•✿ Part 19 ✿•

44 4 3
                                    

•───────•°•✿❀✿•°•───────•

Pandangan Vienna tertuju ke depan sana. Kini terlihat sedikit lebih jelas penampakan dari pulau tak bernama itu. Ada banyak pohon besar yang diselimuti kabut.

Vienna menggoyang-goyangkan ponselnya, karena sinyal di tempat itu sangat buruk. Walkie talkie-nya juga berbunyi krsak krsek.

"Sinyalnya jelek sekali," gerutu Vienna. Aplikasi Google Maps di ponselnya terus berputar.

Vienna mengambil walkie talkie. "Halo, di sini Rider-4. Ulangi, di sini Rider-4. Aku tidak mendengar suaramu."

Namun, walkie talkie-nya terus berbunyi krsak kresk, sepertinya walkie talkie tersebut juga mengalami gangguan.

Tiba-tiba bagian bawah mini boat menghantam sesuatu, membuat mini boat-nya berguncang. Vienna terjatuh dan meringis sambil memegangi lututnya yang terbentur.

Miky menggonggong keras sambil melihat ke depan.

Vienna merasakan jika mini boat yang ditumpanginya berguncang semakin kuat, tanpa tahu apa penyebabnya.

Vienna segera mengambil alih kemudi manual, tapi mini boat tersebut tidak bisa dikendalikan. Sepertinya ada kerusakan dengan mesin mini boat tersebut akibat benturan tadi. Mesin mini bergemuruh.

Sesaat Vienna terdiam ketika ia mendengar suara mesin mini boat yang berisik. Vienna menjadi teringat akan sesuatu. Suara mesin yang rusak itu terdengar familiar di telinganya.

🌴 Flashback On 🌴

Vienna mengangkat telepon dari Rhea. Terdengar suara berisik dan nyaring dari seberang sana. Vienna memberikan jarak antara ponselnya dengan telinga, karena sangat bising, seperti suara mesin.

"Halo? Kakak di mana?" tanya Vienna.

Terdengar suara Rhea yang bergetar, "Vienna... Aaarrgghh!"

"Kak Rhea?!" Vienna panik.

Mira juga panik mendengar suara Rhea yang gemetar dan situasi yang bising di seberang sana. Ia pun merebut ponsel Vienna.

🌴 Flashback Off 🌴

"Saat meneleponku, Kak Rhea sedang mengendarai mini boat atau mungkin Jet Ski... dan dia mengalami kecelakaan," gumam Vienna.

Miky semakin keras menggonggong.

Vienna menoleh ke depan, ternyata ada rambu pelampung di depan sana. Mini boat yang mereka tumpangi melaju ke arah rambu pelampung itu.

Tanpa pikir panjang, Vienna segera menarik Miky dan melompat ke lautan.

Mini boat terus melaju dan menabrak rambu pelampung hingga meledak.

Vienna dan Miky berenang menuju ke pulau tak bernama. Miky yang merupakan anjing terlatih, ternyata mampu berenang dengan cepat. Anjing berbulu putih itu menggerakkan keempat kakinya.

Berbeda dengan antusias Miky, Vienna tampak kelelahan. Ia melihat pulau tak bernama itu masih jauh di depan sana. Miky membantu Vienna dengan mendorong tubuh majikannya itu agar bersemangat berenang sampai ke tepian.

Setelah beberapa menit berjuang, akhirnya Vienna dan Miky sampai ke tepian.

Vienna terlentang di atas pasir putih. Ia menatap langit. Sebentar lagi sore akan tiba.

Miky menggibrikkan tubuhnya untuk mengeringkan bulunya yang basah.

Walkie talkie mengambang di atas laut dan masih mengeluarkan suara krsak krsek.

Terlihat api yang menyelimuti mini boat di dekat rambu pelampung. Di rambu pelampung tersebut ada tulisan ~Selamat datang di Pulau Lameda~.

Sementara itu, Vienna dan anjingnya sedang menyusuri pantai dan hutan di Pulau Lameda.

Vienna melepaskan sweater-nya __yang basah dan diikat ke pinggang__, menyisakan celana panjang hitam dan kaos hitam. Ia membawa ranting pohon yang dijadikan tongkat untuk menggaris pasir dan tanah yang dilewatinya sebagai tanda kalau Vienna sudah melewati wilayah tersebut.

Selama 3 jam berkeliling, Vienna dan Miky tidak menemukan petunjuk apa pun. Mereka kembali ke pinggir hutan dekat pantai.

Vienna menyalakan api unggun menggunakan pemantik api yang dibawanya dari rumah.

Barang-barang Vienna di dalam tas selempangnya tidak terkena air sedikit pun, karena bahan tasnya anti air.

Vienna membuat dua palang kayu, satu di atas api unggun dan satu lagi berjarak dua meter dari api unggun untuk menjemur sweater-nya. Sementara dua rompi pelampung diletakkan di atas pasir dan ditindih dengan batu-batu kecil.

Vienna melihat ponselnya yang masih menggantung di lehernya. Sinyalnya semakin buruk, bahkan tidak ada sinyal di tempat tersebut.

Vienna membuka file screenshot dan melihat pulau yang mana itu adalah tempat dirinya berada saat ini. Pulau kecil itu hanya dikelilingi sedikit pasir pantai di sisi-sisinya, sementara di tengahnya adalah hutan dengan pepohonan yang rimbun.

Perhatian Vienna teralihkan pada Miky yang sibuk bermain di pantai, tak jauh dari tempat Vienna menyalakan api unggun.

Penasaran dengan apa yang dilakukan Miky, Vienna memilih untuk menghampirinya. Ternyata Miky sedang bermain-main dengan ikan-ikan yang bersembunyi di bawah akar pohon bakau.

"Banyak sekali ikannya," gumam Vienna.

Vienna mengambil kembali sweater-nya lalu ia memanfaatkan sweater tersebut dengan mengikatnya ke ranting pohon menyerupai jaring penangkap ikan.

"Miky, tangkap ikannya!" Vienna memberikan contoh pada anjingnya.

Seolah mengerti dengan apa yang diucapkan oleh majikannya, Miky pun menangkap ikan-ikan itu dan membantu Vienna mengumpulkannya ke dalam Sweater.

"Good boy!" Vienna mengusap kepala Miky.

Setelah mendapatkan cukup banyak ikan, Vienna menusukkan rating ke ikan-ikan yang ditangkapnya untuk dijadikan gagang lalu membakarnya di api unggun.

Miky menggonggong kelaparan.

"Sabar, Miky, sebentar lagi matang. Kau tidak suka daging mentah, kan? Aku juga."

Tetesan air dari ujung poni rambut Vienna yang basah menetes ke api unggun. Karena merasa terganggu dan takut apinya jadi padam, Vienna mengambil tiga buah jepit rambut dari dalam tas selempangnya lalu menjepit poninya ke samping.

Miky menjilat pipi Vienna.

Setelah ikan-ikan itu matang, Vienna memakannya dan berbagi dengan Miky. Mereka menghabiskan semua ikan bakar sampai kenyang.

Malam telah tiba. Vienna mendekatkan kedua telapak tangannya ke api unggun untuk menghangatkan diri.

Suara deburan ombak dan juga hembusan angin malam di lautan membuat Vienna melamun.

Gadis muda itu tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tatapan matanya yang kosong tertuju ke api unggun yang menari-nari tertiup angin.

Clak.

Tanpa sadar, butiran bening itu menetes dari mata Vienna. Ya, gadis itu menangis dalam diam.

Sang protagonis yang sedari awal tampak kuat dan tidak menangis, kini dirinya tengah berada di titik terberat dalam hidupnya.

Vienna melelapkan kepalanya ke kedua tangannya yang terlipat di atas lututnya yang menekuk. Ia pun menangis dengan suara kencang dan terisak.

Semua kesedihan yang ia alami semasa dalam hidupnya tiba-tiba kembali muncul dalam benaknya dan itu membuatnya menangis secara tiba-tiba.

Yang paling berat dan berpengaruh terhadap hidupnya adalah, pertama orang tuanya bercerai, yang kedua ia kehilangan ayahnya, dan ketiga ia kehilangan kakaknya.

Miky meringik, karena melihat majikannya menangis sesegukan. Anjing husky itu pun bangkit lalu mendekati Vienna dan menyusupkan kepalanya ke pelukan Vienna di antara paha dan perutnya.

Vienna memeluk Miky. Ia menangis semakin kencang. Matanya sudah merah dan wajahnya sembab.

•───────•°•✿❀✿•°•───────•

15.17 | 14 Februari 2021
By Ucu Irna Marhamah

SISTERHOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang