22. Flirting

5.6K 575 35
                                    

Canggung?

Sangat!

Entah Rista yang tidak ingat atau memang ini pertama kalinya, yang jelas perasaan itu yang kini Rista rasakan pada Ferdi setelah selama ini mengenalnya.

Rista sudah berada di ranjang setelah menyelesaikan makan malam. Beberapa menit lalu ia bahkan baru menyimpan ponselnya pada nakas setelah lelah melihat video-video random di internet. Rista mengutuk dirinya yang terlambat memutuskan untuk tidur, hingga Ferdi kini datang ke kamar mereka.

Satu lagi penyesalan Rista, seharusnya dia tidak pernah mengajak Ferdi untuk tidur bersama. Ketika makan tadi saja Rista nyaris tidak bisa menelan, rasa-rasanya sekarang dia akan sulit memejamkan mata.

"Kenapa belum tidur?" tanya Ferdi seraya menyimpan perangkat kerjanya pada meja di sudut. Besok dia ada rapat ke luar, jadi dia harus sedikit larut menyiapkan bahan-bahannya.

"Belum ngantuk, mungkin karena udah kebanyakan tidur."

Kasurnya bergerak begitu Ferdi naik dan berbaring di samping. Pria itu mendongak, menatap Rista yang masih duduk bersandar.

"Demamnya masih ada?" Karena terlalu jauh untuk menggapai kening, Ferdi pun meraih tangan Rista untuk memeriksa suhunya.

"Udah nggak papa kok," jelas Rista tak ingin membuat pria itu khawatir lebih jauh.

Ferdi menyunggingkan senyum. Mengubah genggamannya menjadi menautkan jari. "Gue ngantuk banget, sorry ya tidur duluan."

Rista mengangguk. "Tidur aja."

Ferdi pun memejamkan mata dan menyisakan napasnya yang terdengar teratur pertanda menemui lelap. Sepertinya pria itu benar-benar kelelahan. Rista menatap wajah damai itu lalu tautan jemari mereka.

Rista tahu ini salah, tapi untuk membenarkannya pun Rista tidak punya bayangan sama sekali. Ia sangat bingung, kenapa antara dirinya dan Ferdi jadi serancu ini.

oOo

Keesokan paginya bisa dibilang cukup sibuk. Selain Ferdi bersiap-siap untuk meeting di luar, pria itu pun mempersiapkan Rista yang akan check-up ke rumah sakit.
Rista tak banyak mengeluarkan suara, hanya mengangguk saja ketika Ferdi menyuapkan makan, memasangkan cardigan, hingga mengikatkan rambutnya. Semua di-handle pria itu dengan telaten.

"Jangan inisiatif keluar sendiri, tunggu di sini. Jangan buka pintu buat siapa pun selain Mami lo."

"Ga, emangnya gue anak kecil?"

Ferdi seolah tidak mendengarkan protesan itu, dia malah menyimpan piring kecil berisi buah-buahan yang sudah dipotong. Rista juga sudah menolak itu, tapi Ferdi hari ini sangat keras kepala, padahal jelas dirinya juga sedang dikejar-kejar waktu.

"Gue pergi dulu, sorry nggak bisa nganterin."

Rista mengangguk-angguk. Ia pun mulai memegang garpu kecilnya. Melahap buah dengan mata yang berpacu pada punggung yang kini bergerak menuju pintu itu. Namun, tak berselang lama punggung itu berhenti. Ferdi berbalik lalu berjalan cepat pada Rista.

"Ada yang ketinggalan?"

Bukan jawaban yang diterima, Rista malah dibuat kaget akan Ferdi yang tiba-tiba mengecup bibirnya. Ia pun mengusap kepalanya lalu berjalan kembali seolah hanya pihak Rista saja yang menganggap barusan adalah hal yang tidak wajar terjadi.

Atau memang Rista yang harusnya mulai terbiasa?

oOo

Friska datang tepat di jam yang sudah mereka janjikan. Wanita itu memeluk Rista bahkan menghujami dengan banyak ciuman. Berkali-kali beliau juga berkata bahwa dirinya selama ini selalu mencemaskan putri semata wayangnya itu. Sepanjang perjalanan, mobil mereka bahkan tidak sepi karena obrolannya.

Relationshit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang