•✿ Part 15 ✿•

50 4 2
                                    

•───────•°•✿❀✿•°•───────•

Jason tampak fokus menyetir mobil, sementara Vienna duduk melamun di sampingnya.

"Kita pasti akan menemukan kakakmu, bagaimana pun caranya. Timku akan memeriksa ponsel ini. Jadi, bersabarlah," ucap Jason menenangkan Vienna.

Vienna menghela napas berat. Ia pun bercerita, "Aku dan Kak Rhea memiliki hubungan yang canggung. Kami jarang berkomunikasi apalagi bertemu, setelah orang tua kami bercerai saat kami masih kecil.

Tapi, aku tidak pernah menyalahkan perceraian orang tua kami. Karena dalam hidup ini, semua orang memiliki pendapat yang berbeda-beda. Mungkin perbedaan pendapat di antara Ayah dan Ibu membuat mereka berdua memilih jalan masing-masing, meski sebenarnya mereka berdua masih saling mencintai satu sama lain."

Jason mengangguk. "Di usiamu saat ini, kau memiliki pemikiran yang cukup dewasa."

"Aku masih ingat, saat kami masih kecil, kami begitu dekat. Aku menyesal, karena saat diberi kesempatan untuk bersama kakakku lagi, aku tidak menyapanya duluan. Seandainya aku bisa mengulang kembali saat pertama aku kembali ke rumah Ibu, aku akan mengajak kakakku berbicara," kata Vienna dengan nada penuh penyesalan.

"Aku mengerti perasaanmu, Vienna. Aku juga punya saudara," ucap Jason.

"Aku akan melakukan apa pun untuk menemukan Kak Rhea," gumam Vienna.

Jason mengantarkan Vienna sampai ke depan Rumah Sakit tempat Mira dirawat.

"Terima kasih, Pak Jason."

Jason mengangguk. "Aku akan memberitahumu jika aku mendapatkan petunjuk di ponsel ini. Jangan bertindak gegabah, karena itu bisa membahayakanmu."

Vienna mengangguk. Ia menatap mobil yang dikemudian Jason melaju meninggalkan Rumah Sakit.

Vienna menemui ibunya. Ia menggelengkan kepalanya, ketika Mira menanyakan bagaimana dengan kasus Rhea.

"Tapi, ada polisi yang bertanggung jawab akan tugasnya. Dia bersedia membantu kita, Bu. Dia berjanji akan menemukan Kak Rhea," ucap Vienna meyakinkan ibunya.

Mira menghela napas lega. "Syukurlah, aku harap mereka segera menemukan Rhea."

Vienna mengangguk. "Semoga saja."

"Maafkan Ibu, Vienna. Ibu tidak bisa membantumu, Ibu malah sakit dan kondisi Ibu semakin memburuk. Ibu malah membuat bebanmu semakin bertambah." Mira menangis, karena ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk putrinya.

Vienna menggenggam tangan ibunya. Ia menggeleng. "Jangan katakan itu, Bu."

Malam harinya di rumah.

Miky dan Poppy tidur satu ranjang di ranjang hewan depan kamar Vienna. Kedua anabul itu terlihat begitu pulas.

Sementara di dalam kamar, Vienna sedang mencari lokasi Pantai Mutiara di Google Maps. Lokasi pantai yang strategis dan ada beberapa pulau cantik juga di dekat Pantai Mutiara.

Ponsel Vienna berdering. Ia melihat layar ponselnya, ternyata Jason yang menelepon. Vienna segera mengangkatnya.

"Halo, Pak Jason?"

"Vienna, apakah di hari terakhir sebelum menghilang, Rhea mengatakan padamu kalau dirinya akan pergi ke Pantai Mutiara?" tanya Jason.

"Tidak, Kak Rhea tidak mengatakan apa pun, sebelum pergi. Dia pergi begitu saja dan berjanji akan pulang jam 4 sore," jawab Vienna.

"Riwayat lokasi ponsel ini menunjukkan jika ponsel ini lebih lama berada di sekitaran pulau-pulau dan pantai-pantai yang dekat dengan Pantai Mutiara dalam satu minggu terakhir. Sebagian riwayat lokasi yang pernah dikunjungi baru-baru ini adalah kota dekat apartemen Tuan Ludwig," jelas Jason.

SISTERHOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang