•✿ Part 23 ✿•

54 4 3
                                    

•───────•°•✿❀✿•°•───────•

Perhatian Vienna tertuju ke pengrajin pernak-pernik dari tulang belulang. Tampaknya tidak hanya Vienna yang tertarik, tapi Miky juga.

"Ada banyak tulang belulang di sini. Apakah itu tulang manusia?" tanya Vienna hati-hati. Ia masih khawatir dan berpikir jika suku Lameda adalah suku kanibal.

Puik menggeleng. "Bukan, itu tulang hewan besar seperti banteng, gajah, bison, dan lainnya."

Vienna menggelengkan kepalanya. Ia kembali teringat dengan misinya. "Jadi, apakah kakakku pernah berada di sini?"

Puik mengangguk. "Iya, dia di sini selama kurang lebih 7 hari."

Vienna mendengarkan dengan serius.

Puik melipat kedua tangannya di depan dada. "Kakakku menemukannya terdampar di tepi Pantai Lameda. Sepertinya dia mengalami kecelakaan. Hanya itu yang aku tahu. Kalau kau mau tahu lebih rinci, kau bisa bertanya pada kakakku."

"Kakakmu di mana? Aku sangat membutuhkan petunjuk untuk menemukan kakakku. Aku yakin kakakku masih hidup," kata Vienna.

"Ikut aku." Puik membawa Vienna ke bangunan yang terbuat dari batu yang disusun menyerupai tempat ritual.

Terlihat beberapa pemuda di sana sedang menari sambil mengelilingi api di tengah-tengah bangunan.

"Itu kakakku."

Vienna melihat ke arah tatapan Puik. Terlihat seorang pria berambut gondrong berdiri sambil memperhatikan teman-temannya yang sedang menari mengelilingi api unggun.

Di kepalanya, pria itu memakai tengkorak banteng yang berukuran lebih besar dari pria Suku Lameda yang lain.

"Apakah dia bisa bicara sepertimu menggunakan bahasa nasional?" tanya Vienna.

"Semua orang dewasa di atas 15 tahun bisa bicara menggunakan bahasa nasional. Hanya anak-anak yang menggunakan bahasa suku ketika berbicara, karena itu memang bahasa pertama yang mereka pelajari," ucap Puik.

"Kakak." Puik menghampiri pria itu.

Kakaknya Puik menoleh. Ia melihat ke arah Vienna.

🌴🌴🌴

Di teras rumah pohon.

Kini Vienna duduk di serambi kayu berhadapan dengan kakaknya Puik yang bernama Kuaj.

"Jadi, kau adiknya Rhea?" tanya pria itu.

Vienna mengangguk. "Apa kau sempat berbicara dengan Kak Rhea?"

Kuaj bersuara, "Sebenarnya dia tidak banyak bicara. Malam itu aku pergi ke pantai sebelah Utara untuk menghanyutkan sesajen...."

🌴 Flashback On 🌴

Kuaj menghanyutkan sesajen ke laut. Setelah selesai melakukan ritual menghanyutkan sesajen, Kuaj akan kembali ke pemukiman Suku Lameda. Namun, pandangannya tertuju pada seorang gadis yang terkapar tak sadarkan diri di tepi pantai.

~"Aku melihatnya tak sadarkan diri di pantai. Aku mendekatinya...."~

Kuaj memeriksa denyut nadi di leher gadis itu yang tak lain adalah Rhea. "Dia masih hidup."

Kuaj membawa Rhea ke pemukiman untuk diobati oleh tabib suku. Di rumah tabib wanita bernama Loar, Rhea dirawat dengan telaten oleh sang tabib.

Perlahan Rhea membuka matanya. Ia melihat ke sekeliling. Sebuah rumah kayu yang cukup besar.

"Ayah...." gumam Rhea.

Loar mendengar suara Rhea. Ia pun masuk ke dalam rumah dan melihat Rhea sudah siuman.

SISTERHOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang