Jungwon mendapati Jay yang memapah Riki yang terluka jadi panik. "Apa yang terjadi?"
"Benar katamu Jungwon, terjadi longsor dan Riki terluka tertimpa bebatuan." Dusta Jay, Jay tidak ingin disalahkan Jungwon.
Jay menyandarkan Riki disebuah pohon. Luka vampir memang bisa beregenerasi tapi membutuhkan waktu dan Jungwon tidak tega hati melihat Riki terluka seperti ini. Langsung saja Jungwon menggunakan kekuatan penyembuhan miliknya.
Luka itu bukan luka memar tertimpa bebatuan, tapi sayatan Jungwon jadi ragu denga ucapan Jay. Tapi Jungwon tak mau ambil pusing dan hanya diam mengobati Riki.
Riki berjalan terlebih dahulu didepan diikuti Jay dibelakang sambil menggendong Jungwon, sebenarnya Riki masih marah dengan Jay karena melukainya.
"Ada apa dengan Riki, sepertinya dia tidak mau bicara denganmu." Tanya Jungwon heran, pasalnya meskipun Riki itu ketus memuakkan tapi disisi lain ia juga memiliki sifat kekanak-kanakan, terlihat sekali dari mimic wajahnya kalau dia ngambek.
"Dia hanya marah karena aku terlambat menolongnya." Dusta Jay. Jungwon hanya mengangguk saja.
Dalam perjalanannya itu mereka berpapasan dengan segerombolan pedagang, terdiri dari empat pria, dua Wanita dan seorang anak kecil. Melihat dua orang berpenampilan pucat, para pedagang tersebut terkejut dan menodongkan senjata mereka pada Jay dan Riki.
"Vampir sialan, beraninya kalian menghancurkan desa."
"Tak bisa dimaafkan, gara- gara mereka sebagian keluarga kita terbunuh." Ucap sebagian dari mereka.
"Apa maksudmu? Kami tidak menghancurkan desa atau membunuh manusia." Sulut Riki tampak tak terima dengan pengakuan para pedagang.
"Benar, bukan kami yang menghancurkan desa kalian, mereka baik, dua orang vampir ini adalah vampir yang baik." Bela Jungwon.
"Hey kau manusia kan? Kenapa membela kedua vampir ini? Apa kamu disandera oleh mereka." Tutur seorang pria.
Jungwon menggeleng. "Mereka temanku, aku tidak disandera."
Para pedagang tidak percaya dengan ucapan Jungwon, tatapan mereka tetap mendelik tidak suka pada Jay dan Riki, hingga seorang pedagang pria memulainya, menyerang Riki dan Jay diikuti pedagang yang lain.
Dua orang Wanita tadi tampak ketakutan dan bersembunyi mengamankan seorang anak yang dibawanya.
Riki ingin sekali meninju para pedagang itu, tapi ia takut jika menggunakaan kekuatannya yang berlebihan bisa saja dia membunuh mereka. Ingat manusia itu mudah mati, tidak seperti para werewolf yang memiliki ketahanan yang lebih kuat. Sedangkan Jay yang dengan posisi menggendong Jungwon terlihat kesusahan hanya untuk menangkis atau menghindar serangan lawan.
Alhasil untuk menghindari sesuatu yang lebih buruk terjadi Jay dan Riki memilih untuk tidak meladeni para pedagang itu dan kabur.
Meski terkesan seperti pengecut, melarikan diri lebih baik daripada membuat masalah.
"Aku rasa dimata manusia kita maksudnya vampir sama saja, semua vampir sudah dipandang buruk oleh manusia." Tutur Jay. Ia menyandarkan Jungwon dibawah pohon dekat danau karena sedari tadi Jungwon nampak lemas dan merengek kehausan.
"Seluruh vampir sudah menjadi musuh manusia, padahal dulu manusia sangat menyegani vampir." Sahut Riki.
Jungwon berjalan menuju pinggir danau, mereka memutuskan untuk beristirahat disekitar sini untuk malam ini.
Jungwon sedang duduk di bebatuan pinggir danau, Jungwon menangkupkan kedua tangannya, menciduk air danau lalu meminumnya. "Ugh segar sekali." Serunya. Sekalian Jungwon juga akan membasuh tubuhnya karena jarang sekali ia menyentuh air.
Riki bersandar diam dibatang pohon, mengamati apa yang dilakukan Jungwon. Sedangkan Jay pergi entah kemana.
Ditengah aksi membasuh tubuhnya itu Jungwon mendengar suara seseorang meminta tolong.
"Siapapun tolong aku..."
"Disini gelap aku tidak bisa keluar dari sini."
"Kumohon siapapun tolong aku."
Jungwon celingak celinguk mencari sumber suara tapi tak menemukan seorangpun kecuali Riki dari kejauhan yang memandangnya.
Jungwon berjalan mengikuti sumber suara, kaki dan tongkatnya ia ayunkan bergerak memasuki danau yang semakin lama semakin dalam. Ketika separuh tubuhnya sudah terendam air, Jungwon baru sadar jika kakinya yang berada didalam air tidak seimbang mengakibatkan dirinya jatuh hampir tenggelam.
Secepatnya Riki menghampiri Jungwon membawa pemuda itu menuju ketepian.
"Dasar bodoh apa yang kau lakukan? Apa kau mau bunuh diri." Lagi-lagi Riki menyelamatkan Jungwon.
"Aku mendengar suara seseorang meminta tolong Riki. Aku hanya mencoba mencari suara itu."
"Tapi aku tidak mendengar suara apapun." Tolak Riki meminta penjelasan lebih mengenai apa yang dilakukan Jungwon.
"Aku tidak berbohong, aku benar-benar mendengarnya." Jungwon masih tidak mau menyerah.
"Kamu tahu perbuatanmu sendiri bisa membahayakan nyawamu bodoh." Riki malah marah, dan segera menyeret Jungwon keluar dari danau.
Tapi Jungwon menepis tangan Riki, "Tidak Riki, aku benar-benar mendengarnya, orang itu lagi-lagi menjerit meminta tolong."
"Tapi aku tidak mendengarkan suara apapun." Kukuh Riki.
Jungwon bergerak menuju ke danau yang lebih dalam, Jungwon seperti orang kesetanan yang mencari sesuatu tak kasat mata. Riki mencoba bersabar, sekali lagi ia mendekati Jungwon. Bertanya dengan lembut.
"Dari mana asal suara itu?"
"Dari sana." Jungwon menunjuk ke tengah-tengah danau.
Riki mengangguk, ia menggandeng tangan Jungwon dan mulai terjun berenang ke danau. Riki tau dengan kaki seperti itu Jungwon tidak mungkin bisa berenang, sehingga Riki yang harus berenang sambil membawa Jungwon, karena hanya Jungwon yang tau sumber suara itu.
Dari bebatuan di dasar danau terlihat cahaya kecil, Riki dan Jungwon mencoba mendekat. Sampailah mereka menemukan sebuah gelembung perisai diantara bebatuan tersebut. Terbelalaklah mata mereka mendapati seseorang meringkuk didalam sana.
HAYO SIAPA ITU?
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE THREAD
FantasyJungwon dengan takdirnya yang harus mengembalikan kedamaian dunia. HOMOPHOBIC GO AWAY Diharap bijak dalam membaca. Murni imajinasi saya tanpa ada keinginan menjiplak karya orang lain.