•───────•°•✿❀✿•°•───────•
Keesokan harinya sebelum berangkat ke sekolah, Vienna memberikan ponsel rusak itu pada pemiliknya. Tidak lupa, Vienna juga menyerahkan flashdisk salinannya.
Rhea menerimanya. "Kau sendiri yang memperbaikinya? Semalaman?"
Vienna mengangguk.
"Wah." Rhea terkagum-kagum. "Sebenarnya kau ini siapa? Hacker atau technological service?"
Vienna hanya tersenyum kecil.
"Tapi, kenapa kau memberikan flashdisk? Ini bukan milikku," kata Rhea.
"Ponsel itu rusaknya lumayan parah. Aku tidak tahu apakah ke depannya masih bisa aktif dalam keadaan seperti itu atau mungkin mati total. Jadi, untuk berjaga-jaga, aku memindahkan semua data dan berkasnya ke dalam flashdisk," jelas Vienna.
"Oh, begitu." Rhea mengangguk mengerti, tapi sesaat kemudian ia merenung dan menatap adiknya dengan tatapan curiga. "Memindahkan? Jadi, kau membuka berkas-berkas fotoku? Kau melanggar privasi."
Vienna terdiam sesaat dan berpikir untuk mencari alasan yang tepat. "Aku tidak melihat isinya, aku langsung memindahkan seluruh folder dalam berkas tanpa melihatnya."
Mendengar jawaban Vienna yang terdengar profesional, Rhea pun percaya.
"Kalau begitu, terima kasih." Rhea memberikan selembar uang untuk Vienna.
"Untuk apa ini?" tanya Vienna.
"Ongkos memperbaiki ponselku dan juga flashdisk-nya," jawab Rhea kemudian berlalu pergi ke kamarnya sambil berjingkrak kegirangan.
Vienna menggeleng pelan melihat tingkah Rhea. Ia kemudian memasukkan uang pemberian kakaknya itu ke dalam saku seragamnya lalu pergi ke sekolah.
🌴🌴🌴
Rhea tampak serius menatap layar laptopnya. Ia sedang melihat foto-foto kenangan keluarga Braden.
Rhea beralih ke folder lain, yaitu video yang ia rekam sendiri di mana itu adalah Suku Lameda yang sedang mempersiapkan upacara ritual adat. Rhea tersenyum tipis kala melihat wajah Kuaj.
Rhea mengernyit melihat folder baru yang ternyata adalah foto kebersamaannya dengan Vienna selama berada di hutan dan pulau terpencil.
Rhea tertawa melihat foto Vienna yang sedang menatap kesal pada buah kelapa di tangannya.
Terdengar suara pintu diketuk. Rhea menoleh ke pintu. Ia pun beranjak dari tempat duduknya untuk membuka pintu kamar. Ternyata ibunya yang datang.
"Kau sudah makan siang?" tanya Mira.
Rhea menggeleng. "Aku sedang memesan pizza."
"Oh, begitu."
"Ibu tidak pergi ke butik?" tanya Rhea.
"Ibu baru pulang. Ibu merasa stres dan membutuhkan liburan. Bagaimana kalau kita pergi berlibur ke suatu tempat? Anggap saja sekalian merayakan ulang tahun Vienna," usul Mira.
Rhea mengangguk. "Ide yang bagus."
"Kita bicarakan nanti dengan Vienna saat makan malam, ya."
Rhea mengangguk.
Malam harinya, Mira menjelaskan rencana liburan mereka pada Vienna. Tentu Vienna senang mendengarnya.
"Kami sudah sepakat untuk menyerahkannya padamu, kau mau berlibur ke mana?" tanya Mira.
Vienna tampak berpikir. Ia perlu memilih tempat yang bagus dan menyenangkan.
Sementara Rhea fokus pada makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTERHOOD
AventuraVienna baru saja kehilangan ayahnya. Ia harus berhadapan dengan kenyataan saat mengetahui kalau kakaknya menghilang secara tiba-tiba. Ibunya jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Vienna tidak tinggal diam. Ia pergi untuk mencari kakaknya, R...