Rista mendapatkan kesadarannya. Ia cepat-cepat menarik diri untuk menjauh. Beberapa kali dia mengerjap untuk menormalkan detak jantungnya yang bergemuruh saking kagetnya. Rista menutup bibir, matanya menatap Ferdi dengan tidak mengerti.
"Eu ... eu ... lo ngapain noleh sih?" ucap Rista pada Ferdi yang masih sama terbingungnya.
Rista mengacak rambut, ini sebenarnya salah dirinya juga. Kenapa tadi dia begitu ingin menggigit pipi Ferdi, padahal jelas dia bukan Kean yang bisa Rista perlakukan seperti itu.
Otak gue kayaknya ikut rusak karena kecelakaan.
Sekarang bagaimana? Situasinya benar-benar awkward."Eu ... lo tau nggak, di Amerika yang kayak barusan itu hal biasa, bisa dilakuin ke sesama temen juga. Eu ... Mami gue waktu mudanya di Amrik, jadi mungkin budaya di sana turun ke gue(?)"
Rista sadar bahwa yang dirinya ucap sangatlah melantur, tapi dirinya benar-benar kebingungan ketika Ferdi pun sama sekali belum bereaksi apa-apa. Ya tentulah, Rista secara tidak langsung sudah mencuri first kiss pria itu.
Ya Tuhan, Floriesta. Lo baru aja menodai seorang anak suci!
"Kita sama-sama ngelakuin tanpa rasa, jadi itu bukan kissing. Lo masih suci kok." Rista semakin melantur. Dia benar-benar bingung bagaimana menenangkan orang yang baru dirinya renggut kesuciannya itu.
"Jadi itu hal biasa yang dilakuin sesama temen?" Ferdi akhirnya bersuara. Membuat Rista sedikit lega, setidaknya pria itu masih mau berbicara dengan orang yang sudah menodainya.
Ferdi terlihat menghela napas. "Oke."
Rista mengerjap. Sedikit kaget dengan respon sederhana pria itu. "Lo nggak marah 'kan?"
"Kenapa harus marah, kita temen 'kan?" Meskipun ucapannya terdengar tenang, tapi tangan Ferdi yang berada di bawah meja terlihat mengepal.
"Hehe iya. Jadi beneran nggak papa ya? Lo nggak bakal benci gue 'kan?"
"Iya."
"Eu, gue kayaknya ngantuk deh. Gue ke kamar dulu ya," ucap Rista seraya berdiri. Meskipun Ferdi tidak marah, aneh rasanya jika masih sama-sama.
Sementara itu di lain sisi, Ferdi yang mengikuti Rista hingga pintu kamar itu tertutup Ferdi menghela napas, senyumnya luntur.
oOo
Ferdi menyimpan handuknya. Awalnya hanya asal, tapi begitu suara Rista terngiang di kepala, dirinya pun merapikannya.
Setelah menyisir asal rambut setengah basahnya, Ferdi pun menghampiri Rista yang masih terlelap di atas kasur. Wajahnya terlihat damai. Kalau bukan karena harus meminum obat, Ferdi tidak tega membangunkannya.
Sedikit melenceng dari niat awal, rupanya Ferdi tidak cepat-cepat melaksanakan tujuannya itu. Dia malah terdiam dan menatap wajah Rista lebih lama. Terutama pada bibirnya yang sedikit terbuka. Beberapa waktu lalu, dirinya merasakan bibir itu. Meski singkat dan mengejutkan, itu cukup membuat si brengseknya bersorak senang.
"Zi, bangun dulu, yuk?" Ferdi menyentuh pipi Rista lembut. Menghalau si brengseknya dari mengharapkan hal yang lebih.
"Eh, Ga. Jam berapa sekarang?" Rista mengerjap-ngerjap membuka mata.
"Jam 8."
"Gue tidur selama itu?" Rista sedikit terkagey.
Ferdi mengangguk. "Mau makan dulu apa bersihin muka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit [TAMAT]
RomanceFerdi berjiwa keabangan. Rista berjiwa keibuan. Ferdi kehilangan ibunya. Rista yang menemani di titik terendahnya. Ferdi itu sarampangan. Rista yang buat hidup Ferdi tertata. Ferdi nyaman dengan semua sikap Rista. Tapi Rista tetap berdeklarasi sebag...