Part 4

339 43 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Yuki mengaduk-aduk jus strawberrynya dengan tidak bersemangat. Hari ini ia memang tengah berada di sebuah Restaurant Seafood bersama Chika, temannya yang sama-sama berprofesi sebagai model.

"Kenapa? Ribut lagi sama Al?" Chika yang duduk tepat dihadapan Yuki bertanya sebelum kemudian memasukan nasi goreng seafood kedalam mulutnya.

Yuki mendesah lesu. "Yaahh.. Gue udah capek, Chik."

Chika menyeruput jus jeruknya dengan mata menyipit memandang Yuki. "Maksudnya, lo capek pacaran sama Al?" Yuki mengangguk. "Lo gila ya?!"

"Gue beneran capek, Chika. Gue capek! Udah dua tahun pacaran tapi sikap dinginnya itu nggak berubah sama sekali."

"Maxime juga dingin sama gue." Sambung Chika. Kemudian mendorong piring nasi gorengnya yang telah kosong ke depan.

"Iya Maxime dingin, tapi dia perhatian sama elo, selalu ada waktu buat elo, selalu ngeluangkan waktu di kesibukannya cuma buat telfon, sms, dan BBM elo. Nah Al, bales BBM gue juga terkadang enggak mau. Gue capek, Chika."

"Iya-iya gue ngerti. Kita ke salon aja yuk." Chika mengalihkan pembicaraan, mencoba mencairkan suasana hati Yuki yang di yakininya tengah memburuk sekarang.

......

"Oh. Come on, Al! Simpan dokumen elo!" Verrel berusaha mengambil dokumen dari tangan Al. Namun tidak berhasil karena Al selalu menampis tangannya.

Kedua pemuda tampan itu saat ini tengah berada di pinggir pantai kuta, Bali. Tadi malam setelah acara jamuan makan malam bersama para Timnas Indonesia di Istana Negara, Al dan Verrel bergegas terbang ke Bali. Al ingin melihat pembangunan hotelnya disana, sedangkan Verrel untuk menemui rekan bisnisnya dari singapura. Verrel merupakan putra tunggal dari Aryo Bramasta, salah satu petinggi negara indonesia. Verrel memang memiliki wajah tampan, tatapan matanya tajam. Namun kharisma Al yang memiliki setengah darah portugal, lebih membuat pria yang terkenal pelit berbicara itu terlihat sangat mempesona. Terbukti, beberapa gadis yang melewati mereka lebih terpana melihat Al ketimbang Verrel.

"Udalah men. Kita lagi di pantai, entar dulu dong cek dokumennya."

Al menghela nafas. Kemudian menutup dokumen-dokumennya. Ia melirik sekilas ke arah Verrel, kemudian memakai kaca mata hitamnya.

"Elo kenapa sih, Al? Kayak lagi banyak pikiran. Lo lagi ada masalah? Cerita dong sama gue."

"Yuki." Al menjawab dengan singkat. Lalu menyeruput jus jeruknya.

"Kenapa? Lo berdua ribut lagi?" Al mengangguk. Verrel menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Ini sudah yang kesekian kalinya ia mendengar hubungan Al dan Yuki sedang tidak membaik.

"Yuki selalu ngajak ribut kalo ketemu."

"Mungkin Yuki begitu karena butuh perhatian dari Elo, Al. Gue denger dari temen-temen lo berdua sering ribut karena elonya terlalu sibuk, dan elo juga terlalu cuek sama dia. Yah.. Gue tau elo itu emang sibuk. Banget malah. Tapi setidaknya luangin waktu lo dikit buat Yuki, men."

Al beranjak dari tempatnya, mengabaikan ucapan Verrel yang panjang lebar. Ia berjalan mendekati tepi pantai sampai ombak-ombak kecil membasuh pergelangan kakinya. Pandangannya menerawang. Memikirkan bagaimana hubungannya dengan Yuki kelak. Cukup lama ia melamun, Al akhirnya bergerak menjauhi pantai. Sinar matahari yang cukup terik membuat pemuda tampan itu malas berlama-lama disana. Lagipula, ia harus kembali ke kamar untuk memeriksa kembali dokumen-dokumen perkembangan perusahaannya.

Verrel menatap kepergian Al di iringi dengan helaan nafas berat. Ia tak habis pikir dengan sikap dingin Al yang terlalu berlebihan pada Yuki. Apa Al sudah bosan pada Yuki? Verrel bertanya-tanya. Sejurus kemudian ia menggelengkan kepalanya kuat. Tentu saja tidak mungkin Al bosan pada Yuki. Yang ia lihat selama ini Al memang sangat menyayangi Yuki. Verrel yang merasa pusing memikirkan hubungan Al dengan Yuki, memutuskan untuk menelfon kekasihnya.

......

Yuki memandang Al yang tengah fokus mengemudi. Ia memang tengah berada satu mobil bersama si manusia es, Al. Beberapa saat yang lalu ia mengirim BlackBerry Messenger pada Al untuk segera menjemputnya di studio pemotretan. Al yang baru saja tiba dari Bali, dan ingin segera beristirahat ketika mendapat pesan BBM dari sang kekasih membuatnya mau tak mau harus pergi.

Yuki mengalihkan pandangannya keluar jendela, menatap rintik-rintik curahan air hujan dari balik kaca mobil Al. Sudah sepuluh menit ia bersama Al didalam mobil, namun sama sekali tidak berkomunikasi. Diam, tidak berbicara sedikitpun. Al tampak tenang mengemudi sambil mengunyah permen karet kesukaannya. Sesekali ia melirik Yuki yang masih betah menatap keluar jendela.

***

2023-

story, alkivers mom's 

Inilah AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang