30. Memulai

1K 66 3
                                    

©pevpermint

Keira membuang muka.

Irena menyandarkan sebelah bahu ke tembok, memindai sosok wanita di hadapannya secara menyeluruh. “Kau bukan bocah di bawah umur, Keira Alba.”

“...”

“Mustahil Ibra tidak selera,” tambah Irena. “Bahkan aku berani bertaruh, dia melihat mu bak daging segar siap santap.”

Keira melirik, perumpamaan aneh apa itu?

“Tadi contohnya, di sofa.”

“Hanya terbawa suasana.”

“Dulu aku pernah menghindar ketika Ibra ingin menciumku.”

Keira menoleh sepenuhnya, menuju Irena.

“Aku benci rokok dan saat itu dia masih perokok aktif.” Irena menerawang ke depan. “Tapi bukan itu yang jadi masalah melainkan setelahnya, dia tak pernah mencoba menciumku lagi. Kau tahu kenapa?”

Tetap membisu, Keira hanya memasang telinga lebar-lebar. Meski merasa aneh akan Irena yang mendadak membuka cerita, namun tak memungkiri ia penasaran.

“Dia bilang, tak akan menyentuhku tanpa izin.”

“...”

“Dia menyangka, aku tidak suka dia cium.” Irena mendengus geli. “Ibra menjaga kenyamananku sebagai pasangan. So, singkat cerita aku beritahu alasanku menolaknya malam itu. Dan aku semakin tergila-gila padanya saat dia memutuskan berhenti merokok demi aku.”

“Mama!”

Irena berdesis, datang pula balita cerewet tersebut sementara ia belum tuntas bercerita.

Brugh.

Keira menunduk, ke arah Derra yang menubruk kakinya.

“Papa mana, Ma?”

“Sudah kenyang?”

“Hng!”

Derra mengangguk antusias, Keira mengusap pucuk kepala putrinya itu. “Pulang?”

“Papa mana?”

“Masih kerja, Bocah.” Carlen menanggapi dengan napas tersengal. Jelas saja, pasca mengejar Derra yang berlari semangat sedangkan ia mengenakan high heels sepuluh senti. “Aish kalau bukan anak kecil, sudah kutendang bokong mu.”

Derra terkikik, Keira pun tertular untuk menarik sudut bibir.

“Oh ya, Firly aku minta ke atas.” Carlen menyerahkan sekantung plastik jajanan Derra pada Keira. “Mengambil barang-barang bawaan mu tadi dan aku minta ke parkiran juga langsung.”

“Ruangan Ibra?” Irena menginterupsi.

Carlen memicing sinis, ia belum lupa perlakuan wanita ini terhadap Ibra. “Ya.”

“Sendiri?”

“Menurutmu?”

“Derra sudah mengantuk.” Keira melerai dua manusia cantik itu, lantas mengangkat Derra untuk ia gendong. “Kami pulang sekarang.”

“Kei-”

“Aku antar.” Carlen menawarkan diri.

Irena siap menyela andai tak mendapati sosok Ibra diiringi Carlson berikut rombongan pria berdasi lain yang rata-rata berperawakan lebih tua.

“Pap-”

“Sst.” Keira meletakkan telunjuk ke mulut sang anak. Enggan menarik atensi Ibra, namun tampaknya percuma. Pria itu melihat mereka.

PhlegmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang