Part 13

315 25 2
                                    

*** 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*** 

Yuki melihat layar pada ponselnya. Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Sudah lewat beberapa jam dari waktu yang sudah di janjikan oleh pria itu. Apa dia lupa jika sudah berjanji pada Maia akan berkunjung kerumahnya malam ini? Yuki mengerutkan bibir sebal.

Kenapa sih pria itu selalu sibuk dengan urusan kantornya? Apa dia lupa jika saat ini dia sudah memiliki seorang istri, yang harus ia sayang, ia manja di rumah?

Yuki menatap sekeliling rumahnya. Rumah ini sangat besar sekali. Sampai-sampai ruang keluarga dimana ia sedang duduk saat ini luasnya hampir setengah luasnya lapangan sepak bola di gelora bung karno. Yuki selalu tercukupi oleh kemewahan. Tak sedikit pun pernah kekurangan. Tapi ada satu hal yang sangat Yuki benci. Kesepian! Ia lebih memilih memiliki suami yang pekerjaannya hanya sebagai staff biasa, asal selalu memiliki waktu yang banyak untuk dirinya. Bukan pemimpin dari beberapa cabang perusahaan, memiliki usaha dimana-mana tetapi jarang sekali meluangkan waktu untuknya.

...

Al berjalan dengan tergesa-gesa menuju tempat dimana mobilnya di parkirkan. Ia harus segera sampai dirumah, karena sang istri telah menunggunya.

Sebelumnya, Al harus menghadiri meeting penting untuk membicarakan proyek kerjasama dengan rekan bisnisnya yang baru.

Range Rover hitam mengkilap itu berjalan lebih lambat ketika memasuki kompleks perumahan elite di Jakarta, kemudian berhenti di depan pagar bewarna emas yang menjulang tinggi. Ia menekan sebuah tombol pada remote control, sebelum kemudian pagar tersebut terbuka lebar secara otomatis.

Ia menggerakkan mobilnya pelan, melewati air mancur yang berdiri megah di tengah halaman, sampai pada akhirnya Range Rover hitam itu berhenti di depan garasi.

Suasana hening menyambut kedatangan Al dirumah. Ia melangkahkan kaki menuju ruang keluarga. Ruang favorit sang istri untuk bermalas-malasan. Dan benar saja, sang istri berada di ruangan itu dengan keadaan tertidur di atas karpet berbulu.

"Bibi..!" Al sedikit berteriak memanggil pembantu dirumahnya. Dan tak lama wanita paruh baya itu muncul di hadapannya.

"Ya Tuan.."

"Tolong bikinin saya teh hangat." Perintah Al.

Bi Ana mengangguk sopan, kemudian kembali ke dapur.

Al melonggarkan dasinya yang seharian ini serasa akan mencekik lehernya. Di tatapnya wajah polos yang sudah terlelap itu. Ia mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup sayang bibir wanita itu.

...

"Ini Tuan, teh hangatnya."

Al menoleh saat bik Ana datang membawa nampan berisi secangkir teh dan setoples biskuit cokelat kesukaan Al.

"Ada lagi, Tuan?" Tanya Bi Ana setelah meletakkan nampan di atas meja.

"Ambilin bantal, sama selimut dikamar saya!"

Inilah AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang