Happu reading:)
🍀🍀🍀🍀
June 26, 2022
9:30 PM KST
“Besok kita live ya, sayang, kamu jangan lupa.”
Lisa yang berbaring nyaman di sofa dengan diduduki oleh Leo di perut dalam keadaan hampir terlelap tidur kembali membuka matanya secara lebar tatkala mendengar suara manis sang istri yang berdiri di belakang sofa, mencolek dagunya jahil sambil terkekeh.
“Udah dibilang kalo abis makan minimal dua jam baru boleh baring, nanti perut kamu buncit.”
Perlahan Lisa bangkit untuk duduk, ia gendong Leo yang sudah tertidur di dadanya. “Aku lemah kalo liat sofa atau kasur, kayak aku yang lemah kalo dah dihadapin sama kamu,” goda Lisa. “Terus kalo perut aku buncit kamu nggak cinta lagi?”
“Nggak!” goda Jennie balik menjulurkan lidahnya. “Pokoknya jangan dilakuin lagi, aku takut ntar jadi penyakit. Aku nggak mau kamu sakit-sakitan.”
“Kalo aku sakit kamu nggak mau ngurus?”
Jennie memutar bola matanya jengah, apa Lisa tengah mengetesnya?
“Nggak! Aku buang kamu ke pinggir jalan setelah ambil alih harta kamu.”
Tentu saja itu dusta.
Lisa menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. “As expected from you.”
Jennie tidak mau Lisa sakit karena hal itu sudah pasti akan membuatnya sedih, menyaksikan Lisa terbaring lemah tak berdaya di ranjang rumah sakit bukanlah pemandangan menyenangkan yang Jennie harap untuk saksikan. Bila bisa meminta, ia ingin Lisa dijauhkan dari penyakit serius. Namun, bukan berarti bila Lisa sakit ia tidak mau mengurusnya. Bagaimanapun Jennie sudah berjanji di hadapan Tuhan ketika pernikahan mereka dulu untuk selalu menjaga dan mengurus istrinya dalam suka mau pun duka, sehat mau pun sakit.
“Ayo siap-siap tidur,” ajaknya mengulurkan tangan kepada Lisa yang masih duduk.
“Oke.” Lisa mematikan TV yang menayangkan Boku no Pico—anime kesukaan Leo—memakai remot, setelah mati ia gapai uluran tangan Jennie untuk bergandengan dengan si scottish fold masih digendong nyaman. “Besok ke dokter, ‘kan?”
Jennie mengangguk antusias. Tangan kanannya yang bebas ia angkat ke perut guna mengelus gundukan besar yang telah berusia lima bulan 25 hari atau 25 minggu. Tepat empat minggu sebelumnya ketika pemeriksaan rutin ke dokter, Jennie dan Lisa diperlihatkan dan diberi informasi bahwa anak-anak sudah sebesar andewi. Mereka pun bingung, andewi apa? Apakah sejenis andwae yang berarti tidak boleh atau tidak bisa? Atau apa? Tahunya andewi adalah selada keriting yang biasa dipakai dalam sandwich dan burger.
Ketika memasuki usia 21 minggu Jennie mulai merasakan tendangan konstan dari anak-anak, di tempat berbeda, dan ia mulai berpikiran bahwa ia dijadikan samsak oleh mereka berdua. Tentu saja ia dan Lisa sangat senang—meski sedikit membuatnya tidak nyaman—sebab mengetahui bahwa anak-anak aktif di dalam sana. Jennie dan Lisa terkadang juga menebak-nebak kepribadian anak-anak berdasarkan tendangan atau dorongan yang diberikan, mereka menggunakannya sebagai cara meledek satu sama lain. Bila keras maka mirip Jennie yang seperti preman sedangkan bila lembut maka mirip Lisa yang lemah lembut. Adakalanya Jennie tidak terima karena kepribadiannya disandingkan dengan preman, lagipula ia menyadari satu hal yang Lisa tak mau akui. Fakta bahwa tendangan anak-anak selalu melembut bila tangan Lisa yang mengelus dan penuh semangat bila dirinya sendiri yang melakukannya, agaknya anak-anak tahu mana yang bisa dikelabui dengan kelembutan.
Untuk soal makanan, Jennie makin menjaga pola makan sebab berdasarkan catatan dokter, sistem pencernaan anak-anak akan mulai bekerja dan mereka mulai berlatih menelan. Setiap harinya bayi-bayi itu bakal menelan sedikit cairan ketuban untuk mengajarkan tubuh cara memproses makanan. Sebab itulah Jennie memperketat jenis makanan yang masuk ke tubuhnya lantaran makanan yang dikonsumsi sebenarnya bisa mengubah rasa cairan ketuban, sehingga secara tak langsung anak-anak juga akan mencicipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prank 2 ➳ JENLISA
Fiksi Penggemar[Prank #2] Season 2 dari Prank. Dimulai: 12 Oktober 2020 Selesai: -- --, ---- *I DO NOT OWN ANYTHING EXCEPT THE STORY