20. Kesalahan (2)

6K 586 49
                                    

Suara tawa Kean terdengar menggema mengisi setiap sudut ruangan. Tak lupa dengan Ferdi yang sudah ber-cosplay Rabbids Invasion karena hanya mengucap 'Ba' saja.
Ganesh dan Jeya memasang senyum cerah, ikut bahagia ketika putra mereka bahagia.

"Kakang, ini Mami," sapa Rista dengan wajah yang masih lembab, sisa dicuci. Berkat obat yang Ferdi berikan, dirinya bablas tidur hingga siang, saat keluarga kecil itu datang.

Sebelum mencapai mereka, Ferdi lebih dulu menghadang Rista. Ia melepas ikat rambut wanita itu lalu menyepolnya.

"Kang liat, Om Ferdi udah ahli," ucap Ganesh seraya menolehkan wajah Kean pada dua orang dewasa itu.

"Emangnya cuma lo doang yang bisa?" ucap Ferdi seraya menatap remeh sahabatnya itu.

"Rapian bikinan gue."

"Iya-iya, yang paling act of service."

Rista sedikit mendongak. "Udah."

Ferdi mengangguk kemudian menepuk-nepuk gulungan rambut itu. Rista pun memasang senyum lalu berjalan cepat menghampiri Jeya, lebih tepatnya Kean.

"Kakangnya Mami makin ganteng aja."

Jeya menjauhkan putranya. Tatapannya menyipit seolah mengatakan kalimat yang sudah menjadi template, 'Ini anak gue.'

"Je...."

Jeya menggeleng tegas. Ia pun meraih tasnya lalu mengeluarkan beberapa pack plester pereda nyeri perut. "Nih, kata Ferdi perut lo sakit mulu ya."

"Banyak amat."

"Di rumah banyak, sayang aja nggak kepake."

Rista menyipitkan matanya. "Jadi lo ke sini buat nganterin ini? Bukan jengukin gue."

"Iya."

"Ah Je, nggak perhatian lo."

"Ini gue perhatian, karena gue tau lo sakit perut makanya gue ke sini. Tau nggak, Ganesh sampe nggak pergi kerja gara-gara nggak ngizinin gue pergi sendiri."

"Ouh, couple gue ini." Rista mencubit pipi Jeya dengan gemas. Jeya memberengut dan Rista tentu mendapatkan nutrisi untuk tertawa.

"BTW, tumben Ta lo sakit perut gitu." Ganesh mengeluarkan suaranya.

"Pada dasarnya semua cewek ngerasain sakit. Cuma biasanya gue nggak separah ini."

"Nikah, Ta. Seriusan Jeya juga nggak kayak dulu-dulu setelah nikah."

"Apa hubungannya?"

"Sering ditengok lah."

Jeya tiba-tiba melotot dan menatap suaminya itu. "Nesh, ada Kean!"

Ganesh tertawa kecil. "Iya, maaf," ucapnya seraya mengusap puncak kepala Jeya.

Rista berdecak kecil. "Jeya kalo soal begitu jaringannya 5G ya. Sampe main trabas aja kalo bayi dia bahkan nggak bisa paham yang dimaksud." Rista mencubit pipi Jeya lagi dan sedikit menariknya gemas.

"Ta!"

"Lucu, Je."

Jeya berdecak. "Lo tuh yang lucu, muka bantal, rambut nggak disi--"

"Cantik," sela Ferdi yang membuat perhatian ketiga orang dewasa itu terarah padanya.

"Beneran cantik 'kan?" ucap pria itu ketika Jeya menatapnya dengan tatapan aneh.

Rista mengacungkan tangan bangga. "Emang paling top Aga gue ini."

Jeya menatap aneh. "Gue pernah baca di internet, bangun tidur adalah fase terjelek seseorang, kalo ada orang yang tetep bilang lo cantik atau ganteng saat muka bantal lo, itu artinya orang itu cinta sama lo," terang Jeya yang kemudian matanya itu menyipit penuh selidik

Relationshit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang