27. Sibuk

4.5K 537 34
                                    

Rista memasukkan makanan yang tadi dia beli ke dalam microwave. Dia duduk di kursi yang tidak jauh dari sana lalu menunggu sampai timer yang dirinya set habis. Dia bertopang dagu dengan kaki yang digerak-gerakan.

"Zi, tau celana training abu yang ada garis hitamnya nggak?" Suara Ferdi terdengar menginterupsi dari arah kamar.

"Di laci paling bawah. Kemarin gue nggak sengaja jatuhin, tapi males lipet, jadinya disimpan di sana dulu," jawab Rista setengah berteriak. Ia pun kembali menatap ke arah microwave. Meskipun sebenarnya isi tatapannya itu kabur karena pikirannya yang mengelana jauh.

"FWB, masa sih?"

Ucapan July masing terngiang-ngiang. Dan seolah diberi petunjuk gambar puzzle, Rista pun mengakui jika semua relate ke sana setelah dipikirkan. Tapi segala sesuatu kalau dicocok-cocokkan memang bisa jadi masuk akal. Rista dan Ferdi tidak sedang melakukan hubungan yang semacam itu kok.

"Ngelamunin apa sih?"

Rista terkaget, dia tidak menyadari kehadiran Ferdi. Tahu-tahu sudah ada di hadapannya. Pria itu berjongkok di hadapan Rista tangannya bertumpu pada lutut wanita itu sementara wajahnya mendongak, menatap Rista yang agak menunduk.

"Ada masalah di kantor?"

Rista menggeleng.

"Terus kenapa?

"Nggak papa."

"Bohong, dari pulang kantor beda banget."

Rista menghela napas. "Jangan lakuin itu di depan umum lagi." Rista tidak mungkin mengajak Ferdi diskusi soal FWB itu untuk menghentikan overthinking-nya.Dia tidak tahu cara menjabarkan kalimatnya.

"Kenapa?"

"Orang bakal beranggapan macam-macam. Itu bukan hal wajar yang bisa kita lakuin."

"Kenapa harus dengerin apa kata orang?"

Rista menatap serius, tapi Ferdi masih terlihat bodoh amat akan persoalan itu. "Emang lebih baik kita nggak usah ngelakuin hal itu lagi kayaknya."

Ferdi membelalak. Ia pun membaringkan kepala pangkuan Rista. "Oke, nggak bakal lakuin di depan orang lagi," ungkapnya dengan tangan yang melingkari pinggang Rista dengan posesif.

"Janji?"

"Iya," sahut Ferdi meski suaranya terdengar tidak rela.

"Janji nggak bakal bikin orang-orang mikir aneh lagi?" tanya Rista lagi seolah belum bisa percaya.

"Iya, udah jangan bahas lagi tentang itu. Ganti topik aja," ucap Ferdi yang kini mulai berganti, dirinya yang terdengar kesal.

"Nggak ada topik."

"Banyak."

"Contohnya?"

Ferdi berpikir sejenak  sebelum bangkit. Ia merogoh ponsel di sakunya kemudian duduk pada kursi di samping Rista. "Ini beberapa sample yang gue dapet. Menurut lo bagus yang mana?" tanyanya seraya menunjukkan beberapa tempat yang sering dijadikan sebagai tempat pernikahan.

"Emm ...." Rista terlihat berpikir seraya menggeser-geser foto di sana. "Tempat ini lagi hype sekarang udah full kayaknya."

"Nggak papa, bisa diusahain. Jadi bagus yang ini?"

Rista kemudian teringat jika pria yang di hadapannya ini punya banyak koneksi. Hal yang sulit pun bisa dia dapatkan.

Rista mengangguk-angguk. "MUA yang ini viral banget di sosmed, tapi viral belum tentu yang terbaik, kebanyakan fokus dimanglingi, padahal dempul banget. Inget riasan Jeya waktu nikah nggak sih? Sumpah itu flawless."

Relationshit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang