•───────•°•✿❀✿•°•───────•
Puik dan Doka sedang bermain kejar-kejaran bersama Miky. Mereka bertiga langsung akrab begitu saja.
Sementara Vienna membantu Kuaj memperbaiki sampan kecilnya.
"Apakah sampan ini sudah lama tidak digunakan?" tanya Vienna.
"Baru kemarin aku menggunakannya. Aku memperkokoh bagian-bagian tertentu untukmu, karena kau harus melewati perairan dangkal yang di bawahnya terdapat banyak sekali bebatuan dan karang. Jika kau sampai terjatuh, kau bisa terluka," ucap Kuaj.
Vienna menatap Kuaj. Pria jujur dan berhati baik itu bahkan tidak mengenal Vienna, tapi ia dengan sepenuh hati membantunya.
"Seandainya semua orang di kota sepertimu," gumam Vienna.
Kuaj menoleh pada Vienna. "Aku rasa, ada banyak orang baik di dunia ini. Apakah kau tidak pernah bertemu dengan orang baik? Maka kau harus jadi salah satunya (orang baik)."
Vienna tersenyum kecut. "Aku hanya akan bersikap baik pada orang yang baik juga. Bersikap baik pada orang yang jahat hanya akan melukai diri sendiri dan memperkuat setan dalam diri orang jahat itu."
"Berapa usiamu? Cara bicaramu seperti orang dewasa," tanya Kuaj.
Vienna menjawab, "Sebentar lagi usiaku 16 tahun."
"Kau seumuran dengan Puik rupanya," kata Kuaj.
"Oh? Benarkah?" tanya Vienna dengan pandangan tertuju pada Puik yang masih asyik bermain bersama Doka dan Miky.
"Sudah selesai." Kuaj menepuk-nepuk telapak tangannya yang kotor.
"Wah, terlihat lebih kuat," ucap Vienna.
"Kau bisa mendayung sampan?" tanya Kuaj.
Vienna mengangguk. "Aku bisa."
Kuaj mengacungkan jari telunjuknya. "Ingat, jangan sampai jatuh."
Vienna mengangguk.
🌴🌴🌴
Vienna dan Puik duduk bersebelahan di atas hamparan rumput hijau. Miky bersidepa di depan kedua gadis itu.
"Apa kau punya dua ekor anjing?" tanya Puik. Ia tidak bosan mengusap kepala Miky yang berbulu lembut.
Vienna menjawab, "Merawat satu ekor saja aku sudah kesusahan. Biaya perawatan, kesehatan, dan makanan sehari-harinya, semuanya mahal. Selain itu, harus ada ikatan batin antara majikan dan hewan peliharaannya agar persahabatan bisa terjalin baik. Selain sahabatku, Miky sudah aku anggap sebagai bagian dari keluargaku. Kami besar bersama."
"Pasti menyenangkan punya hewan peliharaan." Puik cemburu.
Vienna hanya tersenyum. "Miky adalah anjing yang memiliki insting yang kuat. Dia bisa membedakan mana orang yang baik dan mana orang yang jahat. Dia akan menggonggong satu kali pada orang asing yang baik, tapi dia akan terus menggonggong berkali-kali dan semakin keras pada orang yang jahat, sekali pun dia mengenalnya."
"Apakah itu sebuah keistimewaan yang dimiliki oleh Miky?" tanya Puik.
Vienna mengedikkan bahunya. "Entahlah, Miky bisa membaca gelagat manusia. Itu semacam pengikatan level kemampuan diri instingnya yang muncul sejak dirinya masih tinggal di rumah majikannya yang dulu."
Puik mengernyit. "Jadi, sebelumnya dia dirawat oleh orang lain?"
"Iya, majikannya menyiksa dan membunuh ibunya Miky. Beruntung Miky diselamatkan oleh dokter hewan, sementara majikannya ditangkap polisi atas kekerasan dan pembunuhan terhadap hewan. Trauma yang dialami Miky membuatnya penuh dengan kewaspadaan," ucap Vienna.
Puik mengangguk mengerti.
"Apakah kau yang memberikan tanda cap tangan menggunakan lumpur di pohon-pohon di hutan sebelah Barat pulau?" tanya Puik.
Vienna menjawab dengan nada rendah, "Iya, apakah orang-orang suku marah karena hal itu?"
Puik menggeleng. "Tidak, air hujan akan menghapusnya. Lagipula itu hanya lumpur, bukan cat atau sesuatu yang sulit hilang."
Vienna tampak berpikir. "Apakah yang malam itu kau?"
"Malam itu?" tanya Puik kebingungan.
"Iya, semalam Miky menemukan tulang di balik semak-semak dekat sungai. Mungkinkah itu kau atau orang suku yang lain yang mengawasi kami?" Vienna memperjelas pertanyaannya.
Puik teringat sesuatu. "Oh, yang semalam itu Doka."
Vienna memundurkan wajahnya. "Doka? Malam-malam anak kecil berkeliaran?"
Puik menceritakan kronologisnya, "Doka memang nakal dan suka kabur. Semalam dia dimarahi ayahnya lalu pergi ke dekat sungai...."
🌴 Flashback On 🌴
Malam itu, Doka berjalan menyusuri hutan dengan kepala tertunduk, karena baru saja dimarahi oleh ayahnya.
Doka mengernyit melihat ada asap yang membumbung tinggi ke langit. Ia pun naik ke pohon yang cukup tinggi untuk melihat dari mana asal api tersebut.
Ternyata asap itu berada di dekat sungai.
"Muoungkipinkapah adpadapa oporapang dipi sapanapa?" gumam Doka.
(Translate : Mungkinkah ada orang di sana?)
Doka terheran-heran, karena tidak ada pemukiman atau orang suku yang tinggal di dekat sungai.
Ia pun berjalan untuk memeriksanya, tapi tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Doka tidak jadi pergi. Ia berteduh di bawah pohon.
Selama beberapa jam Doka hanya berdiam diri di sana. Anak kecil itu tidak terlihat ketakutan sama sekali, karena ia sudah terbiasa dengan suasana hutan di Pulau Lameda yang merupakan tempat tinggalnya. Tentu ia mengenal tempat tersebut dengan baik.
Setelah hujan reda, Doka bangkit dari tempat duduknya. Ia sangat penasaran dan ingin mengetahui ada apa di pinggir sungai, sehingga ia melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda, karena hujan.
Doka melihat ada cap lumpur di pohon yang berbentuk telapak tangan. Di beberapa pohon, cap tangannya sudah luntur, karena air hujan.
Doka bertanya-tanya dalam hati, siapa yang membuat cap tangan dari lumpur? Karena penduduk Suku Lameda tidak pernah membuat cap tangan di pohon.
Tibalah Doka di dekat sungai. Ia mengendap-endap menuju ke semak-semak. Kakinya tidak sengaja menginjak dedaunan kering dan basah. Ia pun menghentikan langkahnya untuk sejenak.
Doka melihat ada cap lumpur juga di pohon dekat sungai. Ia pun perlahan menyingkap semak-semak. Doka melihat ada seorang gadis yang tertidur dengan bersandar ke pohon, di sampingnya ada anjing husky yang juga tengah tertidur.
Doka mengira jika anjing itu adalah serigala. Keringat dingin mengalir dari keningnya.
Miky merasakan kehadiran sesuatu dan bangun. Pandangannya tertuju ke semak-semak, tempat Doka berada. Tentu saja itu membuat Doka panik apalagi saat Miky menggonggong keras.
Doka segera kabur. Miky mencarinya sampai ke dalam hutan. Doka yang cekatan pun segera menaiki pohon. Salah satu tulang yang dijadikan kalungnya jatuh ke tanah. Miky mengambilnya.
Vienna muncul dan menghampiri Miky. "Miky, kau mendapatkan tulang itu dari mana?"
Miky menggonggong.
"Ayo, kita kembali ke tepi sungai."
Miky dan Vienna pun berlalu pergi.
Doka pun menceritakan apa yang dilihatnya pada Puik. Keesokan harinya, mereka sepakat untuk menemui si manusia kota dan serigalanya. Mereka berpikir, jika orang itu adalah ancaman apalagi sudah membawa hewan buas yang dijinakkan ke dalam Pulau Lameda.
🌴 Flashback Off 🌴
"Jadi, itulah sebabnya kau memanahku?" tanya Vienna, setelah Puik menyelesaikan ceritanya.
Puik terkekeh. "Tapi, karena kau berpenampilan sedikit mirip dengan Rhea, jadi aku pikir kau bukan orang jahat."
•───────•°•✿❀✿•°•───────•
15.17 | 14 Februari 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTERHOOD
PertualanganVienna baru saja kehilangan ayahnya. Ia harus berhadapan dengan kenyataan saat mengetahui kalau kakaknya menghilang secara tiba-tiba. Ibunya jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Vienna tidak tinggal diam. Ia pergi untuk mencari kakaknya, R...