.little bit angst.
Jeno kesal, jika saja motor nya tidak rusak, jika saja sang ayah cepat menjemput, ia tidak akan lama di pos satpam, berdiri menunggu hujan reda. Badan sudah lelah, begitupun otak nya. Hampir setengah jam ia berdiri disana, matanya celingukan mencari cari siluet mobil ayah nya, namun nihil. Tak ada Sama sekali.
Ia menghembuskan nafas kasar, memasukan handphone dan tangan nya ke dalam saku hoodie guna meredam rasa dingin. Sang ayah bilang tunggu sebentar, namun beliau tak kunjung datang.
"Permisi...."
Mendengar suara, jeno menoleh. Matanya menyerinyit melihat seorang laki-laki dengan hoodie mint, celana nya berwarna abu-abu, seperti celana sekolah. kepala nya tertutup dengan topi hitam sekaligus tudung hoodie nya.
"Mau ojek payung ga?" Tanya nya, senyum nya sumringah. Di tangan nya terdapat tiga payung berwarna hitam.
Jeno menaikan alis nya sebelah.
"Engga mahal kok. cuma lima ribu aja. Rumah kamu deket sini juga kan? kayak nya" Ujar nya.
Jeno tercenung. Ia diam. Bingung menjawab apa. Ia rasa tak apa menggunakan ojek payung? Rumah nya juga tidak terlalu jauh dari sekolah. Sekalian membantu laki-laki manis, ups. Ah jujur dia memang manis menurut Jeno, apalagi dengan senyum sumringah nya itu. Ia tersenyum tipis dan mengangguk.
"Boleh"
"Okeiiii, ini payung nya" Lelaki manis itu, jaemin. Ia buka payung itu dan di sodorkan nya pada Jeno, Jeno menerima nya.
Jeno keluar dari pos satpam, mulai berjalan keluar gerbang sekolah dengan jaemin yang mengikuti nya dari belakang.
Jeno yang merasa ekstensi si manis tak ada di samping nya berhenti. Ia menoleh ke belakang, terlihat si manis yang celingukan melihat sekitar. Tanpa memakai salah satu payung yang ia pegang.
"Sini"
"Hah?" Si manis tersentak saat suara Jeno menusuk gendang telinga nya, walaupun terasa samar sebab suara hujan gerimis.
Tanpa mengulang kata, Jeno menarik tubuh si manis untuk ia rangkul. Badan itu menegang sewaktu Jeno merangkul nya. Membawa nya pada satu payung yang sama.
"Kenapa ga dipake, payungnya? buat lo" Jeno memulai percakapan sembari mulai kembali melanjutkan perjalanan nya.
Jaemin menoleh, menatap Jeno dari samping"Aku udah pake topi, jadi ga perlu pake payung" Ia tersenyum hingga menampakan gigi gigi rapi nya. Jeno terdiam, pipi nya terasa memanas. Ia menatap kearah lain dan berdehem pelan.
Ada jeda sejenak,
"Masih sekolah?"
Jaemin mengangguk. "Iya, satu sekolah sama kamu. Aku kelas sebelas. Nama aku Jaemin" Kedua tangan nya yang terlihat memucat, memeluk erat kedua payung yang tersisa.
Jeno tertegun "gue Jeno. gue kelas dua belas. Pantes jarang liat lo"
"Hehe... Aku juga ga pernah keluar kelas, jadi nya ga pernah keliatan" Cengir nya.
Jeno menyerinyit. "Ga pernah? Berarti ke kantin...?" Si manis menggeleng.
"Engga.... soal nya uang ku ga cukup buat jajan di kantin" Suara yang lirih, bahkan hampir tak terdengar. Namun beruntung Jeno yang berada tepat di samping si manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙽𝚘𝚖𝚒𝚗'𝚜 𝚜𝚝𝚘𝚛𝚢' [DISCONTINUE]
Fanfiction[oneshoot][Twoshoot] Chapter awal belum direvisi, masih berantakan!!! NOMIN Happy/sad - BxB - Bahasa baku - non baku - Harsh words