Rista menata sarapan mereka pada meja. Bukan hal yang ribet, Rista menyiapkan telur orak-arik dengan roti dan potongan buah. Rista masih agak kagok untuk memasak hal yang terlalu banyak menggunakan gerak tangannya. Setidaknya sekarang dia bisa menyiapkan sarapan untuk mereka dengan lebih benar.
Ferdi datang menghampiri dengan dasi yang tersampir di bahu. Rista pun bergerak cepat untuk memasangkannya. Keningnya berkerut samar saat menyadari raut Ferdi terlihat sangat sumringah pagi ini. Aura positif terlihat menguar berhamburan.
"Ada apa nih? Sampe sebahagia ini?"
Ferdi menggeleng dengan garis bibir yang tertarik. Seolah rasa bahagianya tidak bisa ditutup-tutupi.
"Oke, yang sekarang makin rajin main sembunyi-sembunyian." Rista berdecak kecil dengan bola mata setengah memutar.
Ferdi terkekeh kemudian mengecup pelipis wanita itu. Rista hanya bisa pasrah begitu Ferdi membawa tubuhnya untuk duduk dan menikmati sarapan, memotong keingintahuan Rista. Ferdi bahkan memegangkan garpu pada tangan dia.
Dengan terpaksa dan cukup enggan, Rista mulai mengunyah. Sementara pandangannya tertuju untuk mengunci setiap gerik Ferdi. Tangan yang bergerak untuk menyendok, bahkan bibir yang bergerak untuk mengunyah pun menyiratkan kebahagiaan.
"Ga, beneran nggak mau bilang?"
"Pokoknya ini adalah hari yang spesial."
"Clue?"
Ferdi menggeleng. Rista mendengkus dan cowok itu lagi-lagi hanya terkekeh. Apa yang lucu dari membuat orang lain penasaran?
oOo
Rista menggerakkan jari-jarinya pada atas keyboard, matanya melihat secara bergantian antara layar komputer juga kertas di atas meja. Dia terlihat berusaha fokus, tapi lagi-lagi Rista tidak bisa menahan keinginan dirinya untuk mengecek ponsel.
Tidak ada pesan masuk, maupun laporan terbaca atas pesan-pesannya yang dikirimkan sejak tadi. Apa seorang Ferdinan Agasena sekarang benar-benar diculik oleh segala kesibukannya itu? Hingga tak sempat untuk melirik chat dari Rista yang biasanya selalu diutamakan?
"Argh ... Aga, lo kenapa sih?"
Rista berdecak, dia pun segera mencari kontak seseorang. Namun, begitu ketemu, dia termenung. Rista belum pernah menghubungi Kayla semenjak kejadian itu, tapi Rista tidak punya orang yang bisa dihubungi lagi. Tidak mungkin dia bertanya pada Galih yang jelas berbeda divisi. Akan terlihat konyol juga.
"Kayla masih kerja di sana, dia juga punya pacar, dia juga pasti tau kalo Aga rencanain pernikahan, jadi sekarang hubungannya udah baik-baik aja. Gue ... ah bodo amat!"
Rista langsung menekan icon hijau lalu menempelkan pada telinga, menunggu orang di seberang sana menjawab.
"Ha-hallo, M-mbak?" Suara Kayla terdengar dengan nada yang gugup, terakhir bertertelepon memang Rista yang memarahi dia. Sepertinya dia agak trauma.
"Mmm ... Kay, Aga ada?" tanya Rista mencoba menebalkan muka.
"A-ada kok, Mbak. Di ruangannya."
"Kantor lagi hectic ya?"
"Eu, nggak kok. Cuma memang Pak Ferdi belakangan ini memang keliatan lagi ngejar target."
"Jadi dia bener-bener sibuk," gumam Rista seraya menghela napas.
"Kenapa, Mbak?"
"Nggak, aku cuma khawatir aja karena dia susah dihubungin. Takut dia terlalu maksain diri karena rencana pernikahan dia." Rista sengaja menyinggung ke sana, siapa tahu bisa mengorek informasi dari Kayla. Karena bekerja bersama, mungkin Kayla pernah melihat atau bahkan bertemu dengan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit [TAMAT]
RomantikFerdi berjiwa keabangan. Rista berjiwa keibuan. Ferdi kehilangan ibunya. Rista yang menemani di titik terendahnya. Ferdi itu sarampangan. Rista yang buat hidup Ferdi tertata. Ferdi nyaman dengan semua sikap Rista. Tapi Rista tetap berdeklarasi sebag...