Apakah kalian menunggu adegan romantis di cerita ini? ⁄(⁄ ⁄•⁄-⁄•⁄ ⁄)⁄. Haha, adegan romantisnya gak muncul-muncul, padahal udh chap 27 ini. Yg sabar ya ୧(^ 〰 ^)୨.
Pi reding~
.
Suara-suara yang membuat saraf tegang itu perlahan menjauh. Ketujuhnya menunggu sejenak. Setelah tak ada suara cukup lama, Haechan dengan berani mengintip situasi.
"Aman" Bisik Haechan begitu melihat tak ada apapun lagi di luar. Yang lain dengan pelan keluar dari dalam lemari sembari menghela nafas lega.
"Gimana nih?"
Beomgyu menatap yang lainnya, mereka saling tatap sejenak. Tak tau apa yang harus mereka lakukan berikutnya, ini bukan game, hal ini juga bukan lelucon. Mereka tak bisa melakukan sesuatu dengan sembrono.
"Kalo bisa kita keluar dulu dari rumah ini. Di luar lebih aman daripada di sini" celetuk Haruto mengerutkan alisnya. Wajahnya tampak masih sedikit pucat karena hal-hal tegang yang tengah mereka alami.
Yang lain tampak merenung. Sedangkan Jeno menatap sekeliling dengan linglung, dia bertanya-tanya mengapa ada dumah besar yang sudah sangat tua di sini. Apalagi semua Iblis itu berkumpul di sini. Jeno memiliki sedikit tebakan di hatinya. Namun dia juga tidak yakin.
"Jen? Jeno?"
Renjun menggoyang bahu Jeno yang tampak melamun dengan sedikit khawatir. Yang lain juga tampak cemas, mereka takut jika tiba-tiba saja Jeno di rasuki atau sesuatu yang tidak tidak.
"Jangan ngelamun Hyung! Serem!" Seru Jisung yang sudah sangat cemas hingga terus menggigiti kuku jari jempolnya.
"Tau nih si Jeno. Bahaya ini tempat kotor" timpal Beomgyu tampak serius.
"Maaf maaf! Gak sengaja"
Jeno dengan canggung menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.
"Udah, pegangan, gue masih inget rute buat keluar. Kita lari, usahain jangan lepas tangan!" Sela Haechan dengan wajah serius. Seketika mereka mengangguk, tampak serius juga.
Ketujuhnya saling berpegangan tangan dengan erat, Haechan melirik yang lainnya dan mereka saling mengangguk. Remaja tersebut membuka pintu secara perlahan, untung menghemat tenaga, selama tak ada masalah, mereka memilih untuk mengendap-endap terlebih dahulu.
Rumah itu begitu besar, namun sangat gelap dan penuh dengan bau busuk dan bau anyir. Mereka awalnya tak terlalu menghiraukannya karena sibuk berlari saat masuk, sekarang mereka dapat melihat bahwa tempat itu sudah seperti sarang Iblis. Penuh tengkorak yang di gantung atau hanya tergeletak begitu saja, jejak noda darah kering dan basah ada dimana-mana. Suasana begitu mencekam dan suram. Sebagai remaja biasa, hal seperti ini jelas membuat mereka gemetar. Namun dengan keras kepala tetap berjalan demi satu-satunya nyawa mereka yang tersisa.
Tiba-tiba suara-suara aneh terdengar mendekat membuat ketujuhnya berjingkat kaget. Mereka berlari dalam langkah yang diusahakan seringan mungkin. Hingga suara raungan terdengar dari belakang mereka.
"Sial! Lari!" Seru Haechan menarik tangan yang dia genggam untuk berlari cepat.
"Aaa! Jelek banget buset gue takut!"
"Cepetan!!!"
Drap drap drap drap
Srettt.. krieet... Tak tak tak tak...
Suara langkah tak teratur yang terus berderap terdengar dengan suara-suara aneh di belakang mereka yang terus mengejar.
"Jangan teriak!"
.
"Nyasar apa gimana kita nih? Berasa jalan ke ujung dunia!"
Chenle menghela nafas panjang, duduk di tumpukan dedaunan lembab dengan sembarangan. Kakinya sangat lelah berjalan dalam waktu yang cukup lama. Kabut embun yang begitu tebal telah membuat baju yang mereka kenakan basah kuyup. Dingin, itulah yang mereka rasakan.
"Itu kayanya ada pondok, ke sana dulu kali biar gak dingin" Hyunjin mentipitkan matanya, menatap sesuatu di kejauhan yang sepertinya tampak seperti pondok kecil. Jika kalian melihat dengan lebih jelas, kalian akan tau bahwa itu adalah pondok yang di gambar oleh Renjun atas penglihatan Jisung.
"Aman gak? Ntar gak aman nyawa kita melayang"
"Ya mana gue tau, di kira gue asli dari sini apa" Hyunjin mendengus, tubuhnya tampak menggigil karena kedinginan, bahkan bukan hanya dia, Chenle dan Mark pun sudah sangat kedinginan hingga bibir berubah menjadi ungu.
"Gak ada pilihan lain, kita harus ke sana. Kalo gak kita mungkin bakalan demam terus mati di sini"
Putus Mark tegas, Chenle melirik Mark lalu Hyunjin. Akhirnya dia menghela nafas panjang dan berdiri.
"Ayo kalo gitu!"
Ketiganya berjalan berdekatan menuju arah yang Hyunjin lihat. Namun setelah berjalan cukup lama, mereka tak kunjung mencapai tempat yang mereka tuju.
Hallooo
Lama tak berjumpaaa
Kangen ga? Wkwk
Segini dulu ya gesssSee u~
KAMU SEDANG MEMBACA
Maintain Happiness In A Harem Stories
RandomBL Jeno Sub Harem Story Lee Jeno tak pernah memiliki emosi sejak kecil, dia tak perduli pendangan orang lain tentang dirinya juga sikapnya sampai saat dia tak sengaja mengalami kecelakaan dan meninggal, dia masuk dalam tubuh Lee Jeno, seorang tokoh...