20. Nangis

1.2K 196 2
                                    

"Renjun liat!" Seru Jeno menunjuk boneka Kukang berwarna putih dengan mata merah yang di pajang di dalam kaca dengan mata berbinar. Bagi pecinta hal-hal berbulu Jeno sangat menyukai boneka.

Renjun mau tak mau mengikuti arah telunjuk Jeno dan menaikkan alisnya heran. Anak laki-laki mana yang akan menyukai boneka seeprti itu!.

"Jelek" ucapnya acuh langsung membuat Jeno terdiam lesu.

"Tapi Nono mau..." Gumam Jeno menendang kerikil di jalan dengan lembut. Kini Renjun yang terdiam, akhirnya dia mendengus.

"Kalo lo mau tinggal beli! Sana, gue tunggu di sini!" Dia mendorong Jeno yang tak siap masuk ke dalam toko dengan wajah kesal. Jeno langsung semangat dan berlari ke staf toko, meminta untuk membukus dua boneka kukang yang di pajang. Staf toko dengan senang hati membungkusnya menjadi dua bungkusan seperti yang di minta Jeno lalu keluar setelah membayar dengan senyum lebar di wajahnya.

"Ini buat Renjun!" Seru Jeno menyerahkan satu bingkisan boneka kepada Renjun dengan senyum manis. Renjun tertegun sejenak, menatap bingkisan boneka di tangan Jeno tanpa bergerak.

"Terima ya, ini boneka kembar loh! Cuma ada dua katanya!" Jeno tampak penuh harap, penjual memang memberitahunya bahwa boneka itu hanya ada dua. Renjun menatap Jeno dengan rumit, akhirnya dia menerima bingkisan boneka tersebut membuat Jeno tersenyum lebar.

"Gue gak suka boneka, tapi karna lo maksa terpaksa gue terima" ucap Renjun membuang wajahnya, namun telinganya tampak merah dengan mencurigakan. Jeno yang tak menyadari rasa malu Renjun terkikik senang, tanpa sadar menggandeng tangan Renjun. Beginilah Jeno jika sudah sangat bahagia, dia tak akan takut dengan apapun lagi.

"Ayo ke mall! Kita beli barang kembaran lainnya lagi!" Jeno tampak penuh semangat.

"Lagi?!" Kaget Renjun menatap Jeno tak percaya. Jeno dengan riang mengangguk.

"Ya! Couple couple gitu!"

Blush

Samar-samar wajah Renjun memerah, padahal Jeno jelas hanya menyukai memiliki barang couple bukan bermaksud yang lain, tapi entah mengapa Renjun merasa sedikit canggung. Mungkin karna ini pertama kalinya menerima barang couple dari orang lain. Dia terbatuk dan mendengus untuk menyembunyikan kecanggungannya.

"Cih! Serah lo!" Ucapnya acuh, namun sudut bibir yang berkedut jelas menjelaskan jika dia sedang menahan senyumnya. Renjun pun membiarkan Jeno memeluk lengannya. Jeno tampak senang dan keduanya terus berjalan dengan suara cerewet Jeno. Renjun hanya akan menanggapi dengan dengusan atau teguran, namun hal tersebut tak membuat suasana harmonis di antara keduanya luntur sama sekali.

Keduanya tiba di mall dan masuk ke dalam, banyak orang yang berlalu lalang di dalam. Alis Renjun berkerut, dia tak menyangka akan seramai ini.

"Pegang gue, jangan sampe ilang lo bocil!" Peringatnya pada Jeno. Jeno dengan patuh mengangguk, mengubah pelukannya pada lengan Renjun menjadi menautkan jemarinya pada sela-sela jari Renjun, menggenggamnya dengan erat sambil tersenyum manis hingga membuat tubuh Renjun menegang sejenak.

"Ayo ke sana!" Tunjuk Jeno menarik Renjun yang masih kaku ke arah pakaian-pakaian, padahal tadi katanya ingin membeli bahan dapur, namun begitu tiba mata Jeno sudah melirik yang lain. Jeno tampak bersemangat memilih baju tidur berbulu juga jaket bulu, lagipula sebentar lagi musim salju, dia ingin membeli hal-hal lembut yang hangat. Renjun yang telah tersadar memutar matanya, dengan malas mengikuti tarikan Jeno kemanapun remaja itu pergi. Saat Jeno tanpa sadar hendak melepaskan genggamannya karna terlalu asik sendiri, Renjun yang akan berganti menggenggam telapak tangan Jeno agar remaja itu tidak hilang.

Jeno meraih sepasang piyama bulu bermotif beruang dengan warna coklat dan cream. Dia juga meraih satu style kaos besar dengan celana pendek hitam bermotif beruang. dia mengambil banyak hal di tangannya, setelah selesai memilih baju, Jeno menarik Renjun ke arah toko perhiasan.

"Ada Kalung edisi terbatas?" Tanya Jeno langsung kepada staf toko. Staf toko tampak sedikit terkejut dan mengangguk.

"Ya di sini ada tiga macam edisi terbatas, ada yang Couple, ada yang single"

"Mau yang couple! Tolong langsung bungkus aja ya, buat dua suratnya, satu Huang Renjun, satu Lee Jeno" Seru Jeno penuh semangat.

"Baiklah, tunggu sebentar" Staf pergi dan membungkus kalung merk terbaru edisi terbatas tersebut. Jeno menunggu dengan senang, sedangkan Renjun tercengang. Apalagi begitu melihat nama Merk di kotak bingkisan kalung tersebut, matanya hampir berputar.

"Ini dia"

Jeno menerima paper bag berisi bingkisan kalung tersebut dengan manis dan setelah memastikan yang mana milik Renjun, dia membayarnya dan menyerahkan satunya kepada Renjun sambil berjalan pergi.

"Ini Renjun, Couple!" Ucap Jeno tersenyum manis.

Kali ini tatapan Renjun pada Jeno menjadi semakin rumit, Kalung itu harganya sangat mahal, tapi Jeno dengan santai membelikannya juga. Jeno yang melihat Renjun tak kunjung menerima Paperbag di tangannya tampak bingung.

"Kenapa?" Tanya linglung.

"Lo yang harusnya kenapa!" Tanpa sadar Renjun berseru kesal. Di tangannya sudah ada Paperbag lain juga yang berisi baju pemberian Jeno, tapi Jeno masih ingin memberinya kalung juga hingga membuatnya merasa entahlah, tak dapat di jelaskan intinya.

"Lo gila apa emang bego sih Jen? Lo dengan mudahnya kasih barang-barang branded kaya gini ke orang lain! Lo pikir itu pake uang siapa?!"

Jeno tertegun mendengar ucapan marah Renjun, dia sudah biasa loyal di kehidupan sebelumnya karna tak ada yang menegurnya juga. Ini adalah pertama kalinya dia memberi sesuatu pada orang lain selain Jaemin, dia merasakan rasa bahagia saat berbagi sesuatu pada orang lain, dan dia sangat menyukainya karna dulu dia tak pernah memberikan apapun pada orang lain seperti ini.

Dulu orang tuanya kaya, dan sekarang juga sama kaya nya, jadi dia tak akan menahan diri. Dia tak pernah menduga akan di salahkan seperti ini. Tapi ucapan Renjun juga ada benarnya, ini bukan uangnya, harusnya dia menahan diri. Mata Jeno memerah, hati mungilnya sakit.

"Maaf... Maafin Nono..." Lirih Jeno menundukkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya. Di lantai ubin, terlihat setetes air jatuh.

Renjun tertegun sejenak, barulah dia sadar dirinya sepertinya sudah kelewat batas dengan mempertanyakan hal ini, apalagi dirinya juga sama saja, hanya saja tak seloyal Jeno. Dia mengusap wajahnya dengan frustasi.

"Jangan nangis!" Serunya dengan alis berkerut erat. Namun tegurannya malah membuat bahu Jeno bergetar dan tangisannya mulai mengeluarkan suara.

"Gue gak marahin lo! Diem!" Renjun semakin merajut alisnya. Tapi tangisan Jeno menjadi semakin keras hingga mengundang tatapan pengunjung lain. Renjun mulai cemas, sudah tau Jeno cengeng, tapi dia dwngan bodohnya masih membuat remaja itu menangis.

"Diem, kita harus beli bahan dapur!"

Akhirnya Renjun hanya dapat menyeret Jeno yang menangis untuk membeli bahan dapur juga camilan. Sepanjang mengikuti Renjun, Jeno tak berhenti menangis sama sekali dan cuaca yang awalnya cerah telah menjadi gerimis, namun karna berada di dalam mall, keduanya tak tau jika di luar ternyata sedang gerimis.

Renjun sudah seperti seorang Kakak yang tengah menyeret adik nakalnya yang selalu merengek minta ini itu, bedanya Jeno sangat patuh.
















Yoitttt

Duh Jeno nya nangis itu Ren, di hibur dulu kenapa😔

Sew u~

Maintain Happiness In A Harem StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang