DARAH SPESIAL

692 100 8
                                    


Malam itu pertama kalinya Jungwon bisa merasakan nyamannya tidur. Setelah sekian lama tidur disembarang tempat akhirnya malam ini dia bisa tidur diatas Kasur. Meski hanya kasur lipat Jungwon sangat mensyukurinya.

"Kalian tidak tidur?" Jungwon sudah merebahkan dirinya Bersiap menuju alam mimpi.

"Bodoh, vampir tidak pernah tidur." Lagi-lagi sifat menyebalkan Riki keluar.

"Lalu apa yang akan kalian lakukan?"

"Kami akan menunggu sampai pagi tiba, kamu tidurlah Jungwon. Siapkan tenagamu untuk perjalanan besok." Ucap Jay lembut, tangannya mengelus kepala Jungwon, mengisyaratkan si empu untuk segera memejamkan mata.

Jungwon mengangguk riang kemudian memejamkan matanya tidur.

Paginya saat Jungwon tengah bersiap-siap sang tetua datang ke kamarnya beserta Beomgyu. Beomgyu membawa nampan berisi makanan dan memberikannya kepada Jungwon.

Begitu senangnya Jungwon menerima sarapannya, sudah lama sekali ia tidak memakan nasi. Selama bersama Riki dan Jay Jungwon hanya selalu memakan buah-buahan dari hutan. Kali ini ia bisa memakan nasi dan sup ikan, sungguh senang dan enak sekali rasanya.

Sang tetua menyodorkan sebuah pedang dan belati perak kepada Jay yang juga ada di sana. "Aku tahu kalian kuat, mungkin saja pedang dan belati ini dapat berguna untuk kalian. Jay menerimanya kedua senjata itu dengan senang hati. Ia menyimpan pedang sedangkan belati peraknya ia berikan kepada Riki.

Sedangkan Jungwon sang tetua memberikan sebuah tongkat untuk membantu Jungwon berjalan. Jungwon senang bukan main, dengan tongkat itu ia tidak akan terlalu merepotkan Riki dan Jay.

Siangnya mereka berpamitan dan pergi dari pondok tersebut. Sebelum pergi sang tetua memberi arahan, "Pergilah ke utara, kalian mungkin akan mendapatkan petunjuk. Dan sang takdir..." tetua menatap Jungwon "Berhati-hatilah dan jaga dirimu baik-baik, disini kami akan mendoakan yang terbaik untuk kalian."

Jay, Riki, Jungwon serempak mengangguk, "Terima kasih nyonya, terima kasih semua, kami akan berjuang." Seru Jungwon.

Saat perjalanan Jungwon masih harus digendong, mereka itu melakukan perjalanan panjang tidak mungkinkan Jungwon berjalan bisa mengimbangi langkah cepat mereka. Terlebih arah yang mereka ambil menyusuri lembah,pegunungan dengan medan curam.

Riki menghisap darah kelinci yang ia dapatkan,tapi ia merasa aneh dengan darah tersebut, kenapa rasanya pahit. Semenjak meminum darah Jungwon yang terasa manis kenapa darah semua hewan rasanya pahit. Begitu pula dengan Jay, Jay juga merasakan hal yang sama, bahkan ia sampai tak nafsu menghisap darah hewan.

"Riki lihat, aku menemukan kucing yang lucu." Teriak Jungwon, Jungwon berjalan cepat dengan tongkatnya sambil menenteng seekor kucing. Jungwon sangat antusias menghampiri Riki, saking semangatnya tak menyadari sebuah ranting menggores pipinya hingga berdarah.

Riki menatap luka dipipi Jungwon. "Pipimu berdarah, hati-hati saat melangkah, kau sampai tidak sadar jika terluka." Riki mengusap darah dipipi Jungwon. Darah yang begitu harum. Riki lantas memasukkan jari telunjuknya yang terdapat darah Jungwon kedalam mulutnya. Rasanya masih tetap manis, bahkan rasanya sampai bisa menghilangkan rasa pahit yang tertinggal akibat menghisap darah kelinci.

Jungwon mendongak menatap Riki yang jauh lebih tinggi darinya, Riki sedang melamun sambil masih mengemut jari telunjuknya.

"Riki apa kau lapar?" tanya Jungwon heran.

Riki tersadar dari lamunannya, menunduk menatap Jungwon yang masih menatapnya.

"Jika kau lapar kau bisa meminum darahku." Ucapnya.

Riki membelalakkan matanya, ditengah rasa bimbang yang dirasakannya, Jungwon malah dengan mudahnya memberikan darahnya. Bahkan kini dia menyingkap kerah baju yang dikenakannya, memperlihatkan leher putih nan mulus yang terdapat darah segar didalamnya.

Riki tidak munafik, dengan cepat ia menurunkan tubuhnya, mendekap Jungwon, menancapkan taringnya pada urat nadi Jungwon. Rasanya sangat menyegarkan, sedikit menghisap darah Jungwon Riki sudah merasa puas.

Tidak jauh dari sana, Jay mencium aroma darah Jungwon, dicarinya sumber aroma itu ia menemukan Riki yang tengah menghisap leher Jungwon.

Riki melepas hisapannya, memandang wajah Jungwon yang terlihat biasa saja. Riki kira Jungwon akan kesakitan karena perlakuannya.

Jungwon mendengar suara, dan itu adalah langkah kaki Jay.

"Jay sejak kapan kau ada disana?" tanya Jungwon.

Jay hanya diam saja, meneguk ludah kasar karena baru saja mempergoki Riki yang secara terang-terangan menggigit Jungwon. Ia juga menginginkan darah Jungwon tapi ia tidak sanggup jika harus melukai Jungwon. Atensinya masih terpaku dengan leher Jungwon yang masih mengeluarkan sedikit darah karena gigitan Riki.

Riki yang menyadari fokus Jay kini beralih pada Jungwon, "Jungwon jika kamu mau membagi darahmu denganku, maukah kamu membaginya juga dengan Jay?" Tanya Riki.

"Tentu saja, jika dengan Riki boleh kenapa dengan Jay tidak boleh. Bukankah itu Jungwon tidak adil." Ya ampun Jungwon polos sekali.

"Kalau begitu hampiri Jay dan berikan darahmu padanya, dia sepertinya sangat kelaparan." Bisik Riki.

Jungwon menurut, menghampiri Jay dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pada Riki beberapa menit lalu.

Jay tidak percaya ini. Jungwon begitu baik, tanpa basa-basi Jay melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Riki tadi.

Melihat interaksi keduanya, Riki menyunggingkan senyum, semuanya sama saja tidak ada yang munafik.

Selesai Jay menghisap darah Jungwon, seketika Jungwon jadi mengingat kucing yang masih ditentengnya.

"Oh iya Jay, Riki, bukankah kucing ini sangat lucu, aku menemukannya karena mendengar dia terus mengeong. Jungwon menunjukkan kucing temuannya.

Sontak Jay dan Riki memandang kucing itu.

"JUNGWONNN itu anak Cheetah, buang sebelum ibunya datang mencari anaknya."

"Eeehh, padahal dia sangat lucu."

FATE THREADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang