Jungwon dengan takdirnya yang harus mengembalikan kedamaian dunia.
HOMOPHOBIC GO AWAY
Diharap bijak dalam membaca.
Murni imajinasi saya tanpa ada keinginan menjiplak karya orang lain.
Disaat yang bersamaan, Heeseung merasakan sakit diarea dadanya. Tangannya meremat dadanya sendiri. Rasa itu bukan berasal dari pukulan Jay, melainkan dari sesuatu yang lain. Heeseung merasa sakit yang teramat dalam karena dirinya yang menyakiti Jungwon,bak benang merah yang menyalur antara dirinya dan Jungwon, barulah Heeseung sadar jika ia telah terikat.
Badai masih terus berlangsung, Riki berlari untuk mencari tempat perlindungan, sedangkan Jay menyeret Heeseung yang nampak lemah, Heeseung masih harus ikut dengan mereka. Heeseung harus meminta maaf pada Jungwon.
Ada sebuah desa dipinggiran hutan, tapi Riki mengabaikannya pasalnya itu desa manusia. Kau tahukan image vampir seperti apa dimata manusia sekarang.
Riki masih berlari ke ujung hutan, hingga ia menemukan sebuah kastil kecil. Kastil itu berdiri sendiran diantara lebatnya perpohonan. Jika penghuninya adalah seorang manusia Riki harap ia mau menerima Jungwon dan teman-temannya.
Riki mengetuk pintu besar didepannya berharap sang penghuni rumah segera membukanya. Dan benar saja, seseorang dengan rambut pucat sama seperti mereka lah yang menhuni kastil kecil ini.
Sang penghuni rumah terkejut, bukan karena melihat Riki yang menggendong seseorang dibelakangnya, melainkan dua vampir yang tak berada jauh dibelakang Riki.
"Pangeran heeseung, kau kah itu."
Sang penghuni rumah mempersilahkan keempat tamunya masuk, namun perhatian sang penghuni bukan kepada seorang manusia yang tak sadarkan diri melainkan pada sosok lain yang ia kenal.
"Aku tak menyangka jika pangeran masih hidup, tapi kenapa pangeran bisa terluka?" ucapnya sopan tertuju pada Heeseung.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jika pangeran membutuhkan kamar untuk pemulihan, aku akan menyiapkannya."
Riki jengah, Jungwon membutuhkan pertolongan tapi malah diabaikan.
"Berikan aku sebuah kamar, seseorang dibelakangku lebih membutuhkannya." Suara tegas Riki terdengar menatap tidak suka sang penghuni rumah.
Sang penghuni rumah menoleh, "Baiklah aku akan menyiapkan satu untukmu juga."
Riki merebahkan Jungwon diatas ranjang yang telah disediakan penghuni rumah. Wajah Jungwon terlihat pucat dengan bibir yang hampir membiru. Tubuhnya juga terasa dingin. Riki sangat khawatir melihat Jungwon dengan keadaan seperti ini.
Jay yang juga ada disana menyalakan api diperapian yang ada dikamar tersebut agar Jungwon merasa hangat. Beberapa jam kemudian Jungwon mulai membuka matanya, mendapati Jay yang berdiri dengan wajah khawatir memandangnya.