.
Sorry for typo
..
ceklek
"Kakak pulang" Jeno melangkah masuk ke dalam rumahnya dengan kantong kresek berisi KFC yg baru saja ia beli.
"nana, kamu dimana" mata Jeno celingukan memandang keseluruh penjuru rumah, namun tak ada tanda tanda sang kekasih.
Ia berjalan ke arah dapur untuk menaruh ayam yang ia bawa ke meja makan.
"Astaga..."
namun baru saja kakinya menginjak area dapur, jaemin kekasihnya itu terlihat berdiri membelakanginya dengan kepala tertunduk ; menghadap kulkas.
"dedek ngapain hei, sini deket kakak kenapa diem di situ" ujar Jeno lembut sembari melambaikan tangannya menyuruh jaemin untuk duduk di dekatnya ; di kursi meja makan.
si manis hanya diam, tangannya terkepal erat.
dahi Jeno menyerinyit melihatnya.
karna si manis yang tidak mau mendekat akhirnya Jeno pun memutuskan untuk menghampiri saja.
saaat berada di samping si manis, tangan besar Jeno membalik tubuh kurus itu ke arahnya lalu menangkup pipi simanis yang masih tertunduk untuk menatapnya.
"kenapa sih? coba kasih tau kakak kenapa dedek diem disini" jari jari besarnya mengelus dengan pelan pipi gembil itu.
dengan nafas yang tersendat dan mata sedikit berkaca-kaca jaemin pun bersuara.
"s-sakit.... kit gigi..." ujarnya lirih hampir tidak terdengar.
Jeno menatapnya bingung dengan alis terangkat. "Sa—kit? sakit kenapa sayang" tanya Jeno sedikit panik.
jaemin tidak menjawab, mata berkaca kacanya mengarah ke arah dekat tempat cuci piring. Jeno mengikuti arah pandang si manis. saat menemukan 3 plastik bekas lolipop dan 1 yang masih utuh, dapat Jeno simpulkan bahwa kesayangannya ini sakit gigir karna permen itu.
Ia menghela nafas pelan. tangan yang semula menangkup pipi si manis kini terlepas, kedua tangannya itu ia letakan di dada.
jaemin kembali menunduk, sesekali meringis dengan tangan yang terkepal menahan sakit.
"kakak udah bilang, jangan makan permen banyak banyak, liat sekarang? sakit gigi kan. bawel banget"
simanis mengangkat kepalanya dan menatap ke arah mata tajam milik Jeno didepannya. siap siap akan menangis.
alis Jeno terangkat melihat itu, ia sebenarnya kasian, tetapi bocah didepannya ini tidak akan kapok jika tidak di marahi dulu.
"nangis? nangis?!" tekan jeno
"ndakk ndak nangis ndakk" ujar jaemin sembari menggeleng brutal.
tangan kecilnya dengan tak sabaran menghapus air mata yang hampir jatuh dipipi gembilnya.
Jeno terkekeh dalam diam melihatnya.
"nangis dah tuh, nangis aja, di bilangin gamau denger, bawel banget"
"ndaakk— maaf, hiks—iya ndak bakal bawel lagi hiks ndakk"
tangisnya tidak berhenti, sdh hampir 5 menit Jeno membiarkan bocah itu menangis, karena tidak tega Jeno pun menariknya kedalam pelukan dan memberikan kecupan bertubi-tubi di kepalanya.
tangan simanis melingkari pinggang Jeno dengan erat, kepalanya ia sandarkan didada Jeno. ia masih menangis tersedu-sedu.
tangan besar Jeno mengusap pipi kiri jaemin yang katanya 'sakit' dengan lembut dan sesekali terlihat mengurutnya.
"udah nangisnya, jelek banget nih mukanya" tangan Jeno beralih menyisir rambut jaemin yang basah oleh keringat, simanis masih menangis didada sang dominan.
"sikat gigi ya, abis itu minum obat biar ga sakit lagi" ajaknya.
tangisnya sudah berhenti walaupun masih tersendat, simanis mengangguk didada Jeno "gendong" ujarnya pelan.
Jeno tersenyum "iya gendong, ayo"
Kaki jaemin melingkari pinggang Jeno dengan erat, kepalanya ia taruh di bahu Jeno dan memejamkan matanya.
Jeno menepuk-nepuk punggung simanis sembari berjalan menuju kamar mandi mereka
"Jangan bobo dulu" ujarnya saat melihat jaemin yang akan terlelap.
"eung"
cup cup
Jeno mengecup dahi serta pipi simanis.
"lain kali dengerin kata kakak ya, liat nih gamau denger sakit kan jadinya"
"iyaa janji"
END
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙽𝚘𝚖𝚒𝚗'𝚜 𝚜𝚝𝚘𝚛𝚢' [DISCONTINUE]
Fanfic[oneshoot][Twoshoot] Chapter awal belum direvisi, masih berantakan!!! NOMIN Happy/sad - BxB - Bahasa baku - non baku - Harsh words