Ferdi terusik begitu mendengar suara rintihan di sampingnya. Ia membuka mata lalu mendapati Rista yang terlihat gelisah dengan keringat di pelipis. Matanya terpejam, tapi sesekali bibirnya bergumam seperti orang ketakutan.
"Zi...."
Tidak ada tanggapan. Ferdi pun meraih tangan Rista yang meremas-remas seprai. Ia menggenggamnya.
"Cuma mimpi buruk, semua baik-baik aja," ucapnya seraya mengusap-usap tangan itu. Perlahan Rista pun kembali tenang.
"Beneran kena mimpi buruk ya." Ferdi pun lebih mendekat kemudian mengecup pelipis Rista.
oOo
Malam mulai pamit dari tugasnya. Kesadaran mulai kembali diberikan kepada makhluk hidup. Termasuk Rista, ia mulai mengangkat kelopak matanya yang terasa berat.
Rista melenguh pelan, merasakan tubuhnya yang terasa pegal. Dirinya bukan orang yang terbiasa tidur terlentang, tapi karena kondisinya ia pun terpaksa seperti ini.
Rista melihat tangan kirinya yang ternyata saling bertautan dengan tangan Ferdi.
Penasaran dengan keadaan pria itu, Rista pun menolehkan wajahnya. Senyum terbit di bibir Rista begitu melihat Ferdi yang masih pulas. Bibirnya sedikit terbuka yang mana membuat pria itu terlihat menggemaskan. Rista ingin menyentuhnya, ia pun berusaha melepaskan tautan mereka, tapi tiba-tiba Ferdi menggenggamnya lebih erat. Diikuti dengan kelopak matanya yang kini mulai terbuka."Yah, kebangun ya? Sorry."
Ferdi yang masih mengerjap-ngerjap itu menyunggingkan senyum. "Pagi," sapanya dengan suara yang sangat serak. Sebelah tangan yang lain bergerak menggosok kelopak mata.
"Iya, pagi. Pagi banget malah, tidur lagi aja," jawab Rista setelah melihat jam di dinding yang masih menunjukkan angka jam 4 pagi.
Ferdi berucap entah apa, Rista hanya mendengar gumaman saja. Yang jelas tiba-tiba pria itu mendekat, meletakkan kepalanya di antara ceruk leher Rista sementara tangannya berubah memeluk perut wanita itu.
"Ya nggak gini juga." Rista memprotes, tapi hanya bisa menerima saja karena dari napasnya yang kembali terdengar teratur, Ferdi jelas sudah tertidur lagi.
"Gue bukan guling elah."
Berbicara tentang guling, bukannya ada di tengah ya? Sekarang ke mana keberadaannya?
"Ga...."
Tidak ada jawaban.
"Ga, gue mau bangun."
Perut Rista malah dipeluk lebih erat.
"Gue mau pipis Aga!"
Terdengar gumaman kecil sebelum melepaskan pelukannya. Ia mundur menjauh, meskipun masih terpejam rautnya terlihat ditekuk kesal.
"Kayak bocah," ucap Rista mengusap kerutan di dahi Ferdi sebelum pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai dengan keperluannya. Rista mematut bayangannya pada cermin. Ia mendengkus melihat rambutnya yang seperti singa. Tidak ada cantik-cantiknya. Meskipun kesusahan Rista akhirnya bisa sedikit memperbaiki dengan mencuci muka dan menyikat gigi. Setidaknya tidak terlalu buruk meski belum mandi.
"Nggak jelek-jelek banget kok," ucap Rista sebelum keluar.
Ferdi sudah tidak tidur lagi, ia duduk bersandar seraya melihat-lihat isi ponsel. Saat menyadari kedatangan Rista, pria itu menyimpan kembali ponselnya dan memberi perhatian penuh pada Rista.
"Beneran tidur bareng ternyata," gumam Ferdi yang tidak bisa terdengar jelas oleh Rista. Saat bangun ia berpikir bahwa dirinya yang memeluk Rista sambil tidur hanyalah mimpi seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relationshit [TAMAT]
RomanceFerdi berjiwa keabangan. Rista berjiwa keibuan. Ferdi kehilangan ibunya. Rista yang menemani di titik terendahnya. Ferdi itu sarampangan. Rista yang buat hidup Ferdi tertata. Ferdi nyaman dengan semua sikap Rista. Tapi Rista tetap berdeklarasi sebag...