3. Merapikan Mini House

2K 274 2
                                    

Karna ada Jaemin yang membantunya di bawah, Jeno tak repot mengamati kamarnya terlebih dahulu, dia langsung turun dan ikut membawa barang-barangnya. Jaemin itu kuat, tetapi tenaganya juga tidak lemah, hanya saja daya tahan tubuhnya sangat lemah. Seperti pemain newbie dalam game yang energinya cepat terkuras. Rasanya Jeno ingin berolahraga menguatkan daya tahan tubuhnya, tetapi melihat tubuh halus dengan sedikit urat yang menonjol dan berdaging, Jeno langsung membuang segala niatnya, dia menyukai tubuh halus ini.

Jeno membawa lima tumpuk dus sekaligus, berlari ke lantai dua menuju kamar nomor 15 lalu meletakkannya dan berlari turun lagi, melewati Jaemin yang membawa setumpuk kotak yang di bingkis dengan cantik, um itu pegawai yang membungkusnya, Jeno tak sempat membongkarnya. Jeno tersenyum cerah hingga matanya menyipit namun tak menghentikan langkahnya.

Masih ada lima dus besar di bawah, Jeno mencoba mengangkatnya satu persatu, memastikan beratnya lalu membawa dua kotak yang tingginya hingga melebihi dirinya. Saat Jaemin tiba di bawah, Jeno sudah bersiap mengangkat kotak terakhir.

Jaemin : ?

Jaemin membawa tumpukan paper bag besar yang tersisa ke kamar Jeno. Keduanya tak memperhatikan tatapan aneh beberapa orang yang masih berada di ruang tamu.

"Psst! Gue gak salah liat kan?" Bisik Hyunjin mencondongkan tubuhnya ke arah Jay yang berada di sampingnya.

"Gue juga liat. Tenang aja, lo gak gila" ucap Jay santai mengorek telinganya yang sedikit gatal akibat nafas pihak lain menggunakan jari kelingkingnya lalu tanpa di sadari oleh Hyunjin tangan tersebut menyapu sudut baju Hyunjin dengan mencurigakan.

"Tuh bocah kuat juga ternyata" celetuk Chenle menyuarakan isi hati orang lain.

"Bener, namanya kelebihan pasti ada kekurangan" angguk Jihoon menguap lebar, dia bangkit dari sofa berjalan menuju lantai dua untuk ke kamarnya, sudah siang, waktunya tidur.

"Menurut lo gimana?" Hanji menyenggol Felix yang duduk di sampingnya sembari menaik turunkan alisnya. Felix terdiam sejenak, menyapukan pandangan ke arah Jeno yang sudah menghilang di tikungan tanpa bersuara.

"Bagus" pada akhirnya hanya satu kata yang di peras keluar dari bibir pemuda tersebut.

"Ah lo mah!" Kesal Hanji mengabaikannya.

.

"Makasih Na"

"Gak perlu, udah?"

"Um, udah" angguk Jeno tersenyum simpul.

"Kalo gitu gue balik ke kamar"

"Ah, tunggu" Jeno buru-buru menghentikan Jaemin yang hendak berbalik pergi, menyebabkan pemuda tersebut kembali menatap ke arahnya.

"Um, Na ada di kamar berapa? Biar Nono main nanti" Entah mengapa Jeno merasa pipinya sedikit panas, padahal hanya sekedar menanyakan kamar pihak lain.

"Hm?" Jaemin menaikkan sebelah alisnya, entah apa yang akan pemuda di hadapannya lakukan untuk menanyakan kamarnya, tapi asal tak melakukan hal aneh, dia akan membiarkannya berkunjung.

"Kamar 7" ucap Jaemin berbalik pergi, meninggalkan Jeno yang menatapi punggungnya sejenak lalu menutup pintu kamar dan menguncinya.

"Kamar 7... Hum... Kayanya Jauh" guman Jeno berjalan ke arah tumpukan kardus, bersiap untuk membongkarnya. Tapi... Jeno tiba-tiba mendongak, dia baru ingat belum sempat mengamati tata ruang mini House ini. Kepalanya menoleh, ada beberapa pintu tak jauh yang dapat di tebak sebagai kamar, tak jauh ke bagian belakang ada dapur dan ruang makan, dia sekarang ada di ruang tamu. Di dekat jendela ada tangga menuju ke bawah yang tampak terang, kemungkinan ada ruang di bawah. Jeno tak berniat untuk memeriksanya, sekarang dia harus menata barang-barangnya sebelum waktunya makan malam.

Di masa lalu Jeno terbiasa makan makanan sehat buatannya sendiri, tapi tak ayal dia juga sangat menyukai fast food, junk food, jajanan dan makanan jalanan, dia sangat menyukainya. Jeno menyukai hal yang manis dan gurih, dia juga sangat menyukai hal-hal yang menurutnya lucu atau imut. Dulu dia tak bisa merasakan perasaan kesukaan ini karna dia hanya merasa bahwa itu bagus di matanya dan enak, tapi sekarang dia dapat merasakan perasaan favorit ini yang sangat menyenangkan.

Pertama-tama Jeno menata barang di dapur, dia perhatikan seluruh alat masak di sini menggunakan listrik yang sangat nyaman, ada satu kulkas dua pintu. Jeno mengisinya dengan sayuran dan daging kemasan yang dia beli, lalu mengisi toples yang ada dengan bumbu-bumbu seperti garam, micin, gula, lada, bubuk cabai dan sebagainya. Dia juga meletakkan segala macam kecap dan saus pada tempatnya, tak lupa minyak goreng, minyak wijen, dan banyak lagi. Jeno juga memasukkan Enam botol air mineral kecil ke dalam kulkas, dua kotak besar susu murni no sugar(full cream), tepung, telur, buah, dan banyak lagi, dia juga menata barang-barang yang dia beli di kabinet yang ada.

Selesai di bagian Dapur, Jeno menghias meja makan dengan sederhana lalu berbalik menuju kamarnya, bolak balik membawa koper juga kardus ke dalam. Kamarnya sederhana namun elegan, Jeno sangat menyukainya. Sebenarnya dia tak terlalu memanjakan diri dengan uang, hanya saja baginya jika mampu maka nikmatilah, jika kurang maka sadar diri saja. Intinya bagaimana pun keadaannya Jeno selalu dapat menyesuaikan diri, tak terlalu pilih pilih.

Melihat meja panjang dengan sebuah kursi, Jeno mulai mengatur Pc juga Macbook nya di sana, berbaris dengan sangat bersinar apik, itu penuh dengan alat elektronik juga beberapa buku dan pulpen cantik. Bagian bawah Jeno meletakkan tempat sampah otomatis, kolom kolom meja dia menaruh kompor mini jika dia ingin membuat sesuatu tapi malas ke dapur, lalu Jeno mengeubah sprei dan selimut di tempat tidur, mengisi meja belajar kecil di sisi lain, penuh dengan buku juga alat tulis lain, intinya semua lengkap dan sangat aesthetic serta vintage.

Melihat dua pintu, satu putih, satu coklat kecil, Jeno masuk ke dalam pintu coklat kecil dan sedikit kaget melihat bahwa di dalam ternyata adalah closet mini. Dengan gembira Jeno merapikan pakaian serta aksesoris dan barang-barang kosmetiknya, Laki-laki juga perlu perawatan kulit ah!. Cukup lama Jeno memenuhi seluruh closet dengan barang-barangnya lalu pindah ke pintu putih, dengan cepat merapikan alat-alat mandi di dalam. Setelah selesai, Jeno menyebarkan karpet kaki bulu yang lembut di tiap pintu. Melihat ada pendingin mini di samping tempat tidur, Jeno mengisinya dengan minuman dan makanan ringan, lalu memasukkan mie instan juga makanan instan lain di laci meja Pc panjang, sebagian berisi benda benda elektronik, seperti peinter mini, pencuci foto mini, camera, drone dan banyak lagi.

Pergi, Jeno menghias ruang tamu sejenak dan turun ke ruang bawah dimana tangganya ternyata cukup panjang, untung saja banyak lampu di sepanjang dinding yang sangat berkilau. Ternyata di bawah adalah ruang bersantai dengan sofa bulu lembut, karpet bulu juga tv besar. Ada juga lemari pendingin tinggi di sudut, Jeno yang memangembawa kardus sangat senang, mengisi lemari pendingin dengan minuman yang tersisa, jajanan, juga buah di pendingin lain yang lebih pendek. Tak ketinggalan menghias ruang bermain sejenak, lalu pergi ke ruangan lain yang ternyata terdapat kolam renang persegi, sama seeprti sebelumnya, Jeno merapikannya. Puas dengan semuanya, Jeno kembali ke atas, bersiap untuk memasak makan malam sebelum mandi.

Melihat jam dinding yang dia baru ganti menunjukkan pukul 6 petang, Jeno sedikit terdiam lalu buru-buru memasak makan malam. Dia tak menyangka akan memakaj banyak waktu mendekor kembali ruangan ruangan di sini, padahal tadinya Jeno ingin beristirahat sejenak karna tubuhnya sudah sangat kelelahan namun langsung dia urungkan niat tersebut.

30 menit kemudian, Jeno selesai memasak dan berlari untuk mandi, berganti menjadi baju tidur tipis lengan panjang celana sedikit di atas lutut, mengnakan kaus kaki agar kakinya tak kedinginan dan mengenakan sandal bulu rumahan yang sudah dia tata rapi di rak sisi pintu masuk kamarnya juga pintu utama, di samping rak sandal rumahan ada rak sepatu jika ingin pergi sekolah atau keluar, ada juga gantungan payung, jas hujan dan ah! Intinya lengkap!

Melihat jam, ternyata sudah pukul 7 malam. Jeno menghela nafas lelah, pergi ke ruang makan untuk makan malam seorang diri. Tiba-tiba dia teringat Ayah Lee yang sering tersenyum penuh kasih sayang padanya di meja makan, lupakan saja.













Yo

See you~

Maintain Happiness In A Harem StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang