Beberapa minggu kemudian...
Dev menatap Meera yang kini berdiam diri di rooftop, langit senja menghiasi rumah mereka sore itu. Kondisi Dev telah pulih sepenuhnya, begitu pula kericuhan yang terjadi malam itu, semuanya telah menghilang seolah tak pernah ada. Kecuali satu hal, Asha yang tidak pernah menunjukkan dirinya sejak beberapa minggu ini. Meera juga telah menceritakan segalanya pada Dev, begitu pula dengan ayahnya yang kini telah ditahan oleh pemerintah Delhi atas tuduhan penjualan barang ilegal dan transaksi perdagangan gelap.
Berita itu telah sampai di seluruh penjuru Delhi, kini Raj adalah buronan yang menjadi sasaran kebencian oleh setiap warga negara yang ada disana. Jika mereka mengetahui kebenaran tentang kehidupan pribadinya di masa lalu, ia dan Dev mungkin tidak akan bisa menjalani hidup setenang ini sekarang.
Hari itu, mereka sengaja datang dan membuat Meera menyerah sepenuhnya atas kasus ini secara kasar. Tentu saja Meera marah atas keputusan egois yang diambil tuan Mehra. Tapi pria itu menekankan bahwa ia tidak bisa mempercayakan kasus ini kepadanya lagi. Meera tak bisa berbuat apa-apa karena bagaimanapun ia hanya ditugaskan untuk menangkap pria itu sejak awal, dan kini semuanya telah berakhir.
Meera menatap lurus kedepan dengan angin yang menerpa wajahnya, Dev kagum melihat paras cantiknya. Meera terkejut saat seseorang memeluknya dari belakang, "Raj-"
Suasana menjadi hening untuk sesaat, Dev melepaskan pelukannya dan menatap Meera yang kini mengulum bibirnya.
Ia menghela nafas panjang dan berdiri di sampingnya, "Hmm.. Sedang memikirkan ayah ya?" Ucap Dev membuat Meera mengalihkan pandangannya.
"It's okay-" Ucapnya membuat Meera mendongak menatapnya dan tersenyum tipis.
"Aku hanya terkejut" Ucap Meera terhenti membuat Dev menghela nafasnya.
"Hati terkadang berjalan tanpa memikirkan logika. Aku paham betul apa yang kau rasakan saat ini bu, pasti hal itu sangat membebani pikiranmu.." Ucap Dev membuat Meera hanya bisa tersenyum dan menatapnya.
"Kau sudah dewasa ya?"
Dev tersenyum tipis, "Umm.. Bunda mau pergi nggak? Aku mau beli buku" Ucapnya membuat Meera tersenyum.
"Boleh.." Ucapnya membuat pria itu tersenyum memperlihatkan deretan giginya.
Meera hanya bisa mengiyakan ucapannya, Dev tau benar bagaimana cara menghiburnya. Mereka akhirnya pergi bersama dan segera berkutat mencari buku masing-masing.
"Bun, ini bagus gak ya? Best seller soalnya" Ucap Dev membuat Meera melihat bukunya.
"Oh, itu bunda udah pernah baca deh kayaknya. Biasa aja"
"Masa si bun? Jangan sok tau ya~ Aku lihat banyak influencer approve kok" Ucap Dev sambil tertawa.
Meera memutar matanya malas, anak itu senang menggodanya, "Beli novel sekarang jangan liat laku atau enggaknya. Terkadang novel yang bukan best seller juga punya kualitas bacaan yang lebih bagus. Bunda kasih rekomendasi lihat dari penulis kesukaan kamu atau sinopsisnya deh.. Buku yang bagus, biasanya frasa yang dipilihnya tuh rapi, indah & bermakna. Oh ya, covernya juga bisa dipertimbangkan.. Coba deh kamu cari" Ucap Meera membuat Dev mengangguk paham.
Ia percaya sepenuhnya pada ucapan ibunya, mengingat wanita itu punya ruangan khusus membaca yang tak kalah kerennya dengan gedung perpustakaan kota.
Meera asyik tengah memilah deretan buku didepannya, ia melihat sisi rak yang cukup tinggi dan berjinjit berusaha menggapai buku yang ingin dilihatnya. Hingga sebuah tangan bergerak diatasnya mengambil buku itu, membuat Meera menengok melihatnya.
Mata mereka bertemu, mata hazel milik Meera dengan mata hitam milik pria itu. Meera tak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat sosok yang kini tengah berdiri didepannya. Pria itu memberikan buku yang diinginkannya dengan senyuman di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamer's | SrKajol X AryaNysa
RandomHubungan ini rumit, kami saling mencintai tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Kami saling menjauh, tapi hati kami tetap terhubung. Apa aku salah jika terus bermimpi agar kami dapat bersatu suatu hari nanti? •• ✾A Fanfiction based from DIL...