•✿ Part 16 ✿•

57 5 3
                                    

•───────•°•✿❀✿•°•───────•

Seluruh stasiun berita di TV Nasional menyiarkan kabar terkini.

"Seorang Atlet Jet Ski wanita yang selama satu minggu ini menjadi trending di mana-mana...."

"Berita menghilangnya Atlet Jet Ski level internasional yang mengguncang dunia selama tujuh hari terakhir ini, telah ditemukan di Pulau Kerang, Laut Mutiara...."

"Rheana Octaviara Braden, Atlet Jet Ski Profesional, telah ditemukan di Pulau Kerang, setelah dinyatakan hilang selama 7 hari...."

"... Dalam keadaan tewas mengenaskan. Terdapat 64 luka tusukan di seluruh tubuhnya. Tim Kepolisian sedang berupaya menyelidiki kasus pembunuhan terhadap Rheana O. Braden..."

"... Saat ini jenazah Rheana dibawa ke Rumah Sakit kota untuk diotopsi lebih lanjut lagi."

Reporter di lokasi kejadian (TKP) tengah mewawancarai Jason, selaku Polisi yang pemimpin penyelidikan.

"Kami berjanji akan menangkap pembunuhnya. Untuk saat ini, hanya bisa kami sampaikan (pada wartawan TV)," kata Jason kemudian berlalu, karena ia harus menyelesaikan tugasnya.

Vienna duduk di ruang tunggu. Ia menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Jason keluar dari ruang mayat. Ia menepuk bahu Vienna. "Kau ingin melihat kakakmu?"

Vienna mendongkak menatap Jason.

Terlihat seonggok tubuh seseorang di atas ranjang yang ditutup oleh kain putih. Dokter membukakan kain putih tersebut.

Vienna tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, dari matanya tersirat rasa sakit dan kehilangan yang mendalam.

Pandangan Vienna tertuju ke tanda lahir di lengan Rhea.

"Karena penyerangan dan penganiayaan secara brutal yang dilakukan oleh si pembunuh, wajah Rhea sudah tidak bisa dikenali lagi. Aku turut bersedih atas apa yang menimpa saudarimu, Nona," kata Dokter.

Vienna tidak merespon. Ia melihat ke meja di mana terdapat barang-barang dan pakaian jenazah yang dipakaianya ketika ditemukan oleh Tim Kepolisian.

Tentu Vienna ingat betul dengan celana, baju, jaket, dan kalung yang dipakai Rhea sebelum pergi, di hari terakhirnya sebelum menghilang.

Ada ponsel Rhea yang layarnya sudah retak dan pecah.

Ponsel Jason berdering. Pria itu merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya.

"Halo? Baik, aku akan segera ke sana." Jason mengakhiri panggilannya. "Dokter, Vienna, aku harus pergi."

Vienna meraih tangan Jason. Langkah Jason terhenti. Ia menatap Vienna.

"Aku ingin bicara dengan pembunuh itu," kata Vienna.

Jason tampak terkejut. "Dari mana kau tahu kalau aku akan menemui si pembunuh?"

Ya, salah seorang anggota tim Jason berhasil menangkap seseorang yang telah membunuh Rhea. Lalu barusan ialah yang menelepon Jason untuk memberitahuku hal tersebut.

Di ruang interogasi.

Terlihat seorang Polisi sedang duduk berhadapan dengan pria berwajah sangar yang memiliki tato ular di dahinya merambat ke pipi dan lehernya. Kedua tangan pria itu diborgol ke depan.

Polisi menunjukkan foto luka di tubuh mayat Rhea ke hadapan pria itu.

"Seharusnya kau merasa bersalah dan menyesali perbuatanmu, Mark. Kenapa kau melakukan ini?" tanya Polisi bernama Anthony itu.

SISTERHOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang