10. Haruto

1.7K 253 11
                                    

"Sorry lama, Haruto lelet soalnya"

Jeno menoleh melihat dua sosok tinggi berjalan masuk ke ruangan, melihat keduanya begitu tinggi Jeno sedikit ciut, satu tinggi, yang satunya lagi bahkan lebih tinggi!.

"Ck, gue ngantuk siang begini" Haruto mendecakkan lidah dengan kesal menggaruk surai hitamnya menjadi berantakan.

Kebetulan netranya yang sedikit lesu bersitatap dengan netra hitam pemuda yang duduk di sofa dan membeku sejenak. Siapa? Siapa itu?! Haruto belum pernah melihat penghuni seperti itu di sini atau... Lupakan saja, dia hanya mengenal penghuni lama, itupun jarang berinteraksi. Sekarang ada sosok manusia selucu ini membuatnya sedikit terkejut. Taukah kalian jika Haruto sedang mencari sosok imut yang dapat membuatnya tertarik?! Persyaratannya hanya beberapa, yaitu pertama haruslah seorang remaja laki-laki karna dia tau bahwa perempuan sangat banyak yang menggemaskan, kedua harus berpipi chubby yang kenyal dan lembut, bukan chubby yang keras dan kasar, ketiga pupilnya harus hitam bulat seperti boba, keempat harus mengenakan baju kebesaran untuk memperbesar kesan imut mereka, tentu saja harus memiliki bulu mata lentik. Dan semua persyaratan ini ada di diri Jeno!

Jantung Haruto terasa berdebar-debar dengan rasa antusias yang sangat jarang terjadi, matanya tampak berbinar-binar ketika menatap ke arah Jeno. Bahkan Jeno yang merasakan tatapannya sampai merinding, dia bingung mengapa Haruto menatapnya hingga seperti itu.

"To jangan-" ucapan Jisung terpotong ketika sosok yang sedikit lebih tinggi darinya tersebut melesat ke arah Jeno.

"Gila gila! Lo manusia kan?! Iya kan?! Bukan boneka kan? Ngaku lo!" Seru Haruto menggenggam kedua bahu Jeno, mengguncangnya cukup kuat.

"Ah?" Jeno tampak tercengang oleh guncangan pihak lain.

"Y-ya? N-Nono ugh Nono manusia" Jeno sedikit kesulitan menjawab karna di guncang guncang hingga merasa sedikit pusing.

"Akhirnya! Akhirnya gue nemu yang modelan kaya lo!"

"Fix! Lo pasti di kirim khusus buat gue!"

Jeno kaku mendengar ucapan tersebut, walau artinya berbeda, namun dia juga memang bukan jiwa dari dunia ini yang smaa saja seperti di kirim ke dunia ini.

"Lo ngapain?!" Seru Jisung tampak tak percaya dengan sepupunya yang tiba-tiba menjadi gila tersebut.

"Ah! Pipi lo kenyal banget suer!" Haruto tampak kegirangan meremas pipi Chubby Jeno hingga sang empunya merasa pipinya akan copot dari tempatnya segera.

"Nama lo siapa bayi gemes???"

Rasanya Jeno akan menjadi squishy yang akan berubah bentuk karna perlakuan random Haruto, apalagi dia tiba-tiba di peluk dengan begitu erat hingga kesulitan bergerak. Matanya tanpa sadar menatap ketiganya dengan permintaan tolong jelas tersirat di sana.

"Sepupu lo lupa minum obat apa gimana Ji?" Renjun menatap Jisung dengan tak percaya, dia baru melihat Haruto seperti ini, walau sempat mendengar dari Jisung bahwa pemuda tersebut selalu mencari sosok yang deskripsinya memang mirip dengan Jeno sebagai pasangannya, dia tak menyangka akan sampai seperti ini.

"Gak tau Hyung, kesetanan kali" geleng Jisung tampak pusing, duduk di samping Haechan yang hanya diam mengamati dengan dingin.

"Bayi! Ini pasti bayi gue! Akhirnya! Akhirnya ketemu jodoh!"

Jeno memundurkan wajahnya ketika melihat wajah Haruto menggosok pipinya dengan ketakutan. Siapapun tolong lepaskan makhluk bernama Haruto ini dari dirinya.

"T-Tunggu! Lepasin Nono dulu!" Ucapnya keras, berusaha mendorong sosok yang sialnya lebih besar darinya tersebut, namun berakhir gagal.

"Jadi nama lo Nono? Nono? Nono? Bagus bagus! Gue suka!"

"Akh-Hmph!" Jeno buru-buru menutupi bibirnya dengan tangan yang sedikit kesulitan bergerak ketika melihat Haruto yang seperti akan menyosor di bibirnya, namun bibir di tutup, pipi terbuka. Pihak lain menyosor pipinya dengan sangat gemas, hingga membuat mata Jeno berputar karna pusing.

Renjun dan Jisung tercengan melihat serangkaian kejadian yang sangat mencengangkan tersebut, keduanya bahkan dengan ngeri menjauh dari keduanya. Apakah akan berlanjut menjadi adegan Pemerkosaan Haruto terhadap Jeno berikutnya? Haruskah mereka keluar terlebih dahulu?

Melihat tak ada yang bergerak untuk membantu melepaskan Haruto dari dirinya membuat Jeno sedikit sedih, apakah ketiganya sangat tidak menyukai dirinya? Hingga bahkan melepaskan orang ini darinya bahkan tak mau.

Melihat pupil hitam Jeno sedikit meredup, Haruto menghentikan gerakan gilanya, menatap Jeno dengan sangat serius kali ini. Tangannya terulur ke arah dada Jeno menyebabkan Jeno kaku dengan mata membulat tak percaya hingga hampir menangis.

"Jangan nangis" ucap Haruto langsung membuat Jeno cemberut, jelas-jelas orang ini yang membuatnya ingin menangis, namun melarangnya untuk menangis.

"Ututu Bayi" Haruto meletakkan dagunya di bahu Jeno, menepuk-nepuk punggung pemuda di pelukannya secara lembut.

"Cukup, cepet bahas Team nya" akhirnya Haechan bersuara setelah melihat semuanya menjadi tenang.

"Kan! Gue jadi lupa gara-gara si Hartanto!" Seru Renjun menepuk dahinya, memelototi sosok yang masih menguyel uyel Jeno.

"Ya ya, serah kalian" ucap Haruto tak perduli.

"Ngeri lo To" celetuk Jisung bergidik geli.

Sedangkan Jeno sebagai korban hanya dapat pasrah di ganggu oleh Haruto.

"Si Yeonjun sekelas sama si Mark kan, dia lagi ada urusan hari ini gak bisa ikut ngumpul" Renjun memulai diakusinya.

"Gue cuma mau kita bisa akrab sebelum ada tugas yang keluar. Secara... Tunggu!" Tiba-tiba saja Renjun menghentikan ucapannya dengan kening berkerut.

"Hah? Kenapa?" Tanya Jisung bingung.

"Gue ngerasa ada yang ketinggalan..."

"Um, Beomgyu mana?" Ujar Jeno ragu.

"NAH! IYA! GUE LUPA BEOMGYU!" Renjun menepuk kepalanya cukup keras.

"Ck! Panggil Ji" Decak Haechan memutar mata malas.

"Hedeh... Tunggu kalo gitu"

Jisung berdiri dan pergi untuk memanggil Beomgyu di kamar 03. Sedangkan yang lain menunggu di tempat. Renjun berjalan menuju pendingin, mengambil 6 minuman juga beberapa snack sebagai camilan.

"Minum dulu Jen" tawar pemuda tersebut melirik Jeno.

"Um, Makasih Huang" Jeno mengernyit karna Haruto terus mengganggu nya. Renjun hanya berdehem membuka minumannya.

"Reformasi kaya gini menurut lo gimana Chan?"

Haechan yang baru saja membuka menuman dingin di tangannya melirik Renjun sekilas, melanjutkan aksinya hingga setelah menenggak minuman tersebut barulah dia membuka suaranya.

"Entahlah" jawabnya acuh.

"Ck ck! Reformasi begini nih kalo gak hati-hati sebenernya bahaya" timpal Haruto yang masih tak mau melepaskan Jeno.

"Gue juga ngerasa gitu" Renjun menghela nafas panjang.

"Banyak faksi yang pastinya kurang terima"

"Gue gak bisa nebak secara pasti, tapi perang pendapat cepat atau lambat bakalan terjadi"

"Ya, karna gak semua orang mau jadi orang bermoral"

"Perubahan pemerintah yang kaya gini pasti memperkuat keamaanan dimana kejahatan mulai sulit di lakuin. Dan generasi muda di tuntut buat jadi baik, tapi kita gatau ajaran keluarga mereka. Intinya gak semua bisa jadi orang baik" Haruto mengendikkan bahunya saat berbicara.

"Tapi gue suka sama cara pengajaran yang sekarang" sanggah Renjun kembali menghela nafas panjang.

"Kalo itu gue akui emang layak di apresiasi" angguk Haruto setuju.

"Intinya Bahaya mengintai" suara dingin menyeletuk membuat mereka langsung diam.








Yo

Maintain Happiness In A Harem StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang