•✿ Part 31 ✿•

50 3 2
                                    

•───────•°•✿❀✿•°•───────•

Rhea dan Puik kembali ke pemukiman suku untuk menyetorkan rangkaian bunga yang sudah mereka buat.

Kerang pemberian Kuaj jatuh ke tanah. Rhea tidak menyadarinya. Puik yang melihat itu mengambilnya lalu mengembalikannya pada Rhea.

"Ini milikmu?" tanya Puik.

Rhea menerimanya. "Iya, kakakmu yang memberikannya."

"Apa?!" Puik terbelalak.

"Kenapa?" Rhea menatap Puik dengan serius.

"Emm...." Tampaknya Puik ragu menjawab pertanyaan Rhea.

"Ada apa? Kenapa?" Rhea khawatir, karena Puik tidak kunjung memberikan jawaban.

"Apa kau menyukai kakakku?" tanya Puik.

Rhea tidak langsung menjawab.

"Biasanya... pria Lameda akan memberikan kerang pada gadis yang disukainya," jelas Puik.

"Ohh." Kedua pipi Rhea memerah mendengar penjelasan Puik.

"Dan jika gadis itu menerima kerang dari si pria, artinya si gadis menerima lamaran pria itu," sambung Puik.

"Lamaran?!" Rhea terkejut. "Maksudmu, lamaran pernikahan?"

Puik mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Aku rasa, Kuaj harua mengklarifikasi ini," kata Rhea. Wajahnya semakin memerah.

"Aku rasa kau juga menyukai kakakku," celetuk Puik.

"A-apa yang kau bicarakan?" gerutu Rhea.

"Wajahmu memerah saat aku menceritakan tentang Kak Kuaj," ucap Puik.

"Karena di sini panas," celetuk Rhea kemudian berlalu sambil mengipasi wajahnya dengan tangan.

Puik melihat ke sekeliling. "Panas dari mana? Suhu hari ini cukup dingin."

Kuaj dan para pemuda lainnya menyiapkan topeng suku dan juga tombak untuk ritual nanti malam.

Salah seorang pemuda menghampiri Kuaj. "Kuaj, gadis terdampar itu ingin menemuimu."

Kuaj melihat Rhea berdiri di depan sana. Ia pun menghampirinya.

"Apa kau bermaksud melamarku dengan ini?" tanya Rhea tanpa basa-basi sambil menunjukkan kerang pemberian Kuaj di tangannya.

"Aku...." Kuaj tidak tahu harus bilang apa.

"Tapi, aku menyukai kerangnya, bolehkah aku membawanya?" tanya Rhea.

Kuaj tersenyum kecut. "Oh, kau menyukai kerangnya?" 

Bukan menyukaiku? Sambung Kuaj dalam hati.

Rhea mengangguk. "Aku akan menyimpannya dengan baik."

"Kalau begitu, aku pergi, ya." Kuaj berlalu untuk melanjutkan kegiatannya.

"Kuaj, tunggu!" Rhea menyusul Kuaj.

Kuaj menghentikan langkahnya. "Iya?"

"Bisakah kita berfoto? Aku ingin menyimpan fotomu," kata Rhea.

Tampaknya Kuaj tidak mengerti dengan ucapan Rhea.

"Berfoto adalah mengabadikan wajah kita atau moment-moment penting dalam hidup kita dan dijadikan kenangan. Saat kita ingin mengingat kembali kenangan itu, kita bisa melihatnya lagi," jelas Rhea.

"Bagaimana caranya?" tanya Kuaj.

Rhea membuka kamera di ponselnya. Ia mengarahkan kamera belakang pada Kuaj. "Tersenyumlah."

SISTERHOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang