26. Friend with Benefits?

5.7K 520 32
                                    

Rista melihat ke sekeliling. Furniture yang mewah, suasana yang tenang, makanan yang tertata secara elegan, semuanya jelas menunjukkan kelas dari tempat ini. Rista menatap Ferdi di depannya yang mulai mencicipi makanan dengan santai.

"Ga, gue tau duit lo banyak, tapi nggak dipake buat gini juga. Cuma makan siang loh, harus di tempat kayak gini?"

Ferdi mencicipi minumannya dengan tenang. "Loh? Emangnya apa yang salah?"

"Nggak salah juga, tapi baiknya lo tabung uangnya buat nikah deh, daripada kayak gini." Makan siang bukanlah hal yang spesial, jika memang ingin sedikit lebih bermewah-mewah, itu lebih tepat dilakukan saat makan malam saja.

"Udah kok."

Rista mengernyit keningnya, tidak mengerti akan kalimat balasan dari pria di seberangnya itu.

"Khawatir soal biaya nikah 'kan?" tanya Ferdi mengkonfirmasi. "Udah beres semua, aman."

"Loh? Lo udah persiapin dana buat nikah?" Rista menatap Ferdi dengan raut sulit diartikan. Saat dia masih pacaran dengan Kayla pun, Rista tidak pernah melihat Ferdi tertarik pada hal itu.

"Iya."

"Kapan?"

Ferdi menatap Rista sepenuhnya. "Kata lo gue udah harus persiapin itu. Padahal sendirinya yang suka bawelin"

"Bukan gitu," ralat Rista. Selama ini dirinya bawel karena tahu karakter Ferdi yang sama sekali tidak punya rancangan untuk pernikahan. Sekarang tiba-tiba dia bilang sudah mempersiapkan. Bagaimana Rista tidak heran.

"Lo mau nikah?"

"Gue 'kan emang nggak pernah berikrar nggak mau nikah."

"Bukan gitu maksudnya," ralat Rista lagi. Maksud Rista kenapa Ferdi tiba-tiba serius soal pernikahan? Gadis mana yang akan pria itu nikahi? Entah mengapa perasaan Rista kini malah berubah tidak nyaman.

"Siapa yang mau lo nikahi?" Rista merasa ada yang menjerat lehernya saat bertanya itu. Entah, mungkin ini sejenis perasaan kecewa. Selama ini Rista selalu di samping pria itu, tapi kenapa dia sampai tidak tahu Ferdi membuat keputusan besar seperti ini. Benar, perasaan tidak enak Rista pasti karena itu.

"Ga, siapa ceweknya?"

Ferdi hanya tersenyum lalu menyodorkan potongan daging ke hadapan Rista. "Makan, kita ke sini 'kan buat makan."

"Tapi ...."

Ferdi menggerak-gerakkan garpunya. Rista pun membuka mulut lalu menerima suapan dari pria itu.

"Enak nggak?"

Rista mengangguk. Meskipun seberapa enak pun makanan, jika suasana hati tidak bagus, tetap tidak bisa dinikmati.

Argh, kenapa Ferdi tiba-tiba malah memikirkan pernikahan?

"Hey, kenapa diem, nggak enak?"

"Enak kok."

"Jangan bohong, mood lo keliatan banget anjloknya."

Rista terlihat menghela napas.  Memangnya karena siapa? "Ya lonya, udah ada niat nikah tapi nggak bilang-bilang ke gue. Lo selama ini nganggep gue apa sih?"

Ferdi terkekeh pelan. "Oh, karena itu ternyata."

Rista menggeleng tegas. "Nggak sesepele itu ya. Mana lo bilang udah beres semua. Kok bisa sih ngelakuin itu diem-diem di belakang gue?"

"Soal itu maksudnya bukan udah siap semua persiapannya. Tapi gue udah atur budget setiap apa yang diperluin. Tadi 'kan lo bilang soal gue yang hamburin uang buat makan di sin, maksudnya nggak papa, toh yang lebih penting udah gue pisahin dananya, gitu."

Relationshit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang