Keesokan paginya, seluruh Mansion di sibukkan dengan bangun pagi dn bersiap untuk berangkat ke Sekolah. Di dalam kamar nomor 15, Jeno telah siap mengenakan seragam Sekolah dengan tas di punggungnya. Tampak sedikit lucu?
Jeno dulu terlalu tenang, dia sekarang mengerti bahwa kebiasaannya memang tampak menjijikan di mata orang lain, pantas saja banyak yang membicarakannya dahulu. Sekarang karna ada hidup baru, Jeno ingin menikmatinya sekali lagi tanpa mendengarkan ocehan orang-orang. Jadi dia akan kembali pada penampilan lama nya, yaitu pemuda polos yang manis dan menggemaskan, jika dulu namanya pemuda lucu yang tenang dan aneh, karna penampilannya yang imut, tapi wajahnya tanpa ekspresi. Bahkan Jeno ingat pernah memergoki teman sekelasnya melakukan hal tidak senonoh di gudang, namun dia hanya meliriknya sekilas dan sibuk melakukan kegiatannya sendiri yaitu mengambil bangku lalu pergi. Penampilan lembutnya di kalahkan oleh wajah acuhnya apalagi tubuhnya dulu lebih ideal ke arah dominan.
Kali ini wajahnya sangat cocok dengan penampilannya! Dan bahkan sangat lembut, Jeno merasa sangat bahagia, seakan sesuatu berbunga-bunga di hati pantat bayi miliknya.
Jeno mengenakan seragam putih lengan pendek dengan dasi abu gelap kotak-kotak, di balut dengan cardigan v-neck abu-abu terang. Kakinya terbalut dengan celana seragam kotak kotak abu gelap. Kaus kaki putih dan sepatu hitam, juga satchel bag di tangannya. Jeno mengenakan produk perawatan kulit sejenak, merapikan rambutnya menutupi dahi, tarik sedikit bagian samping, lalu jepit menggunakan jepit bulu lembut berwarna silver. Wajahnya tampak semakin menggemaskan kali ini.
"Wow? Sangat lucu!" Seru Jeno kagum akan penampilannya sendiri.
Membawa tas satchel di tangan kanan dan membawa tas bento di tangan kiri, Jeno melangkah riang menuruni tangga setelah mengunci pintu kamarnya. Barulah Jeno melihat banyaknya penghuni Mansion House ini hingga membuatnya tercengang.
Beberapa orang memakai Seragam yang sama dengannya, sedangkan yang lain mengenakan seragam yang berbeda.
"Pagi semua!" Seru Jeno menyapa dengan wajah tersenyum cerah. Seketika seisi Mansion House menoleh ke arah sumber suara, beberapa menjawab sapaannya, beberapa hanya mengangguk dan ada juga yang hanya diam meliriknya sekilas.
Jeno tak terlalu menyadari ekspresi mereka karna dia sudah berlari ke arah pintu utama, begitu terbuka, terlihat sebuah sepeda listrik coklat dengan helm kecil warna senada dengan telinga di atasnya.
"Ah! Akhirnya!" Jeno memeluk helm dengan senang, ini adalah yang dia pesan kemarin, untungnya datang tepat waktu.
Memasang helm di kepalanya, Jeno duduk di atas sepeda dengan puas, ini sangat nyaman!. Tak melirik penghuni Mansion karna terlalu sibuk dengan kesenangannya sendiri, Jeno berlalu begitu saja mengendarai sepeda listrik, tampak sangat lucu.
"Waaaaa~" Jeno terkikik pelan setelah bersuara tak jelas. Menyenangkan rasanya memiliki emosi!.
"Ternyata gini rasanya Bahagia!!!" Teriaknya membuat beberapa pejalan kaki menoleh dengan heran.
"Ayah! Ada kupu-kupu di perut Jeno!!"
"Huwaaaahhh~ serunyaaa!"
"Ngebut ah"
Jeno meningkatkan kelajuan sepeda, melaju di sepanjang jalan khusus bersepeda.
Di sisi lain
"Penghuni baru? Gue baru liat" celetuk sosok tinggi berwajah tampan, ah lupakan saja karna semua penghuni Mansion sangat tampan.
"Lo ngomong sama gue?"
"Lah? Terus ngomong sama siapa lagi?!"
"Oh, emang. Gue juga baru liat semalam" angguk Mark acuh.
"Siapa namanya?"
"Gue gatau, tanya Renjun coba" geleng Mark naik ke atas motor sport miliknya setelah memasangkan helm fullface di kepalanya.
Tak ada garasi bawah tanah di sini, namun ada tempat khusus parkir di sisi kanan dan kiri terbentang lebar juga sangat aman dari panas dan hujan, kiri tempat parkir motor dan sepeda, kanan tempat parkir mobil. Lagipula halaman depan Mansion sangat luas.
"Yo! Renjun!"
Yang di panggilpun lantas berhenti, berbalik menatap ke arah sosok yang memanggil namanya tengah berlari menghampirinya.
"Kenapa?"
"Yang tadi siapa?"
"Hah? Maksud lo si Jeno?"
"Jadi namanya Jeno?"
"Iya, Jeno sodaranya Juno ini" Renjun menarik Juno yang berdiri di belakangnya ke sampingnya agar pihak lain dapat melihatnya.
Juno yang di seret masuk dalam obrolan pun tersenyum tipis, mempertahankan sifat anggunnya.
"Gue Lee Juno, salam kenal" ucapnya lembut.
"Kenapa gak ada yang kasih tau gue kalo ada lagi yang baru!"
"Lo nya yang kudet" jawab acuh Renjun menarik Juno pergi.
.
"Besar juga nih sekolah" gumam Jeno berdiri di samping sepeda listriknya yang sudah terparkir apik di deretan motor sport lainnya.
"Sepedanya mungil" kekeh Jeno melangkah pergi. Rambutnya melompat lompat mengikuti langkahnya yang riang.
"Kelas 1 Pemula dimana ya..." Jeno menoleh kiri kanan, melihat papan nama kelas di setiap koridor yang dia lewati, dia tak sempat mendengarkan bisik-bisik siswa siswi yang samar-samar terdengar mengucapkan namanya.
"Nah itu dia!"
Ada 6 tingkatan di HPES, yaitu kelas Pemula, Awal, Tengah, Akhir, Tinggi, dan Puncak. Tiap tingkatan di bagi menjadi 7 kelas jika di HPES 01, tak tau jika di HPES lainnya. Sebenarnya usia Jeno masih 16 tahun, dimana dia masuk HPES lebih awal dari Juno yang sudah masuk 17 tahun. Ini karna Juno lahir menuju akhir tahun, sedangkan Jeno lahir menuju pertengahan tahun yang menyebabkan Jeno sulit menentukan umur masuk sekolah. Akhirnya daripada lebih lambat, Ayahnya memilih untuk menyekolahkannya lebih awal bersama Juno.
"Na Jaemin!" Seru Jeno saat melihat sosok yang di kenalnya memasuki kelas yang sama dengan dirinya, pemuda tersebut melangkah lebar menuju ke arah Jaemin yang sempat berhenti di dekat pintu.
"Na! Gimana? Minumannya enak?" Tanya Jeno antusias, matanya tampak berbinar penuh harap akan pujian.
Jaemin yang telah menyisihkan minuman ke sudut paling tak terlihat di dalam kulkas tampak sedikit kaku sejenak. Namun wajahnya masih mempertahankan sifat tenangnya.
"Lumayan. Tapi gue gak suka susu, apalagi Strawberry" daripada ada masalah kedepannya, Jaemin lebih memilih untuk langsung berkata jujur agar jika Jeno berniat memberinya sesuatu tak akan di beri susu atau buah merah itu.
"Eh?!" Kaget Jeno membelalakkan sepasang mata hitamnya tak percaya.
"Tapi susu enak! Strawberry juga enak!"
"Tapi gue gak suka"
"Iya iya, Baiklah! Nono mengerti!" Angguk Jeno serius.
"Pulang sekolah jangan langsung makan ya, biar Nono buatin sesuatu buat gantinya!" Jeno langsung masuk ke dalam kelas, memilih Meja tengah pinggir dekat jendela. Jaemin dengan tenang mengikuti di belakangnya, duduk di belakang bangku Jeno karna seluruh bangku adalah single.
Tak lama kelas mulai di penuhi oleh siswa siswi lainnya. Jeno melihat beberapa wajah yang dia kenal, sedangkan sebagiannya lagi dia tak kenal sama sekali. Pertama yaitu Jaemin, lalu sosok tinggi sekali yang sempat dia lihat saat menyapa di pagi hari di Mansion, ada juga Renjun dan... Juno, sosok lain yang dia sempat lihat di Mansion namun tampak sangat kedinginan(terlalu cool), memiliki tampang yang dapat mengintimidasi sekitarnya, tatapannya pun sangat tajam hingga membuat Jeno ngeri sejenak. Hanya itu sepertinya?
Yo
KAMU SEDANG MEMBACA
Maintain Happiness In A Harem Stories
RandomBL Jeno Sub Harem Story Lee Jeno tak pernah memiliki emosi sejak kecil, dia tak perduli pendangan orang lain tentang dirinya juga sikapnya sampai saat dia tak sengaja mengalami kecelakaan dan meninggal, dia masuk dalam tubuh Lee Jeno, seorang tokoh...