Meera hanya bisa pasrah saat para sipir itu memasukkannya kedalam jeruji besi. Para tahanan lain memberikan tatapan yang kurang bersahabat. Wanita itu hanya bisa duduk terdiam di pojok ruangan di dekat pintu keluar.
Beberapa wanita datang mendekat dan melontarkan pertanyaan padanya, "Kau tidak ingin berkenalan dengan kami?"
"Ayo" Ucap salah seorang dari mereka sembari memegang tangannya.
"Lepaskan" Ucap Meera membuat wanita itu menoleh menatapnya.
"Kami hanya ingin memberikan salam kenal agar kita semakin akrab nanti"
"Tidak perlu, karena aku akan segera keluar dari sini" Ucapnya membuat mereka tertawa.
"Apa kau sedang berkhayal? Kau pikir semudah itu pergi dari sini?"
Meera menghela nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Kemarilah. Kami tidak akan berbuat buruk jika kau tidak macam-macam" Ucapnya membuat Meera mau tidak mau mengikuti langkahnya.
Ia pun melihat beberapa wanita yang lain duduk mengeper di lantai, "Kenapa diam saja?" Ucap wanita tadi.
"Diamlah Banu, biarkan dia beradaptasi" Ucap wanita yang kini duduk tepat didepan Meera.
"Dia tahanan utama di sel ini, Maya" Sambung wanita bernama Banu tadi membuat Meera menatapnya.
"Semua yang ada disini tunduk kepadanya. Kau tahu sistem yang ada di penjara bukan?" Sambungnya membuat Meera perlahan duduk.
"Salam kenal. Maaf jika sikapku membuatmu merasa jengkel sebelumnya" Ucapnya membuat wanita itu tersenyum.
"Adabmu cukup baik untuk seorang junior. Baguslah" Ucap Maya membuat Meera hanya diam.
"Sekarang katakan, bagaimana kau bisa masuk kesini?"
Meera terdiam sesaat, sebelum ia mulai menceritakan apa yang terjadi padanya. Semua pandangan mengarah kepadanya, hingga ia usai berbicara.
"Jadi begitu.. Ah, aku merasa lelah. Bisa tolong pijat kakiku?" Ucapnya kemudian membuat Meera terdiam sebelum ia melihat kearah Banu yang memberi isyarat untuk mengikuti ucapannya.
Dengan ragu Meera melakukannya, wanita itu terlihat senang hingga tak lama kemudian ia bilang ingin tidur karena mengantuk. Semua tahanan yang lain pun segera menjauh darinya.
Meera bisa menyimpulkan satu hal, ucapan Maya adalah perintah. Ia memutuskan untuk duduk bersama Banu, wanita itu tersenyum tipis melihatnya, "Kalau boleh tahu, sejak kapan dia ditahan disini?" Tanya Meera memberanikan diri.
"Sudah lama.. Hampir dua dekade" Ucapnya membuat Meera mengangguk paham.
"Kau sendiri?" Sambung Meera.
"Aku baru hampir setahun"
"Kalian dipenjara atas tuduhan apa?" Tanya Meera penasaran.
"Maya terlibat kasus pembunuhan, kalau aku karena mencuri" Ucap Banu membuat Meera terdiam sejenak.
"Kejahatan Maya cukup serius—"
"Apa kau percaya?" Tanya Banu membuat Meera mengernyit.
"Maksudmu?"
"Aku rasa dia tidak benar-benar melakukannya"
"Maksudnya dia dijebak?"
Banu menaikkan kedua bahunya, "Aku juga tidak yakin, tapi entah mengapa aku rasa Maya orang yang baik"
"Bagaimana kau bisa berasumsi seperti itu?"
"Entahlah.."
Banu terdiam sesaat sebelum ia melanjutkan ucapannya, "Aku juga punya firasat yang sama untukmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamer's | SrKajol X AryaNysa
AcakHubungan ini rumit, kami saling mencintai tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Kami saling menjauh, tapi hati kami tetap terhubung. Apa aku salah jika terus bermimpi agar kami dapat bersatu suatu hari nanti? •• ✾A Fanfiction based from DIL...