Terhitung sudah tiga bulan semenjak mereka bertemu tetua desa, namun mereka masih belum menemukan petunjuk sama sekali.
Riki merasakan gejolak aneh pada tubuhnya, gejolak seperti sebuah energi yang belum pernah Riki rasakan. Karena penasaran Riki sedikit menjauh dari teman-temannya, ia pergi tak jauh dari tempat Jungwon dan Jay beristirahat.
Energi tersebut terasa mengumpul menjadi satu, Riki merasaknnya. Dengan nalurinya ia mencoba menghentakkan kakinya ke tanah. Dan alhasil gempa terjadi. Riki terkejut, kekuatannya sekuat itu.
Kemudian Riki mencoba menghantamkan tangannya pada sebuah bebatuan besar dihadapannya. Bukannya tangannya yang terluka melainkan batu itu yang pecah berkeping-keping. Riki tampak terkejut tapi juga senang dengan hal baru yang ditemukannya.
Ketika merasa ada gempa, Jay dengan sigap memeluk Jungwon, melindungi kepala Jungwon jika terkena reruntuhan. Padahal mereka tidak berada di sebuah ruangan. Menyadari Jay yang salah tingkah, Jay melepaskan pelukannya dan tersenyum kikuk pada Jungwon. Jungwon hanya tersenyum simpul sambil geleng-geleng.
"Aneh tidak biasanya terjadi gempa, padahal disini tidak ada gunung berapi." Ucap Jay agak canggung.
"Mungkin saja disekitar sini terjadi longsor hingga menyebabkan gempa." Balas Jungwon.
Mereka sadar jika sedari tadi Riki tidak ada disekitar mereka. Jay merasa ada yang aneh.
"Kalau begitu aku akan memastikannya, kau tunggu disini Jungwon." Jungwon mengangguk. Selekasnya Jay pergi.
Jay menemukan Riki diantara bebatuan yang sudah dihancurkan Riki. Jay Nampak terkejut karena bebatuan disekitar sini memang besar-besar, tapi kenapa ada yang kecil dan terkesan berantakan. Apa Riki menghancurkan salah satunya.
"Riki apa yang terjadi." Melihat Riki yang diam saja, Jay dapat menyimpulkan. "Apa gempa yang barusan itu juga perbuatanmu?"
Kali ini Riki mengangguk. "Aku rasa semenjak aku meminum darah Jungwon aku semakin merasa kuat. Lihat..."
Riki mengepalkan tangannya, lalu melesatkannya ke bawah, ke tanah yang dipijakinya. Dan alhasil sebuah kubangan terbentuk karena tanah yang retak. Riki menunjukkan kekuatannya.
"Dan aku rasa kau juga merasakan hal yang sama sepertiku. Sebuah energi menguat berkumpul menjadi satu."
Jay memang merasakan sebuah energi tapi ia tidak yakin apakah yang ia rasakan sama seperti yang dirasakan Riki.
"Aku tidak yakin apakah yang kurasakan sama denganmu."
"Kalau tidak yakin kenapa tidak mencobanya."
Karena penasaran dan tertantang ucapan Riki, Jay mencobanya.
Sedari dulu Jay bebas berkelana ke sana kemari mencari hal baru untuk dipelajari. Bebas mengikuti apapun sesuai keinginannya tanpa ada yang mencampuri karena Jay hidup sendiri. Jay selalu bebas seperti angin yang berhembus.
Dengan tenang Jay sedikit menyalurkan energi yang dirasakannya ke telunjuk tangan yang mengacung. Angin berhembus ringan membentuk pusaran kecil diatas telunjuk Jay. Beberapa daun ikut berputar dipusaran angin kecil itu.
"Waow kau bisa mengendalikan angin." Seru Riki. "Coba yang lain, hal yang kau lakukan itu terlalu kecil, lihat aku saja bisa membuat gempa." Angkuhnya.
Tadi itu Jay hanya sedikit menggunakan energinya. Karena tersulut oleh ucapan Riki Jay mencobanya lagi. Kali ini ia tidak main main. Jay mengarahkan sebagian energinya pada tangan kemudian dengan acak mengayunkan tangannya itu. Alhasil sebuah sabetan atau cakaran angin terjadi. Sebuah pohon bisa tumbang terpotong akibat ulah Jay. Tanpa Jay sadari Riki ikut terhempas dengan luka sabetan diperutnya.
"Jay sialan.." Umpatnya.
Jay mendengar suara Riki yang merintih terbelalak kaget dengan apa yang diperbuatnya. Jay lantas berlari menghampiri Riki.
"Maaf aku benar-benar tidak sengaja."
"Sial sakit sekali bodoh." Rintihnya.
Jay membantu Riki berdiri. Lukanya lumayan dalam, Jay jadi merasa bersalah.
JAY GAK SENGAJA YA GUYS NGELUKAIN RIKI, KARENA MASIH BINGUNG AMA KEKUATANNYA
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE THREAD
FantasyJungwon dengan takdirnya yang harus mengembalikan kedamaian dunia. HOMOPHOBIC GO AWAY Diharap bijak dalam membaca. Murni imajinasi saya tanpa ada keinginan menjiplak karya orang lain.