7. Ketakutan

5.9K 712 28
                                    

Ferdi menutup pintu mobilnya lalu bersandar di sana. Barusan ia menunggu cukup lama di dalam, tetapi mobil Rista tak kunjung datang. Padahal tadi Ferdi pun melajukan kendaraan dengan santai. Jadi tidak mungkin Rista setertinggal itu

Ferdi merogoh ponselnya. Tangannya bergerak membuka galeri. Senyumnya terukir begitu melihat foto teratas. Foto dirinya dengan Rista yang diambil waktu di restoran tadi. Rista yang berekspresi juling dengan bibir mengerucut itu terlihat lucu. Setelah diingat-ingat wanita itu tidak pernah terlihat jelek di mata Ferdi apa pun kondisinya.

Ferdi bersenandung kecil, kamenekan icon di pojok lalu menjadikan foto itu sebagai wallpaper.

"Ini lancang banget nggak sih, Zi?" gumamnya lalu dilanjutkan dengan kekehan kecil. Nanti Ferdi akan tanya, apakah boleh. Kalau tidak diizinkan, Ferdi akan bertanya lagi sampai dibolehkan.

Sebuah lampu mobil menyorot, Ferdi menoleh lalu mendesah kecewa begitu bukan Rista yang dirinya dapati.

"Ke mana sih? Masa iya diculik alien."

Ferdi mencari kontak wanita itu lalu menghubunginya. Beberapa saat ia menunggu sampai terdengar suara dari seberang sana.

"Di mana?"

"Aga?"

Kening Ferdi berkerut. Itu bukan suara Rista, tapi Om Harsa, papinya.

"Loh, Zi pulangnya ke rumah ya, Om?"

"Bukan, Ga."

Ferdi mengerutkan dahi, apalagi ketika mendengar suara Harsa yang bergetar, tidak tenang sebagaimana biasanya.

"Zizi kecelakaan."

Ferdi mematung, seolah ada tangan tajam yang mencabut jantung dalam rongga dadanya.

oOo

Ferdi tidak tahu secepat apa dirinya memacu kendaraan, ia juga tidak merasakan seberapa cepat dirinya berlari dari parkiran ke ruangan Rista. Pikirannya buntu dan hanya terisi kekhawatiran akan wanita itu.

Harsa menyambutnya. Pria paruh baya itu berdiri tenang meski jelas perasaannya tidak ditunjukkan dengan itu, sementara di bangku yang dekat pintu ada Friska yang menunduk seraya terisak.

"Zizi?" tanya Ferdi yang perasaan yang sangat cemas.

"Masih ditangani." Harsa meraih bahu Ferdi kemudian membawanya untuk duduk.

"Dia belum sadarkan diri. Pelipis sebelah kanan sobek terkena pecahan kaca. Tangannya patah, kalau kondisinya membaik, besok bakal dilakukan operasi."

Ferdi menatap Harsa dengan tidak percaya. Padahal baru beberapa saat lalu mereka tertawa, bercanda, tapi dalam sekejap keadaan berbalik seekstrim ini. Bagaimana tidak Ferdi merasa jantungnya ditarik secara paksa.

"Zizi bakal baik-baik aja lagi 'kan Om?" Tanpa disadari suara Ferdi bahkan ikut bergetar.

"Secara medis, Zizi pasti bisa melewatinya, tapi selebihnya, kita sama-sama tau bahwa itu bukan hak manusia."

Ferdi menunduk. Bahunya terlihat melemas. Jemarinya bergetar dengan suhu tubuh yang berubah dingin. Setelah 7 tahun berlalu, Ferdi pikir dirinya tidak akan mengalami ketakutan seperti ini lagi.

"Yang tenang ya."

Ferdi bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan Harsa, tapi ayahnya Rista itu malah lebih menenangkan Ferdi. Ferdi pun tak bisa mengelak jika perasaannya kini benar-benar kacau.

Setelah beberapa waktu menunggu dengan hati yang berdegup cemas, pintu itu pun terbuka.

"Pengobatannya sudah selesai Pak, Non Zizi sudah bisa dikunjungi."

Relationshit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang