25. Tersesat ke alam lain

1K 153 4
                                    

Setelah berjalan menanjak cukup lama, ketujuhnya akhirnya hampir tiba di dekat jalan raya. Mereka terengah-engah karena kelelahan juga kedinginan. Tapi hal itu juga yang membuat mereka terus berjalan karena ingin buru-buru pulang dan istirahat di rumah. Jeno sendiri sudah merasa tak mampu melangkah, dia menggigil karena kedinginan.

"Hahhh... Hahh... Maaf... Jeno... Jeno gak mampu jalan lagi..." Ucap Jeno dengan terengah-engah sembari menopang tangan di lututnya begitu keluar dari hutan yang menanjak. Yang lain juga berhenti berjalan, menatap ke arah Jeno lalu menatap sekitar. Namun tiba-tiba mereka membeku, daerah di sekitar begitu sepi, yang menjadi masalah adalah, mereka memang tiba di jalan besar, tapi sekitar masih hutan yang menjulang tinggi di sisi kanan kirinya. Kabut embun yang tebal tampak membutakan mata, hingga mereka tak dapat melihat ujungnya. Padahal seharusnya mereka tiba di area pemukiman warga yang tinggal di dekat sungai besar itu. Apalagi suasana tampak begitu sepi, dan langit tampak mendung, tak secerah pagi hari yang mereka lihat di pinggiran sungai saat setelah berenang.

"Hah? Kok? Kita dimana?" Seru Haruto kaget dengan sekitarnya, yang lain juga tampak mengerutkan kening, sedikit khawatir juga waspada.

Jeno yang mendengarnya lantas mendongak dan matanya membulat melihat pemandangan di depannya, jantungnya berdetak kencang. Dia merogoh gantungan kunci yang dia temukan sebelumnya dan gantungan kunci tersebut langsung hancur menjadi abu begitu dia genggam.

Sial!

Mereka tertipu!

"Karena gantungan itu Jen?" Tanya Yeonjun yang melihat apa yang baru saja terjadi. Jeno menatap mereka dan mengangguk.

"Aku pikir semua emang karena ini. Maaf, Jeno gatau kalo gantungannya punya kutukan" ucap Jeno tersenyum pahit, padahal dia orang yang bertransmigrasi, tapi masih saja ceroboh.

"Yaudah lah Jen, gapapa. Toh kita juga gatau kalo tuh gantungan palsu" Beomgyu menepuk bahu Jeno, tampak menghibur. Yang lain juga mengangguk.

"Tapi apa yang lo maksud sama kutukan Jen?" Renjun menatap Jeno dengan bingung.

Jeno terdiam sejenak, menatap abu hitam di tangannya. Ini seharusnya semacam ritual yang dapat mengirimkan manusia ke alam gaib yang menyeramkan. Karena dalam cerita aslinya Prof. J seorang ahli Ilmiah juga percaya pada Iblis dan Hantu. Prof. J sebagai Ilmuwan termuda juga berbakat banyak di kagumi para Ilmuwan yang lain, namun tak ada yang tau keberadaan laboratorium Prof. J, hanya beberapa Ilmuwan hebat lain yang ikut bekerja di laboratorium Prof. J ini.

Jeno memejamkan matanya dan menggertakkan giginya. Dia kembali membuka matanya dengan penuh tekad. Mereka tak bisa terjebak di sini selamanya, pasti ada jalan keluar asal mereka tak menggila di sini. Jeno takut mereka akan menjadi orang bodoh atau gila setelah keluar dari dunia gaib ini.

Dia pernah membaca di Novel aslinya bahwa Prof. J menggunakan orang-orang yang gagal dia jadikan bahan eksperimen sebagai tumbal untuk berkolusi dengan Iblis. Dengan bantuan Iblis dan setan, Prof. J mendapat banyak hal yang dapat dia gunakan untuk bereksperimen.

"Kutukan ya kutukan, semacam hal yang bisa membahayakan jiwa juga tubuh kita. Sekarang kita di kirim ke alam gaib ini karna gantungan kunci yang udah di kasih kutukan itu" Jeno menjelaskan kepada yang lain. Jeno tak tah bagaimana cara melawan Iblis dan Setan, di team mereka juga tak ada yang dapat melakukannya kecuali Haruto yang sedikit lebih spesial, tapi di alam Gaib ini Iblis dan Setan akan menampakkan diri, mereka bisa melihat semuanya dengan jelas. Seharusnya ada Chenle di sini.

Kemampuan Chenle yaitu Ghost Hunter, dia bisa menyentuh benda gaib, bahkan bisa memukulnya seperti memukul manusia biasa, mungkin Chenle bahkan tak dapat membedakan mana manusia dan mana Hantu jika bisa melihatnya.

Jeno tiba-tiba merasa bahwa ini tidak adil, Iblis, Setan dan Hantu bisa mengganggu dan menyakiti mereka, tapi mereka tak dapat di sakiti oleh manusia.

"Ugh..." Jisung tiba-tiba menyentuh kepalanya memejamkan matanya dengan erat, tampak berkerut. Jeno langsung berbinar, buru-buru mengeluarkan kertas dan pena, menyerahkannya kepada Renjun. Renjun yang mengerti langsung menerimanya, mereka menatap Jisung dengan gugup.

"Ji, apa yang lo liat?" Tanya Renjun bersiap menggambarkannya. Jisung membuka matanya dengan bingung.

"Gue... Gue ngeliat Rumah pondok kayu di tengah-tengah hutan Hyung..." Ucap Jisung mencoba mengingat gambar sekilas yang dia lihat.

"Ada ciri-ciri khususnya?" Timpal Haechan mengerutkan kening.

"Um, pondoknya keliatan sepi, terus ataspnya memuncak gitu, mirip bentuk segitiga terbuat dari jerami. Tapi ada tanda merah merahnya, gatau itu apa" geleng Jisung. Renjun mencoba menggambarkan semampu yang dia bisa dan menunjukkannya kepada Jisung.

"Kek gini Ji?"

"Nah! Iya iya! Itu udah hampir mirip Hyung" angguk Jisung. Renjun memperlihatkan gambarnya pada yang lain lalu menyerahkan kertas dan pena kembali kepada Jeno karena dia juga membawanya di dalam tasnya.

"Jadi maksudnya apa?" Tanya Yeonjun bingung.

"Kemungkinan Kita gak boleh masuk ke sana. Sekarang kita basah dan kedinginan, pasti hal pertama yang kita mau yaitu cari pondok buat istirahat" ucap Haechan menganalisis situasi. Jeno mengangguk setuju dengan analisis Haechan. Memang, Haechan sangat tinggi Iq dan Eq nya.

"Jadi sekarang kita harus basah gini? Dingin banget ini sumpah!" Haruto memeluk tubuhnya yang sedikit menggigil. Apalagi di sekitar mereka penuh kabut embun yang menambah rasa dingin menjadi begitu menggigit.

"Buat api dulu, kita coba keringin diri. Kalo kalian bawa baju lebih bagus ganti baju" saran Haechan menatap sekitar.

"Ide bagus!" Yeonjun mengangguk. Yang lain juga setuju. Mereka mencari kayu kering yang sedikit sulit di cari karena hutan ini penuh embun, dan kemungkinan sering hujan di sini. Banyak ranting basah. Setelah lama memilih, mereka akhirnya memiliki setumpuk kayu untuk di jadikan api unggun.

"Kalian pasti bawa baju kan? Yang mau ganti baju berdua biar aman" Haechan menatap anggota teamnya dengan wajah serius. Keenamnya mengangguk, berpencar menjadi dua dua orang. Haruto bersama Renjun lebih dulu berganti, mereka dengan cepat ganti baju di balik pohon di dalam hutan, setelah kembali, gantian Yeonjun dan Beomgyu, lalu Jeno dan Jisung. Untungnya berkabut yang sulit melihat, mereka juga langsung mengenakan jas hujan agar embun tak membasahi baju mereka lagi. Terakhir adalah Yeonjun yang menemani Haechan.

Begitu semua selesai berganti dan mengenakan Jas Hujan berbentuk mantel dan celana, ketujuhnya duduk mengelilingi api unggun yang mulai di nyalakan. Untung saja api masih dapat menyala, mengusir sedikit embun di sekitar mereka.

"Fyuhh... Cape banget" Haruto menghela nafas panjang, mengulurkan kedua telapak tangannya ke dekat api agar merasa lebih hangat. Yang lain hanya diam, namun setuju dengan ucapan Haruto. Untuk manusia biasa yang tak pernah mengalami hal seperti ini pastilah sangat melelahkan.

"Makan dulu" Jeno mengeluarkan makananan ringan yang dia bawa dan membagikannya kepada yang lain. Mereka tak sopan dan menerimanya dengan penuh terima kasih.

"Gue juga bawa dikit, tapi lupa karena udah banyak pikiran" kekeh Beomgyu membuka bungkus coklat bar yang Jeno berikan dan memakannya.

"Kkk~ gapapa, bisa buat nanti. Oiya, Sampahnya di kumpulin ya, jangan buang sembarangan" peringat Jeno. Mereka mengangguk, ketujuhnya memakan coklat bar dengan tenang. Untuk minum, mereka mengumpulkan embun dan meminumnya, sedangkan minuman yang mereka bawa mereka sisihkan untuk nanti.

"Btw, kita mau jalan ke arah mana? Kiri, kanan, atau lurus aja?" Celetuk Haruto menatap jalan kiri kanan yang membentang dan hutan lebat di depan.

"Kiri aja gimana? Kita kan udah ke kanan waktu lari. Daripada lurus" saran Yeonjun.

"Bagus, Kiri juga gapapa. Toh gak ada bedanya di tempat ngeri begini" angguk Renjun setuju. Yang lain tak berkomentar dan hanya ikut mengangguk. Setelah api padam yang tak di ketahui telah berapa lama Karena mereka sibuk mengobrol dan merencanakan apa yang harus dilakukan. Akhirnya mereka lanjut berjalan ke arah kiri, masuk ke dalam kabut tebal sambil bergandengan tangan agar tidak ada yang menghilang.










Yoittt

Duh M-On tersesat kemana itu ges, jadi penasaran siapa Prof. J. Mari membadut🐒

See u~

Maintain Happiness In A Harem StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang