"Enak?"
Jaemin mendongak, netra hitamnya langsung bertabrakan dengan sepasang pupil hitam bulat yang tampak bersinar menatapnya penuh harap. Dia terdiam sejenak, Jeno dengan sabar menunggu jawaban dari bibir tipis Jaemin.
"Yah, enak" akhirnya Jaemin mengangguk dengan jujur. Seketika senyuman lebar mengembang di wajah Jeno.
"Na suka, itu bagus"
Gerakan Jaemin berhenti, dia melirik Jeno yang terlihat sangat bahagia melahap makanannya. Entah apa sebenarnya yang membuat pemuda tersebut sangat bahagia, padahal dia tak melakukan apapun, hanya sebuah pujian dangkal yang memang kenyataan bahwa makanannya enak.
"Ini pertama kalinya Nono makan siang di temenin. Biasa cuma sarapan sama makan malam, itupun cuma di temenin Ayah sama Juno"
"Nono baru tau ternyata Makan siang bareng rasanya jadi lebih enak" Jeno tersenyum manis, menyipitkan matanya menjadi bentuk lengkung yang lucu.
Ah?
Jaemin tak tau harus bereaksi bagaimana, dia jarang berada di situasi seperti ini, sangat canggung rasanya jika menanggapi dengan tidak tepat.
"Kalo Na gimana?"
Tertangkap basah, Jaemin membeku mendengar pertanyaan Jeno, oh ayolah dia bukan orang yang akan membicarakan hal seperti ini.
"Ah? Gue?"
"Iya, Jaemin kalo di rumah makan bareng siapa aja?" Angguk Jeno antusias.
"Sendiri" jawab Jaemin tanpa fluktuasi emosi sama sekali.
"He? Sendiri? Emangnya-"
Tiba-tiba Jeno teringat sesuatu dan langsung merapatkan bibirnya menyebabkan sosok di seberang menatap kearahnya dengan heran karna tak melanjutkan ucapan yang belum selesai tersebut.
Jeno ingat di Novel aslinya di jelaskan bahwa Jaemin adalah putra tunggal, dan orang tuanya meninggal saat dia berusia 10 tahun. Seluruh warisan ada di tangannya dia hidup sendirian sejak saat itu dengan bantuan orang kepercayaan Ayahnya yang mengelola perusahaan sebelum dia mencapai usia legal. Sekarang Jaemin sudah 17 tahun, kemungkinan besar akan mulai memegang bisnis peninggalan Ayahnya itu.
"Kenapa?" Melihat Jeno tak kunjung bersuara tentu saja membuat Jaemin sedikit penasaran. Jeno langsung tersadar.
"Enggak, Nono lupa ambil hidangan pencuci mulut, tunggu ya"
Jeno kabur begitu saja menuju ke arah dapur. Mata Jaemin sedikit menyipit, entah mengapa dia merasa Jeno menyembunyikan sesuatu, tapi itu juga bukan urusannya maka lupakan saja.
Tak lama Jeno kembali membawa dua porsi puding.
"Ini manis, gak pake susu, cuma pake santan" jelas Jeno saat tangannya meletakkan kedua porsi puding untuk masing-masing satu dari mereka.
"Thanks udah mau repot" Jaemin dengan tulus berterima kasih, dia tak pernah menyangka akan ada seseorang yang begitu perhatian dengan makanannya, Jeno membuatkannya minuman tanpa kandungan susu dan buah strawberry, Jeno bahkan membuat puding tanpa susu untuknya. Mengapa pemuda ini begitu mau merepotkan dirinya sendiri?.
"Gak repot, asal Na suka gapapa" geleng Jeno tersenyum manis.
"Lo bisa manggil gue Jaemin atau Jaem, gak perlu panggil Marga gue terus"
"Eh? Beneran? Berarti kita udah resmi temenan?!" Mata Jeno membulat tampak tak percaya, namun ada juga binar bahagia di pupil hitam tersebut. Sedikit canggung di pandangi seperti itu, Jaemin mengangguk samar.
"Yah, anggap aja gitu"
"Wow! Makasih Jaemin! Nono tau Jaemin orang baik!" Tawa kecil Jeno menggema di ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maintain Happiness In A Harem Stories
RandomBL Jeno Sub Harem Story Lee Jeno tak pernah memiliki emosi sejak kecil, dia tak perduli pendangan orang lain tentang dirinya juga sikapnya sampai saat dia tak sengaja mengalami kecelakaan dan meninggal, dia masuk dalam tubuh Lee Jeno, seorang tokoh...