"Mom??"
Aku berbalik melihat Dev berdiri dibelakangku. Ia berjalan mendekat, "Hari sudah malam, cuaca dingin, kau baru saja keluar dari rumah sakit, kenapa malah berdiri sendirian disini?"
Aku tersenyum, aku suka saat ia cerewet seperti ini. "Ayo masuk" Ucapnya sembari merangkul bahuku dan membawaku masuk kedalam kamar.
Ia segera menyelimuti tubuhku, "sekarang istirahat" Ucapnya sebelum pergi keluar.
Aku menahan tangannya, ia menoleh dan kembali terduduk. "You need something?"
Aku menggeleng, "Ada sesuatu yang harus bunda bicarain sama kamu.. Mungkin ini udah saatnya buat kamu tahu semuanya" Ucapku yang membuatnya terdiam, menatapku.
"Kelihatannya serius banget bun?"
Aku menghela nafas panjang dan mengangguk pelan, "Ini soal papa"
Keheningan menyelimuti kami, hingga Dev berjalan mendekat dan menggenggam tanganku. "Aku memang udah nunggu lama untuk bunda siap ceritain soal papa.. Tapi melihat kondisi bunda sekarang, aku rasa kita lebih baik jangan bicara soal ini dulu" Ucapnya yang membuatku mengernyit.
"Bunda gapapa kok, lagipula bunda udh siap untuk semua konsekuensinya nanti"
"Bunda apaansi, mau bunda cerita atau enggak.. Ga akan ada yang berubah, pake ada konsekuensi segala"
Meera menatap Dev, "Bunda gak bercanda Dev.. Mungkin kamu bakal benci sama bunda setelah denger sendiri kebenarannya, karena bunda udah jauhin kamu dari papa"
Dev mengernyit, "Oh c'mon mom, what are u talking about? I will never hate u, that impossible"
"Because you don't know what happened that day, Dev.."
Laki-laki itu terdiam menatap sang ibu yang kini menghela nafasnya. Meera menepuk tempat di sampingnya membuat Dev perlahan beranjak dari lantai dan duduk disampingnya.
"Sudah cukup lama aku merahasiakannya, sekarang aku sudah putuskan untuk menceritakannya kepadamu"
Dev terdiam, menyimak ucapanku. "Aku yang memintanya untuk pergi" Ucapku membuat Dev mengernyit.
"Ayahmu. Dia pergi karena aku sendiri yang memintanya"
"Pasti ada alasannya kan?" Ucapnya yang membuatku mengigit bibirku.
Aku mengangguk pelan, "ya kau benar.."
Aku terdiam membuat Dev kembali bertanya, "apa alasannya bun?"
Aku menelan salivaku sebelum kembali menatapnya, "Ayahku, Malik. Ingin membunuhnya" Ucapku yang membuat Dev melebarkan kedua matanya.
Aku melihat Dev, ia seperti tengah memikirkan sesuatu dengan wajah cemasnya. Aku menyadarinya dan segera menanyakannya, "Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja?" Tanyaku yang membuatnya menatapku.
Ia menunduk dan kembali menatapku, "M-maaf bun.. Aku nyembunyiin sesuatu, aku lagi kepikiran itu lagi sekarang" Ucapnya yang membuatku mengernyit.
"Apa yang kau sembunyikan dariku Dev? Bunda udah pernah bilang ke kamu jangan pernah bohong atau nyembunyiin sesuatu dari bunda"
Dev terdiam sesaat, "Sebenernya aku ga mau cerita soal ini, karena takut ngelukain perasaan bunda.. Tapi— Beberapa bulan yang lalu, kakek mengirim seseorang untuk membunuhku"
Jawaban Dev membuatku terkejut, aku tidak bisa mempercayainya. Aku syok, Dev menggenggam tanganku.
"Tapi tidak perlu khawatir, semuanya baik-baik saja."
Aku menggeleng, "Tidak Dev.. Itu sama sekali tidak baik, ini berarti dia sudah mengetahui keberadaan kita. Nyawamu dalam bahaya, kita harus segera pergi dari sini jika tidak—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamer's | SrKajol X AryaNysa
RastgeleHubungan ini rumit, kami saling mencintai tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Kami saling menjauh, tapi hati kami tetap terhubung. Apa aku salah jika terus bermimpi agar kami dapat bersatu suatu hari nanti? •• ✾A Fanfiction based from DIL...