanya mengangguk paham.
*ibu-ibu ini lagi berusaha nasehatin anaknya, ya guys.. Meskipun masalah sendiri juga complicated, jangan di demo hehe.
Usai makan mereka kembali akur dan saling bercanda, bermain play station bersama. Sementara Meera memilih berada di ruang perpustakaan yang berisi koleksi buku-buku kesukaannya.
Ia membaca buku "in earth we breifly gorgeous" Untuk kesekian kalinya. Ia sangat menyukai buku itu, membacanya diatas kursi empuk dengan memakai kacamata dan ditemani secangkir kopi panas diatas meja.
Seiring bertambahnya umur, penglihatannya mulai kabur, ia membutuhkan kacamata untuk membaca tulisan kecil dalam buku. Pandangannya teralihkan melihat sinar bulan masuk dari celah tirai jendela yang membuatnya menutup buku itu dan berdiri didepan jendela, menatap bulan diatas sana.
Ia menghela nafas panjang, "Whenever you are.. I hope you fine—" Ucapnya sembari menggigit bibir bawahnya. Entah mengapa tiba-tiba ia teringat kenangan masa lalunya.
••
Flashback on.
"Lihat, bulannya indah bukan?"
"Hmm.. Iya.. Bulat sempurna dan sangat cantik, sepertimu"
Meera tersenyum tipis dan kembali menjawab, "maksudmu aku gemuk?" Ucapnya membuat Raj segera menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamer's | SrKajol X AryaNysa
RandomHubungan ini rumit, kami saling mencintai tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Kami saling menjauh, tapi hati kami tetap terhubung. Apa aku salah jika terus bermimpi agar kami dapat bersatu suatu hari nanti? •• ✾A Fanfiction based from DIL...