Rista hanya diam menunduk seraya melihat potongan kue yang hanya dimainkan saja. Seseorang tiba-tiba berdeham yang membuat dia mendongak.
"Karel?"
Pria dengan stelan navy itu tersenyum. Lalu duduk pada kursi di hadapan Rista.
"Nggak nyangka bisa ketemu di sini," ucapnya dengan senyum yang ramah. Gestur tubuhnya sangat menunjukkan bahwa dia berasal dari keluarga berkelas dengan pendidikan tinggi.
"Hehe, iya. Ngomong-ngomong maaf ya buat yang waktu itu."
"Nggak papa, lagian aku juga aneh, orang sakit disuruh turun."
"Aku yang nggak sopan udah iya-in, tapi yang batalin juga."
Karel menggeleng. "Oh iya, aku belum bilang ya, you're so beautiful tonight."
Rista tertawa kecil. "Thank you."
Karel tersenyum manis. Melihat sekitar lalu bertanya. "Ke sini sendiri?"
"Sama temen, cuma dia ada urusan."
"Nggak mood ya, Ta? Pastinya sih sakit gitu malah harus ngehadiri acara."
"Ya, mau gimana lagi?" Rista kemudian memerhatikan pakaian Karel dan baru tersadar. "Kamu kenapa nggak gabung aja di HG?"
Karel sedikit terperangah. "Wah nyadar ya?" Karel tertawa kecil. "Mungkin sama kayak putri Pak Harsa."
Sekarang giliran Rista membelalak kaget. Mereka baru mengenal belum lama, Karel bisa mengetahui latar belakangnya yang tak pernah Rista singgung
"Tau nggak, Ta. Sebenernya aku udah lama kenal kamu. Mungkin dari masih SMA."
Rista memiringkan wajahnya penasaran.
"Aku sering liat kamu di pesta bareng sama orang tua kamu. Aku inget banget, muka kamu pasti selalu ditekuk. Terus kamu suka cepet-cepet cari pojokan dan main hp sampe acara beres."
Rista terkekeh kecil, yang diucapkan Karel adalah fakta. Dia memang sekekanakan itu dulu.
"Kamu nggak kayak anak yang lain. Aku jadi ngerasa penasaran dan diam-diam perhatiin kamu. Meskipun sebelumya badmood, tapi kamu selalu ketawa cantik saat main hp itu."
"Stalker."
"Sorry, Ta. Aku nggak maksud kayak gitu. Aku nggak maksud--"
"Bercanda." Rista terkekeh.
"Eu, tapi kamu nggak ngerasa keganggu 'kan?"
Rista menggeleng. "Lagian itu emang di publik. Wajar juga ada yang liat keanehan aku."
Karel sedikit menunduk dengan senyum dikulum. "Nggak aneh kok. Justru unik."
"Terima kasih?" ucap Rista yang lagi-lagi diikuti dengan tawa.
Karel menghentikan seorang pramusaji lalu mengambil dua minuman dari sana. Satu gelas dia sodorkan ke hadapan Rista.
Rista sempat menatapnya sejenak. Untuk beberapa keadaan dalam acara berbau bisnis seperti sekarang ada masa di mana Rista harus meminum cocktail. Rista melirik Karel di depannya, kalau dia tidak meminum, Karel mungkin akan tersinggung.
Rista meraih gelas itu, berniat pura-pura meminumnya hingga tiba-tiba ia merasakan sebuah bibir mendarat di pelipisnya. Dia tentunya sangat terkaget hingga tak sadar gelasnya diambil alih.
"Maaf, bikin lama nunggu ya," ucap Ferdi seraya meletakan gelasnya pada atas meja. Tanpa rasa bersalah.
Rista menatap Karel yang tentunya terkejut meski dapat mengendalikan ekspresi dengan baik. Rista meringis, pasti Karel akan berpikir macam-macam. Setelah ini Rista tak boleh punya keraguan lagi untuk menjelaskan pada Ferdi bahwa skinship seperti barusan tidak wajar dilakukan antar sesama teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit [TAMAT]
RomanceFerdi berjiwa keabangan. Rista berjiwa keibuan. Ferdi kehilangan ibunya. Rista yang menemani di titik terendahnya. Ferdi itu sarampangan. Rista yang buat hidup Ferdi tertata. Ferdi nyaman dengan semua sikap Rista. Tapi Rista tetap berdeklarasi sebag...