©pevpermint
“Nona, maaf. Tuan melarang saya membawa makanan ke kamar.”
Tepukan di bokong sang anak spontan terhenti, Keira membuka mata yang semula terpejam.
“Tuan menunggu di bawah, mari biar saya yang menjaga Nona Muda di sini.”
“Pergilah.”
“Anda belum makan siang.”
“Bawakan kemari.”
“Tapi-”
“Sebelumnya kau bisa, kenapa sekarang jadi masalah?”
Olive terbungkam, amarah jelas tersirat dalam penuturan barusan. “Maaf.”
“Keluar.”
“Saya usahakan membawa makanan Anda ke sini.”
“Tidak perlu,” tolak Keira. “Biarkan aku sekarat sekalian.”
“Nona.”
“Keluar, Olive.”
“Tuan juga belum makan dari semalam.”
“...”
“Beliau menunggu Anda,” tambah Olive. “Walaupun sudah saya bilang kalau Anda makan di kamar, Tuan tetap menunggu Anda.”
“Bukan urusanku.”
“...”
“Pergilah.”
Mau tak mau Olive undur diri, tak lupa menutup pintu dengan perlahan.
Di ruang makan, Ibra bergeming meratap sajian makan siang. Menu favoritnya, juga Keira. Perut meronta, namun tak berselera sebelum dilayani oleh wanita yang ia persunting dua tahunan silam.
Drt Drt Drt
Sedari tadi, ponsel terus berdering. Banyak kontak menghubungi, dan Carlson yang tak henti. Bahkan men-spam nya dengan pesan teks. Ibra terganggu juga akhirnya, lantas menggeser icon hijau untuk menanggapi sekretaris barunya itu. “Ya?”
“Di mana Anda, Presdir?”
“Ada apa?”
“Ada apa?”
Mendadak meninggi intonasi tersebut, Ibra semakin datar memajang ekspresi.
“Ini bukan hari libur, Presdir. Kenapa Anda tidak masuk tanpa kabar?”
“Handle dulu.”
“Anda lupa jadwal rapat hari ini?”
“Handle dulu.”
“Bagaimana aku—saya bisa menghandle jika Anda sendiri yang mengkonfirmasi kehadiran Anda pada Mr. Lavezzi?”
“Lakukan sesuka mu, Son. Aku tidak punya pakaian.”
Hening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phlegmatic
Romance(Sequel of Overblown) Dipaksa menikahi sahabat ayahnya, Keira Alba tak mampu berkutik ketika keadaan sendiri sedang di ujung tanduk. 📌 BAHASA BAKU ⚠️ HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN ⚠️