•✿ PROLOGUE ✿•

171 9 1
                                    

•───────•°•✿❀✿•°•───────•

Gadis berambut panjang dan berponi itu menghentikan sepedanya di depan toko serba ada. Tampaknya gadis itu baru pulang sekolah, ia masih mengenakan seragam SMA.

Gadis itu turun dari sepedanya kemudian memasuki toko.

Terlihat seorang pria paruh baya penjaga kasir toko sedang membaca koran. Ia menoleh ketika mendengar suara pintu dibuka, menandakan ada pembeli yang datang.

"Oh, Vienna?" sapa pria paruh baya itu. Tampaknya ia mengenal gadis berponi itu yang memiliki nama Vienna.

Vienna menoleh pada pria paruh baya itu. "Oh? Tumben Paman Donny yang berjaga? Kak Julia ke mana?"

"Putriku itu pergi bekerja ke luar kota," jawab pria paruh baya itu yang bernama Donny.

"Kak Julia sudah mendapatkan pekerjaan? Wah, selamat," kata Vienna yang ikut senang untuk Julia.

"Iya, tapi aku khawatir padanya. Dia belum pernah pergi ke luar kota sebelumnya. Aku harap dia baik-baik saja," ucap Donny. Tersirat kekhawatiran di wajahnya.

"Dia pasti akan baik-baik saja," hibur Vienna.

Donny tersenyum seraya mengangguk.

Vienna pun pergi ke rak alat tulis untuk membeli penghapus dan pensil. Perhatiannya teralihkan pada layar TV di sudut ruangan yang menampilkan berita terkini.

"Atlet jet ski profesional, Rheana Octaviara Braden, memenangkan medali emas untuk negara tercinta kita dalam pertandingan internasional OMD di Brazil," kata penyiar berita.

Terlihat seorang gadis berambut sebahu yang menaiki jet ski mengibarkan bendera negara di tangannya. Ada medali emas yang menggantung di lehernya.

Vienna tampak serius menatap ke layar TV.

"Tidak hanya sekali, Rhea pernah menyabet 6 medali emas di setiap pertandingan selama hidupnya untuk cabang jet ski. Tentu itu adalah sebuah prestasi yang memukau."

Vienna tampak merenung sejenak kemudian ia membawa penghapus dan pensil ke meja kasir.

"Sebentar lagi ulangan, ya?" tanya Donny sambil memasukkan pensil dan penghapus ke dalam kantong kresek lalu memberikannya pada Vienna.

"Iya." Vienna mengangguk. Ia memberikan selembar uang.

Donny menerimanya lalu memberikan uang kembalian. "Belajar yang rajin, ya."

"Terima kasih, Paman," kata Vienna kemudian berlalu.

"Tunggu sebentar, Vienna," panggil Donny.

Vienna menghentikan langkahnya dan kembali menghampiri meja kasir.

"Sebelum pergi ke kota, ayahmu menitipkan persediaan bahan makanan untukmu," kata pria paruh baya itu sambil meletakkan kantong belanjaan ke meja.

"Okay, terima kasih." Vienna mengangguk sambil mengambil kantong belanjaan tersebut. Ia pun keluar dari toko dan menaiki sepedanya.

Melalui jalan pinggiran kota, Vienna mengayuh sepedanya menuju ke hutan, melewati pepohonan rindang.

Ada rumah kayu yang cukup besar di perbukitan di hutan. Vienna berhenti di depan terasering bukit. Ia turun dari sepedanya lalu menaiki terasering tersebut sambil menuntun sepeda sampai ke rumah kayu tersebut yang merupakan rumahnya.

Terdengar suara anjing menyalak. Seekor anjing jenis Siberian Husky berlari menghampiri Vienna, tampaknya anjing putih berpolet abu-abu itu menyambut kedatangan majikannya.

SISTERHOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang